Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

 Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

Pengabdian, dan kesetiaan kepada guru, adalah kunci utama dalam meraih keberhasilan spiritual, serta material. Hadiah materi tak sebanding hubungan dengan guru. Waktu bersama guru, memungkinkan perkembangan cepat, juga membawa berkah spiritual luar biasa, dan transformasi abadi.


Pengabdian, dan kesetiaan kepada guru merupakan kunci utama, dalam meraih keberhasilan spiritual, juga material sejati. Kisah-kisah bijak dibawah ini mengajarkan, bahwa hadiah materi tidak lebih penting dari hubungan dengan guru. Dalam perjalanan spiritual, waktu dihabiskan bersama guru, memungkinkan perkembangan lebih cepat, serta mendalam. 

Dimana melalui visualisasi, serta bimbingan, guru akan membantu murid mengatasi ego, juga cara mencapai tujuan spiritual mereka. Pengabdian sejati, seperti yang telah ditunjukkan oleh murid-muridnya dengan penuh cinta, membawa berkah spiritual luar biasa. Hubungan bersama guru, membawa transformasi mendalam, dan abadi.


Semoga setiap artikel di blog kami memotivasi pembaca untuk mengeksplorasi aspek spiritualitas yang otentik. Jangan ragu untuk meninggalkan komentar, atau berlangganan untuk mendapatkan pembaruan terbaru dari kami. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Selamat membaca!


Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

Kisah Batu Bertuah Sang Guru

Perintah guru harus dipatuhi sampai ke titik, hanya dengan itulah sang murid mampu memperoleh hasil. Guru Tukaram, suatu ketika memberikan sebuah batu kepada seorang muridnya yang sedang ingin pergi tirtayatra. Tentu saja ini bukan batu biasa, itu adalah batu bertuah yang mampu mengubah logam dasar, menjadi emas. 


Pria itu melakukan tirtayatra dengan nyaman, menciptakan emas di sana-sini, kapan pun dia membutuhkan lebih banyak uang, untuk melanjutkan perjalanannya. Di akhir perjalanan, pria tersebut menyadari bahwa dia harus mengembalikan batu tersebut, kepada Guru Tukaram, tapi hatinya terlalu terikat padanya. Apa yang harus dilakukan? 


Dia memikirkan sebuah rencana, dengan cara menyembunyikan batu tersebut di rumahnya, baru kemudian pergi menemui Guru Tukaram, dengan mula-mula menanyakan rincian mengenai apa yang telah dilihat, serta dilakukannya selama perjalanan, lalu bertanya dengan santai, “Oh, ya, coba lihat batu yang saya pinjamkan kepadamu itu”? Pria itu mengatakan kepadanya, “Oh guruku, ketika saya sedang mandi di Sungai Gangga, batu tersebut tergelincir ke dalam air, meskipun saya telah mencoba menangkapnya, batu itu hilang. Jelas sekali Ibu Gangga, telah mengambil kembali miliknya.” “Baiklah,” kata Guru Tukaram datar, namun apa yang terjadi selanjutnya?

Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

Pilihan Bijak Dengan Memandang Masa Depan

Murid itu segera pulang kembali ke rumahnya, untuk memastikan bahwa batu bertuah itu masih ada ditempatnya, dan berfikir apa yang akan bisa dilakukan selanjutnya.  Murid itu masih terus mencari dengan teliti, tempat ia menyembunyikan batu bertua milik guru Tukaram, tetapi meskipun sudah mencarinya berulang kali, tidak ada sebuah batu pun bisa ditemukannya. 


Akhirnya ia berlari kembali ke Guru Tukaram, dan berteriak, "Oh Guruku, Oh guruku! Batunya telah hilang”! Guru Tukaram hanya tersenyum, dan berkata kepadanya, “ Dasar pelupa, tentu saja itu hilang. Kamu sendiri telah memberitahuku, bahwa Ibu Gangga, mengambilnya kembali.” 


Seringkali seorang guru akan memberi muridnya sesuatu, seperti batu bertuah itu misalnya, dan muridnya menjadi begitu gembiranya, sehingga lupa bahwa itu adalah pemberian dari gurunya sendiri.  Ingatlah, bahwa Murid selalu bisa kehilangan sebuah sesuatu, tetapi tidak boleh kehilangan seorang gurunya. Bila berpegang erat pada guru, maka beliau mampu memberikankan semua benda, ajaib yang muridnya perlukan atau inginkan. 


