Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

 


Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

Keyakinan dan ketulusan adalah kunci keberhasilan spiritual. Di tengah zaman Kali Yuga, kebijaksanaan abadi hadir di antara kita, memberikan berkah kepada mereka yang tulus. Jalani sadhana dengan sikap polos, jaga keikhlasan, dan selalu ingat nama Tuhan untuk mencapai kebahagiaan sejati.


Kali ini kami akan mengungkapkan kedalaman hubungan antara guru, dan murid dalam tradisi spiritual. Menjadi murid sejati adalah sebuah proses, dimana memerlukan seleksi ketat, juga pemahaman mendalam dari sang guru. Dengan menggali kisah-kisah seperti Guru Tukaram, kita bisa belajar, bahwa keyakinan, serta ketulusan adalah kunci keberhasilan spiritual. Di tengah zaman Kali Yuga, kebijaksanaan abadi sang Rsi hadir di antara kita, memberikan berkah kepada mereka yang tulus. Tulisan ini juga menekankan pentingnya menjalani sadhana dengan sikap polos, menjaga keikhlasan, serta selalu mengingat nama Tuhan untuk mencapai kebahagiaan sejati.


Semoga setiap artikel di blog kami memotivasi pembaca untuk mengeksplorasi aspek spiritualitas yang otentik. Jangan ragu untuk meninggalkan komentar, atau berlangganan untuk mendapatkan pembaruan terbaru dari kami. Terima kasih atas kunjungan Anda.

Selamat membaca!

Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

Mereka Yang Ingin Menjadi Murid Terpilih

Bila informasi ini dibutuhkan, untuk menjadikan Anda sebagai seorang murid, karena berapa banyak murid sejati, mampu dimiliki oleh seorang guru? Satu atau dua, paling banyak segelintir. Beberapa guru mengajar segelintir murid, sedangkan sebagian tidak mengajar siapa pun. Seorang guru mungkin mempunyai banyak pengikut, namun tidak ada gunanya menciptakan ratusan murid, dimana semuanya hanya setengah matang (ardha dagdha).  


Setiap guru harus memiliki satu murid khusus, dan hanya kepadanya ia bisa mentransfer seluruh pengetahuannya paling berharga. Maka Buatlah satu, tapi buatlah “satu” tersebut dengan sangat teliti, sehingga seluruh dunia akan ternganga melihat kehebatannya. Itulah nilai sebenarnya menjadi seorang guru. 


Kebanggaan melihat anaknya sendiri sukses, tidak bisa diukur melalui kata-kata. Sekarang bisa dibayangkan, apabila orang tua mampu menjadi guru bagi anak-anaknya sendiri, namun hanya sedikit dari mereka mampu memahaminya, sedangkan sisanya hanya berasumsi, bahwa anak merupakan bagian dari proses perkembangbiakan. 


Namun perbedaannya, seorang guru tidak bisa sembarangan memilih muridnya, karena dia harus mengetahui kemampuan, serta bakat bawaan dari masing-masing anaknya tersebut, sehingga bisa memilih kepada siapa, akan diwariskan sebagian besar pengetahuannya. Inilah sebabnya mengapa seorang guru, juga selalu suka bermain dengan “anak-anaknya”, dengan tujuan menguji kemampuan mereka.

Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

Inisiasi Murid Melalui Shaktipat Diksha

Setelah puas menguji calon penerusnya, maka guru memberikan Shaktipat Diksha kepada muridnya, Guru biasanya memindahkan shakti tersebut melalui sarana, ini bisa berupa minuman, bau dupa, tatapan tajam, atau ketukan di tulang belakang atau kepala. Mungkin beliau juga menyampaikan shakti dalam bentuk mantra. 


Ketika murid dengan mata tertutup, mampu melihat mantra ditulis dalam lidah api, melalui aksara Dewanagari, sebuah suara akan memberitahu “anak” tersebut, bagaimana cara mengulang mantra, serta batasan apa harus dipatuhi. Lebih baik memang dilakukan dengan cara seperti ini, karena mantra sebenarnya tidak pernah dimaksudkan untuk diucapkan. 


Inilah yang terjadi pada Guru Tukaram, pemilik batu bertuah. Beliau bertemu gurunya hanya sekali saja, dalam mimpi. Guru nya menunjukkan kepadanya mantra tersebut, lalu mengulanginya, dan selanjutnya menyuruhnya untuk mengikutinya, itu saja. Tidak ada ceramah panjang, inisiasi fisik atau ritual rumit. 


