Meditasi dan disiplin spiritual mengubah kesadaran, dari terikatatan menuju pembebasan. Yoga, Tantra, dan Zen menawarkan berbagai jalan untuk meraih pencerahan. Dimana transformasi sejati membutuhkan ketekunan, serta pelepasan keterikatan duniawi.
Transformasi kesadaran adalah inti praktik spiritual Yoga, Tantra, dan Zen. Melalui meditasi serta disiplin, kesadaran yang masih terikat pada dunia ini, bisa diubah menjadi kesadaran bebas penuh kedamaian. Tulisan kali ini menjelaskan bagaimana teknik meditasi seperti Dhyana dan Anapanasati (memusatkan pernafasan) membantu mencapai tingkat kesadaran mendalam, dimana upaya penggunaan obat-obatan psikedelik seperti tulisan terdahulu, tidak mampu menggantikan upaya tekun, mencapai pembebasan spiritual.
Mari kita telusuri lebih mendalam, bagaimana meditasi serta disiplin spiritual, mampu membawa kita menuju pencerahan serta kebebasan sejati.
Jalan Pembebasan Keterikatan
Agama Buddha setuju, bahwa melepaskan keterikatan adalah jalan panjang serta sulit, melibatkan ketekunan upaya mengarah pada pencerahan. Instruksi terakhir Buddha adalah:
"Raihlah tanpa mengendurkan upayamu"
-appamadena sampadetha.
Sedangkan Zen, lebih percaya pada pencerahan mendadak, sehingga tidak pernah mengakui perlunya disiplin persiapan (Zazen). Oleh karena itu, individu sebaiknya jangan sampai ketergantungan terhadap obat-obatan, melainkan harus berusaha disiplin, seperti ditawarkan oleh para filsuf kuno dengan mengubah tingkat kesadaran, sehingga individu tidak lagi "menjadi" serta terikat, dalam tingkat transaksional.
Tujuan praktik keagamaan Weda adalah untuk melepaskan diri dari proses menjadi (bhava) ini, sehingga mampu memutuskan ikatan, serta mencapai tahap di mana "tidak ada jalan kembali", meskipun praktik tantra tertentu menyatakan bisa datang kembali melalui syarat khusus. Ketika Sang Buddha menyatakan bahwa itu adalah kelahiran terakhir baginya (antima jati), bahwa tidak ada lagi proses menjadi baginya, sehingga ia telah "menenangkan diri sepenuhnya" (sitibhuto), tetapi yang dimaksud adalah, bahwa beliau telah berhasil membebaskan dirinya dari kesadaran terikat, terhadap fakta juga gagasan.
Oleh sebab itu tidak lagi berkewajiban bekerja pada tingkat transaksional, karena telah mampu memperoleh fasilitas untuk turun sesuai keinginannya, menuju tingkat kesadaran lainnya. Sehingga beliau benar-benar mampu berkata:
"Itu bukan milikku yang mereka bicarakan; itu bukan aku yang mereka ceritakan."
Uraian Sang Buddha mengenai kesadaran tidak terikat pada fakta, serta gagasan bersifat mengungkap:
"Jadi kesadaran, yang tidak memiliki tempat, tidak memiliki peningkatan, serta tidak memiliki individualitas;dan terbebaskan. Maka ia stabil, bahagia, serta tidak gelisah, sehingga dengan demikian mencapai kedamaian penuh dalam dirinya sendiri."
Penarikan, Penolakan dan Pengekangan
Namun, sebelum zaman Buddha, Upanishad telah menggambarkan keadaan ini melalui cara sama:
"Simpul-simpul hati putus, semua keraguan yang gelisah terpotong, semua kewajiban lenyap, ketika seseorang mampu melihat lebih jauh."
Yoga, Tantra, dan disiplin Buddha, sama-sama berusaha untuk mewujudkan pengalaman ini, bukan sebagai kejadian sesekali, tetapi sebagai kontinum stabil. Disiplin persiapan seperti disarankan oleh Yoga serta Tantra, mengambil bentuk penarikan diri, penolakan, juga pengekangan.