Ini adalah kisah yang menjelaskan hal tersebut, suatu hari seorang raja memutuskan untuk memberikan segala sesuatu yang ada di dalam istananya kepada rakyatnya. Dia mengatakan kepada semua orang di kerajaan, bahwa di antara matahari terbit, hingga terbenam pada hari tertentu, mereka semua bebas untuk datang meminta apapun yang diinginkan, dari dalam istananya. 


Menjelang sore istana sudah kosong. Sama sekali tidak ada apa-apa tertinggal di dalamnya, bahkan takhta pun sudah sudah tidak pada tempatnya. Lima menit menjelang matahari terbenam, seorang gadis muda memasuki istana. Raja berkata kepadanya, “Oh, mengapa kamu tidak datang lebih awal? Sekarang sudah tidak ada lagi yang tersisa." Gadis itu berkata, "Anda salah, Baginda. Tentu saja masih ada yang tersisa yaitu Anda sendiri. Saya akan membawa Anda.” 


Akhirnya mereka pun menikah. Setelah ia menjadi ratu, gadis itu berkata kepada raja yang telah menjadi suaminya, “Sekarang, saya telah memiliki Anda baginda, dan tentunya saya bisa menggunakan seluruh uang di perbendaharaan, untuk membangun, serta mendekorasi lima puluh istana bila saya berkenan. Tentu saja gadis itu mampu melakukanya, karena kecerdikannya mampu memperoleh hadiah terbaik, dari dalam istana itu sendiri, yaitu sang Raja.

Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

Kekuatan Guru Bhakti Melalui Visulisasi

Tapi mengapa kita menggambil contoh sejauh ini? Sekarang, mari kita ambil contoh paling dekat. Ketika seorang guru telah mengajarkan cara melaksanakan homa dengan baik, maka murid akan mencoba menghabiskan seluruh waktunya, keluar masuk desa, untuk melaksanakan homa. Tidak ada yang salah dengan hal ini, karena itu adalah hal baik. 


Namun, sang murid tentunya bisa belajar lebih banyak lagi, bila dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama gurunya, karena beliaulah yang mengajarkan homa, dan sang murid hanya membiarkan sedikit pengetahuan, untuk bisa masuk ke dalam kepalanya. Mengapa murid harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama guru? 


Murid yang sedang mempraktekkan pelajaran homanya tersebut, mencoba mengubah dirinya dari ulat menjadi kupu-kupu, dari manusia biasa menjadi penyembah api. Namun murid tersebut masih lemah, dalam memvisualisasikan peran barunya, masih dalam tahap anak anjing, dimana Kundalininya masih belum cukup terbangun, serta terbebas dari kepribadian normalnya sehari-hari.  


Artinya dia belum mampu melepaskan diri dari keterikatan egonya. Dengan lebih banyak meluangkan waktu bersama gurunya, maka sang guru mampu membantu sang murid, untuk melakukan visualisasi. Sehingga kemajuan spiritualnya bisa melaju dengan cepat.  


Praktek tersebut bisa dijelaskan seperti ini. Ada guru yang memiliki tiga orang murid, ketika guru ini memuja Dewi Kali didalam dirinya, kemudian memvisualisasikan Dewi tersebut dalam tubuh astral murid pertamanya, melalui kekuatan kemauannya, maka wujud Dewi kali secara nyata mampu tercipta di tubuh murid pertamanya. 


Begitu juga terhadap murid keduanya, dimana sang guru akan memvisualisasikan Dewa Siwa, dan hasilnya, murid kedua menjadi perwujudan Dewa Siwa yang nyata juga. Sedangkan pada murid ketiganya yang lebih banyak melakukan homa ke desa-desa, dimana muridnya hanya mampu bermeditasi kepada gopala, atau wujud Krisna kecil.


Meskipun dia sendiri mampu memproyeksikan Krisna dalam tubuh astralnya, tapi itu akan membutuhkan waktu yang lama bila dilakukan sendiri, namun saat bertemu gurunya maka visualisasi tersebut akan menyatu dengan gurunya, dan melihat bahwa beliau sekarang adalah wujud krishna sebenarnya. Hal ini karena gurunya juga mampu membantunya dengan menciptakan wujud Mahadewi dalam tubuhnya, sehingga kundalininya mampu bergerak naik tanpa hambatan ego. 


Ini adalah cara seorang guru sejati, membantu para muridnya. namun apakah fungsi visualisasi, hanya untuk membantu membangkitkan kundalini? tentu saja tidak, karena murid sekarang tidak sendirian lagi, bahkan dalam segala pekerjaanya. Para dewa atau dewi, yang telah mampu divisualisasikan, akan ikut membantunya. Itulah kekuatan guru bhakti atau pengabdian pada guru. 

Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

Contoh Pengabdian Sejati Kepada Guru

Masih ada kisah lain menggambarkan guru bhakti, Ada seorang guru bernama Rama Dasha, beliau adalah seorang guru tantra sangat sakti, bahkan bisa dianggap sebagai siddha hidup. Sedangkan murid favoritnya adalah seorang anak laki-laki bernama Kulan, tentu saja ini membuat iri murid lainnya. 


Kemudian Rama dasha memutuskan, bahwa murid-murid iri tersebut perlu diberikan pelajaran. Jadi pada suatu hari Rama dasha menderita bisul besar di punggungnya. Semua murid menunjukkan simpatinya, namun tidak melakukan banyak hal yang bersifat praktis, untuk meringankan penderitaannya. Namun, ketika Kulan mendengar bahwa gurunya kesakitan, dia pun datang dengan cinta,  berlari menemui gurunya, dan berusaha, menyedot nanahnya menggunakan mulutnya. 


Namun ketika dia mencicipinya, dia mendapati bahwa itu bukanlah nanah, melainkan itu adalah nektar! Gurunya hanya tersenyum. Itulah wujud Shaktipat Diksha bagi Kulan.  Murid-murid yang lain merasa malu atas rasa iri mereka, ketika melihat Kulan melakukan apa yang bahkan, mereka sendiri tidak tidak bisa bayangkan, serta tidak pernah curiga, bahwa Kulan mendapatkan segala bentuk imbalan atas pengabdiannya. 


Kulan akhirnya dinobatkan menjadi penerus Rama dasha. Namun saat berbicara tentang kekasih, apa yang kita ketahui tentang mereka? pecinta sesaji adalah mereka, yang rela memenggal kepalanya sendiri, demi gurunya. Meskipun bhakti tersebut sangat jarang sekarang, tetapi guru kami sendiri telah memberikan contoh bhakti seperti itu. 

Pengabdian Sejati Seorang Murid Terhadap Gurunya

Kesimpulan 

Kesetiaan, dan pengabdian total kepada guru, merupakan kunci untuk mencapai hasil spiritual, juga material sejati. Dalam cerita pertama, seorang pria diberikan batu bertuah oleh Guru Tukaram, yang mampu mengubah logam menjadi emas. Murid itu menggunakan batu tersebut selama perjalanannya, tetapi kemudian berbohong kepada gurunya mengenai kehilangan batu tersebut. Ketika pria itu pulang untuk memeriksa batu yang disembunyikannya, batu itu hilang. Ini menunjukkan bahwa hadiah materi, meskipun berharga, tidak lebih penting daripada hubungan dengan guru.

Dalam kisah selanjutnya, seorang raja memberikan semua miliknya kepada rakyatnya, tetapi seorang gadis muda memilih raja itu sendiri sebagai permintaannya. Dengan mendapatkan raja, dia memperoleh segalanya. Hal ini menggarisbawahi prinsip bahwa memiliki guru, atau sumber kebijaksanaan dan bimbingan, lebih berharga daripada memiliki harta materi.

Kisah homa menekankan pentingnya waktu yang dihabiskan dengan guru. Seorang murid mungkin pandai melakukan ritual, tetapi tanpa bimbingan, serta interaksi terus-menerus dengan guru, perkembangan spiritualnya akan terbatas. Guru membantu murid mengatasi keterbatasan ego, juga memvisualisasikan tujuan spiritual mereka dengan jelas, sehingga memungkinkan kemajuan spiritual yang cepat.

Visualisasi yang dilakukan oleh guru kepada muridnya, menunjukkan bagaimana guru mampu mentransfer kekuatan spiritual, juga mengarahkan muridnya menuju realisasi lebih tinggi. Guru memvisualisasikan dewa atau dewi dalam diri murid, membantu mereka mengatasi hambatan ego, serta meningkatkan spiritualitas mereka.

Cerita terakhir tentang Rama Dasha, serta muridnya Kulan, menyoroti pengabdian ekstrim seorang murid kepada gurunya. Kulan, dengan cinta juga kesetiaannya, melakukan tindakan, bahkan tidak terpikirkan oleh murid lainnya, dan sebagai hasilnya, ia menerima berkah spiritual luar biasa.

Semua kisah ini menegaskan, bahwa hubungan dengan guru adalah yang paling penting, dalam perjalanan spiritual. Kesetiaan serta pengabdian kepada guru, memungkinkan murid untuk menerima berkah, juga bimbingan tak ternilai, melebihi harta materi apa pun. Pengabdian sejati kepada guru, telah membawa transformasi spiritual mendalam, juga berkelanjutan.


Post a Comment

0 Comments