Beliau mendapatkan mantranya serta mulai melafalkannya, ini juga bukan sebuah mantra rumit, itu adalah mantra Rama Krishna Hare yang sederhana, serta indah. Karena Guru Tukaram memiliki keyakinan tertinggi pada gurunya, maka guru Tukaram mencapai keajaiban bahkan tanpa bimbingan pribadi dari seorang guru yang masih hidup. 


Sayangnya, tidak semua orang yang mengaku telah diinisiasi dalam mimpi, mampu berakhir seperti Guru Tukaram. Ini adalah bentuk permainan indah antara guru dan murid. Semua orang akan mati. Mungkin sekarang, mungkin nanti, tapi suatu hari nanti guru akan pergi, dan murid ditinggalkan di sini. Anda telah menyerap banyak informasi yang telah kami sampaikan mengenai spiritual, dan belajar cukup banyak dari nya, dan masih banyak lagi yang harus dipelajari. Jangan pernah melewatkan kesempatan untuk belajar. Karena di Kali Yuga, tidak ada lagi pertapaan Rsi dalam bentuk fisik lagi disini. 

Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

Menarik Berkah Spiritual Melalui Kedatang Mahapurusha

Karena para Rsi sendiri adalah abadi, maka mereka mampu bepergian kemanapun mereka suka di alam semesta. Ini berarti bahwa seorang Rsi mungkin sedang bergerak di antara kita, di Bali atau di mana pun. Tentu saja tidak ada seorang pun yang mampu mengenali keberadannya, dia akan menyamar, karena itu mereka tidak membutuhkan KTP serta KK, menunjukan statusnya sebagai seorang Rsi, selain itu cara hidupnya juga sudah tidak sama seperti kita, sebagai manusia biasa. 


Anda hanya mampu mengenalinya, bila mengetahui tanda-tanda khusus pada tubuhnya, ini membedakan mereka dari manusia biasa. Namun, sayangnya sangat sedikit manusia mampu mengetahui tanda-tanda tersebut. Bila Anda mengetahui ciri-cirinya, serta mampu mengenali Mahapurusha, bahkan Siddha sekalipun, dimana levelnya lebih rendah tapi mereka tetap mampu, memberikan berkah luar biasa. 


Karena ini adalah Kali Yuga, maka sadhana setiap orang juga tidak sempurna, jadi kemungkinan besar akan sulit,  bisa menarik Mahapurusha agar datang dengan paksa. Tetapi bila memiliki ketulusan melakukan sadhana yang telah diajarkan, serta memiliki keinginan kuat, pasti suatu hari Mahapurusha akan mendatangi dengan cara menyamar, juga membiarkan Anda, untuk berusaha menangkapnya. 


Lihatlah, mereka begitu suka bermain-main? Meskipun sadhana adalah urusan sangat serius, namun Anda harus selalu menjaga sikap main-main tersebut, layaknya anak kecil. Semua orang, dan khususnya para makhluk surgawi, mencintai anak-anak karena keluguannya, tapi tak seorang pun menyukai orang dewasa, yang menganggap dirinya terlalu pintar. Cara tercepat untuk gagal dalam perjalanan spiritual, adalah menjadi cepat besar untuk celana Anda. 


Inilah alasannya kenapa kita harus selalu melihat Narayana, atau Tuhan dalam wujud manusia, di hati setiap makhluk yang kita temui. Karena Anda tidak pernah tahu kapan, atau dalam bentuk apa, dewa ataupun Mahapurusha, akan hadir untuk menguji. Bila lulus, maka keseluruhan sadhana dimana sedang dilakukan, akan dimahkotai dengan kesuksesan. Namun bila gagal,  Anda harus memulai lagi dari awal, dan tidak ada yang tahu berapa lama waktu dibutuhkan untuk mengulanginya. Jadi jangan membuat kesalahan. 

Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

Diri (Aham) Adalah Batu Ujian

Ingatlah, bahwa kehidupan bukanlah ujian umum, dimana bisa selalu diikuti. Kita akan tidak pernah tahu, ujian tersebut sedang berlangsung, sampai menyadari semuanya telah berakhir. Sebenarnya, tentu saja, tidak ada namanya ujian. Selama ini kita mengira ada ujian, karena merasa berada diposisi layak untuk diuji, inilah kepribadian palsu, artinya hanya merasa siap bila akan diuji, selanjutnya akan kembali kepada sifat asli. 