Tujuannya adalah untuk melepaskan organ-organ indera, serta pikiran, dari kesenangan mereka terhadap fakta juga ide, juga dengan demikian mematahkan soliditas nyata kesadaran transaksional. Sebuah Upanishad mengatakan:
"Kesadaran yang ada, dengan sendirinyalah menembus celah-celah indra, oleh karena itu kesadaran tidak melihat ke keluar. Akan tetapi, beberapa orang pemberani, yang menginginkan stabilitas, melihat ke dalam dan menemukan jati diri."
Dengan demikian, disiplin awal adalah berusaha menutup celah-celah, dimana membuat kesadaran berorientasi ke luar. Kesadaran pada hakikatnya mengalir diibaratkan seperti sungai, ketika kesadaran itu terhenti di perjalanannya menuju objek (tindakan di dunia), maka kesadaran tersebut secara alami akan beralih menjadi ide-ide. Ini adalah kondisi memerlukan sebuah pijakan (padaniya) untuk bisa menjelajahi tingkat kesadaran lain lebih mendalam.
Zen sendiri mencoba meraih hasil sama melalui cara mengejutkan, yaitu "terobosan mendadak." Pikiran tiba-tiba berubah bentuk tanpa disadari, sedangkan usaha untuk memperoleh kembali keseimbangannya, maka transformasi penting terjadi: dimana tingkat-tingkat di dalam, serta bidang-bidang lain di luar sana, muncul dengan jelas. Namun, sebelum ini mampu dilakukan, pengembangan batin terus menerus sangat diperlukan.
Nafas Mengontrol Indera
Perbedaan antara disiplin "mendadak" (Rinzai) dan "bertahap" (Soto) bukanlah perbedaan mutlak. "Pintu masuk" dibuat "sekaligus", tetapi melalui perjalanannya panjang secara bertahap. Persiapan perjalanan spiritual Zen, pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan persiapan menurut Yoga, Tantra, atau bahkan Buddhisme kuno. Zen juga mengajarkan:
"Buanglah tubuh untuk menemukan jiwa."
Namun, ini tidak berarti ada penolakan terhadap dunia atau asketisme ekstrem, karena Zen mendorong partisipasi tetap aktif terhadap dunia. Tetapi dimaksud di sini adalah menusuk gelembung kesadaran transaksional Dhyana (Pali: Jhana, Cina: Ch'an, Jepang: Zen) merupakan teknik adopsi oleh seluruh agama India, untuk mengubah kesadaran normal menjadi kesadaran luar biasa. Kata Sansekerta berarti meditasi, perhatian penuh, kerasukan, kontemplasi, introspeksi mendalam, konsentrasi. Ini pada dasarnya merupakan upaya memfokuskan perhatian pada objek batin. Secara operasional, ini menandakan kesadaran berputar pada dirinya sendiri.
Sebuah Upanisad menjelaskan bahwa tujuannya adalah
"Membuat satu bentuk yang beraneka ragam dalam jiwa mereka sendiri."
Apa yang dipahami diatas, merupakan kesadaran objek saat ini dipecah menjadi faktor-faktor penyusunnya, termasuk kesadaran penerima mengacu pada objek, perhatian, pembentukan gambar juga retensi. Kesadaran transaksional, dianalisis ke aspek internal, juga aspek eksternalnya; sedangkan aspek internal tunduk pada analisis konstruktif lebih lanjut.
Teknik yang sudah lama digunakan, guna membiasakan diri terhadap pekerjaan batin ini adalah, melalui cara memfokuskan perhatian pada proses pernapasan. Napas bersifat internal, sejauh menyangkut konstitusi fisik, tetapi berada di luar kesadaran. Yoga mengklasifikasikannya di bawah fenomena tubuh, serta menyarankan untuk memperhatikannya, serta mengaturnya, sebelum pekerjaan batin lebih lanjut bisa dicoba.
Menarik Pikiran Dalam Meditasi
Meditasi Buddha dikenal sebagai anapanasati (perhatian menghirup serta menghembuskan napas) menyarankan pengamatan cermat, analitis, serta tidak terlibat terhadap fenomena tersebut tanpa, betapapun sadarnya untuk mencoba mengaturnya.
Alasan mengapa pernapasan begitu penting adalah, karena pernapasan merupakan satu-satunya jembatan antara dunia luar, dengan kesadaran batin: selain itu, pikiran pada hakikatnya mengikutinya. Ernest Wood menulis:
"Ada ketenangan pikiran tertentu, tercermin dalam pernapasan yang agak lambat serta terukur."