Ketika “Aku” diubah menjadi huruf kapital “A” dari aham,  maka tidak ada lagi pertanyaan siapa akan diuji, selain diri sendiri? tapi selama dualitas masih ada, juga selama Kundalini belum sepenuhnya terbebas dari selubungnya maka selalu ada bahaya, bahwa kita mungkin tidak bisa membuat pilihan tepat, karena adanya permainan karma serta Rana/Rina bandana. 


Apapun yang ditakdirkan untuk dimiliki, bisa didapatkan, tanpa keraguan, sedangkan bagaimana, serta kapan memperolehnya, bergantung pada seberapa baik kita mampu mengultivasi pikiran itu sendiri. Sedangkan fungsi dari praktik Tantra adalah, untuk mengatur pikiran, indera, serta tubuh, agar terhindar dari kesengsaraan. 


Hidup tanpa kesengsaraan dalam jangka waktu lama menghasilkan kepuasan, juga membuahkan kebahagiaan. Ketika kebahagiaan ditingkatkan melampaui segala batas yang mampu dibayangkan, serta dipertahankan oleh manusia, maka menjadi bentuk kebahagiaan, disebut dalam Weda sebagai ananda. 


Sadhana adalah sarana mencapai tujuan tersebut. Ketika Kundalini terbangun, tubuh, pikiran, serta jiwa, dalam keadaan baik, maka kebahagiaan pasti ada. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus diciptakan, atau kumpulkan, melainkan muncul secara spontan. Biarkan saja Tuhan memutuskan, apapun terbaik bagi kita, maka Tuhan menyediakannya sesuai dengan kebutuhan. 


Jadi, bahkan pada saat lemahnya kemauan, serta kendali mental menjadi buruk, tetap tidak ada perlu dikhawatirkan. Selalu ingat bahwa metode pengendalian pikiran tertinggi, adalah dengan pengulangan nama Tuhan secara terus-menerus. Jangan pernah melupakan-Nya, maka Tuhan tidak pernah melupakan, maka suatu hari Anda akan berhasil.

Perkembangan Spiritualitas Dalam Era Kali Yuga

Kesimpulan

Menjadi murid sejati dari seorang guru spiritual, merupakan proses sangat selektif serta mendalam. Seorang guru sejati mungkin hanya memiliki satu atau dua murid, mereka yang benar-benar mampu mewarisi pengetahuan paling berharganya. Proses ini melibatkan pengujian kemampuan, juga bakat bawaan calon murid, serta hanya mereka yang telah lulus ujian mampu menerima transfer pengetahuan, atau Shaktipat Diksha dari gurunya. Shaktipat Diksha bisa disampaikan, melalui berbagai sarana seperti minuman, bau dupa, tatapan tajam, atau mantra, diucapkan dengan penuh keyakinan.

Contoh penting dari proses ini adalah, kisah Guru Tukaram yang menerima mantra dalam mimpi, dimana beliau juga mampu mencapai keajaiban tanpa bimbingan langsung dari gurunya. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan, serta keyakinan pada guru, merupakan kunci meraih keberhasilan spiritual, bahkan tanpa interaksi fisik secara langsung.

Di zaman Kali Yuga, Rsi yang abadi mampu bergerak di antara manusia tanpa dikenali, karena mereka mampu menyamar sebagai manusia biasa. Mengenali, juga mendapatkan berkah dari mereka membutuhkan ketulusan melalui praktik sadhana, juga keinginan kuat untuk maju secara spiritual. Namun, sadhana harus dilakukan dengan sikap polos seperti anak masih kecil, karena kebijaksanaan surgawi, menyukai kesederhanaan, juga keluguan, daripada kesombongan.

Penting untuk melihat setiap makhluk sebagai perwujudan Tuhan, karena kita tidak pernah tahu kapan dewa, atau Mahapurusha, akan datang menguji kita. Keberhasilan melalui ujian ini, akan memahkotai sadhana dengan kesuksesan, sementara kegagalan akan memaksa kita untuk mengulang kembali dari awal.

Meskipun hidup kita dipengaruhi oleh karma, juga keterikatan, praktik Tantra mmapu membantu mengatur pikiran, indera, juga tubuh, menghasilkan kepuasan, serta kebahagiaan, disebut ananda dalam Weda. Kebahagiaan ini muncul secara spontan, ketika Kundalini mulai terbangun, dimana tubuh, pikiran, serta jiwa, dalam keadaan baik. Metode terbaik mengendalikan pikiran adalah, melalui mengulangi nama Tuhan secara terus-menerus. Dengan demikian, kita mampu mencapai kebahagiaan sejati, juga memenuhi tujuan spiritual tersebut.

Post a Comment

0 Comments