Bahkan pengamatan napas secara sederhana menurut anapanasati Buddha, meditasi dengan 'menghitung', 'mengikuti', 'mengawasi gerbang', serta tahap-tahap lain seperti dijelaskan secara rinci oleh Buddhaghosa menghasilkan pengendalian tak sadar, atas semua proses fisik terkait oleh kesadaran, sehingga eksplorasi lebih lanjut terhadap tingkat-tingkat di luar tingkat transaksional difasilitasi.
Pengerahan tenaga awal membantu pengembangan 'kedekatan' (upacara) yang pada gilirannya menghasilkan 'penyerapan' (appana) atau kerasukan. Pengusiran rangsangan eksternal membuat kesadaran waspada terhadap proses-proses batin; gambaran, konsepsi, juga simbol disorot di sini. Dengan tekun, proses-proses batin ini dilucuti dari makna serta sifat-sifat konvensionalnya, menjadi kurang objektif.
Tingkat kesadaran ini disebutkan oleh buku-buku upacara Buddha. Kesadaran tahap ini diperluas, tidak lagi 'terikat' pada fakta-fakta seperti dalam tingkat transaksional. Mungkin ada kesadaran sensorik, seperti ketika seseorang mengamati lubang hidung sambil bernapas, atau mengamati kontak kaki dengan tanah dalam meditasi cankama; tetapi objektivitas rangsangan dihilangkan dengan sinyal-sinyal indra dimatikan, sehingga silau realitas tidak ada lagi di sana.
Empat Tahapan Jhana
Jhana adalah kondisi meditasi tenang serta terkonsentrasi, di mana pikiran menjadi sepenuhnya terbenam juga terserap kedalam objek perhatian yang dipilih. Ini adalah landasan pengembangan Konsentrasi Benar.
1. Jhana Pertama,
Kesadaran tahap ini muncul sebagai aliran merata serta bebas objek. Buku-buku panduan meditasi membandingkannya dengan “mengembangnya sayap ketika burung akan terbang” juga “berdengungnya lebah di atas bunga teratai”. Ada sensasi (sampahassana) yang berasal dari kesadaran Jhana pertama berupa: sensasi menyenangkan (sukha), euforia (piti) dan relaksasi (upekkha).
2. Jhana Kedua.
Sensasi dan perasaan fisik telah menguasai keadaan ini dihilangkan.
Di sini pengalamannya sepenuhnya subjektif juga psikologis. Meskipun sensasi menyenangkan, euforia serta relaksasi meningkat, tetapi pencapaian ketenangan batin (sampasadana) mencirikan tingkat kesadarannya. Sensasi menyenangkan serta euforia hanya sedikit mengganggu, membuat relaksasi memperoleh penekanan.
3. Jhana Ketiga
Menyadari memperoleh kesenangan serta euforia sama sekali tidak berguna, meskipun ada. Kesadaran di tingkat ini sepenuhnya rileks juga sangat tenang (sukha viharin). Rangsangan eksternal, kesan-kesan indra, ide-ide beserta konfigurasinya, tidak mengganggu kesadaran tahap ini, meskipun subjeknya terjaga serta waspada. Itulah yang disebut "tingkat kesadaran minimal".
Perlu dicatat bahwa efek obat-obatan, meskipun serupa dalam beberapa detail, namun sama sekali berbeda. Marijuana tidak mengubah struktur kepribadian dasar individu. Hanya mengurangi hambatan, serta memunculkan apa yang terpendam dalam pikiran, serta emosi individu, tetapi tidak membangkitkan respons, seharusnya sama sekali asing baginya. Kesamaan tersebut terletak pada perasaan subjektif intens akan kesadaran, euforia (pengalaman internal, kaya dan hidup) perasaan terisolasi berlebihan.
Namun, hal tersebut tidak bersifat sementara kasus kondisi Jhana telah dijelaskan di atas; gejala lain seperti hiperestesia sensorik, distorsi rasa waktu serta ruang, kegembiraan, kehilangan penilaian, ekstasi, juga agresi pada umumnya terjadi pada obat-obatan, tidak terjadi dalam meditasi.
Memang benar bahwa pada tahap awal pengalaman kerasukan, halusinasi terjadi, seperti halnya pada kasus LSD, Mescaline, dan Psilocybin; juga benar bahwa anapanasati dan pranayama, aspek pengalaman seperti gelombang terjadi seperti pada beberapa halusinogen, tetapi depersonalisasi atau "kesadaran ganda", sinestesia, kecemasan, atau reaksi paranoid tidak terlibat.
Sebenarnya, gejala terkait dengan kerasukan seperti telah disebutkan di atas, dipandang sebagai rintangan yang harus diatasi, juga dihilangkan, sebelum seseorang mencapai tingkat penyerapan keempat.
4. Jhana Keempat
Tingkat ini ditandai kebebasan sensasi fisik dan perasaan mental, sehingga tidak adanya sensasi kesenangan maupun menyedihkan (asukhamadukkham), benar-benar keseimbangan tenang.
Tingkat ini digambarkan sebagai 'kemurnian absolut' dihasilkan dari ketidakpedulian pikiran (upekkha-sati-parisuddhi). Subjek tidak memiliki sensasi tubuh dan pikiran (piti), maupun perasaan gembira (sukha).
Baik Piti maupun Sukha dipandang sebagai gangguan. Seorang pengembara yang haus akan merasa gembira ketika melihat sebuah danau, dan gembira ketika meminum air darinya. Namun pengalaman kepuasan yang terjadi setelahnya adalah, tenang serta tidak menonjol. Kesadaran pada tingkat ini ibarat "kestabilan nyala lampu saat tidak ada angin".
Praktik yang mengarah ke tingkat kesadaran ini secara teknis dikenal sebagai samatha bhavana (meditasi ketenangan). Merupakan pengembangan, atau pemupukan kesadaran secara sistematis, melalui beberapa tingkatnya sehingga ada peningkatan kejernihan, serta intensitas kesadaran; Tujuannya adalah untuk “menyajikan gambaran tentang apa sebenarnya didorong oleh segala pemalsuan” (nyanaponika thera).
''Kesadaran murni" dikatakan menghasilkan "pemahaman jernih", merupakan alat pembebasan akhir, dibayangkan Buddhisme sebagai keberadaan bagi dirinya sendiri di wilayah batin ini. Pemahaman jernih ini diikuti oleh wawasan mengenai keberadaan (vipassana). Yoga juga mengakui bahwa "dari penguasaan ketenangan pikiran muncullah institusi" (Patanjali, 3, 5). Ini pada dasarnya adalah orientasi Tantra.
Kesimpulan
Transformasi kesadaran adalah inti praktik spiritual Yoga, Tantra, dan Zen. Melalui meditasi serta disiplin, kesadaran yang masih terikat pada dunia bisa diubah menjadi kesadaran bebas, juga penuh kedamaian. Teknik meditasi seperti Dhyana juga anapanasati, mampu membantu mencapai tingkat kesadaran mendalam, di mana individu bisa melepaskan diri dari keterikatan, terhadap fakta-fakta duniawi, juga mencapai kebebasan spiritual.
Yoga serta Tantra menekankan pentingnya disiplin persiapan, seperti penarikan diri, penolakan, juga pengekangan, agar bisa melepaskan organ-organ indera, serta pikiran dari keasyikan mereka terhadap fakta juga ide. Dimana Zen, di sisi lain, percaya pada pencerahan mendadak, tetapi juga memerlukan pengembangan batin, tiada henti-hentinya sampai transformasi penting bisa terjadi.
Sedangkan obat-obatan psikedelik seperti Marijuana dan LSD, meskipun mampu memberikan gambaran sementara, mengenai tingkat kesadaran mendalam, tetapi sayangnya mereka tidak bisa menghasilkan perubahan permanen. Transformasi sejati membutuhkan upaya tekun, serta penolakan terhadap keterikatan keduniawian. Meditasi ketenangan (samatha bhavana) serta pemahaman jernih (vipassana) merupakan alat mencapai pembebasan akhir, di mana kesadaran mencapai kestabilan, juga kedamaian absolut.
Melalui pemahaman, dan penerapan prinsip-prinsip tersebut, maka kita mampu mencapai pembebasan spiritual, sehingga bisa hidup melalui perspektif lebih baik, juga kekuatan lebih besar.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"