Tantra: Perjalanan Spiritual Melampaui Mitos

 

Tantra adalah filosofi hidup sederhana serta realistis, mengutamakan keseimbangan, juga pengendalian diri. Seks dalam Tantra bukan untuk kepuasan langsung, melainkan untuk pembalikan dan pengendalian. Ini adalah sistem yang menekankan pada individu, berusaha memahami energi psikis, dan harmonisasi kekuatan di dalam tubuh, serta pikiran.


Salah satu ideologi spiritual yang sering disalahpahami karena adanya penyimpangan praktik, atau interpretasi modern. Dimana penggemarnya menggambarkannya sebagai pengetahuan esoteris, juga mistis, sementara para kritikus, lebih menonjolkan pada unsur cabul dari sebuah sekte, yang mengaku sebagai Tantra. 


Padahal Tantra, sejatinya adalah sebuah cara pendekatan sederhana, bertujuan membantu manusia memahami kehidupan sehari-harinya melalui teknik spiritual. Dalam pengertian lebih mendalam, Tantra adalah proses menggabungkan ritual, pola energi (yantra), dan mantra, untuk meningkatkan kesadaran diri. Dimana pengendalian napas, seksual, serta dorongan batin adalah aspek penting prakteknya, yang bertujuan mencapai keseimbangan spiritual.

Memahami Tantra

Ketika mempelajari Tantra, maka kita akan terbentur oleh dua kelemahan utamanya, dimana para penggemar Tantra berusaha memproyeksikan citra esoteris, begitu juga mistisnya, sehingga para terpelajar yang berusaha menyampaikan pendapatnya sendiri, menjadi kurang percaya diri. Sedangkan di sisi lain, para penentang Tantra, cenderung berusaha menyoroti unsur-unsur antinomian, serta cabul, digaungkan oleh sekte sesat mengaku sebagai Tantra, membuat mereka yang memegang teguh nilai kesopanan, serta moral, akan berusaha menghindarinya. 


Sayangnya, mereka juga tidak menyadari, bahwa sikap pertama tidak bisa dibenarkan, kedua juga tidak beralasan. Meskipun memang benar bahwa beberapa teks Tantra, menggunakan pemikiran sangat abstrak, serta bekerja pada rumitnya simbolisme, bahkan tidak relevan. Juga benar bahwa beberapa ritual Tantra, seperti telah dijelaskan, dipraktikkan, seluruhnya aneh, juga menjijikkan. Tetapi segala bentuk penyimpangan, sama sekali asing bagi semangat, serta inti ideologi Tantra itu sendiri.

Melampuai Stereotip

Tantra pada dasarnya adalah sebuah kebiasaan masyarakat, dengan unsur-unsur abstraksi yang minim. Menyangkut manusia normal, berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Jelas ada penekanan terhadap diri individu terhadap budayanya, yang bertentangan dengan orientasi kolektif tradisi Weda, akan tetapi berlebihan atau penyimpangan, dalam perilaku individu memang tidak pernah disarankan, didorong, atau diterima. Dimana budaya Tantra lebih condong pada cita-cita "kontemplasi tenang" daripada pada tujuan "hidup menyenangkan" di dunia, atau di akhirat, ini bisa kita temukan dalam himne Weda. 


Faktanya, temperamen Weda yang ringan, serta antusias, sebagian besar diredam, oleh pengaruh Tantra, seperti dilihat melalui ideologi Upanishad. Tantra sendiri tidak terlalu esoteris, atau terlalu aneh, karena bekerja pada pendekatan sederhana, juga menyeluruh, terhadap problematika kehidupan di dunia, dengan kekuatan yang bercampur aduk.


Sedangkan ungkapan Tantra sendiri telah diturunkan secara beragam, serta dijelaskan secara berbeda. Kata ini dianggap menandakan sistem pemikiran, sekumpulan praktik, atau kumpulan buku. Seperti halnya kata Yoga, berarti banyak hal, baik secara umum maupun tidak umum, baik normal maupun tidak normal. Seperti yang akan dijelaskan kemudian, dimana makna aslinya tampaknya berada dalam konteks menenun, menggunakan alat tenun, sebagai asal dari panggilannya. 


Tantra adalah alat tenun yang benangnya "dibentangkan" atau ‘ditebarkan’ (tan) memiliki arti kehadiran sebuah pola atau desain, dari penyebaran atau perluasan, atau hanya berarti “penjelasan”. Sedangkan pengertian terakhir, memiliki makna sebuah buku, atau sebuah bab di dalamnya, dimana argumen serta penjelasannya, mampu memunculkan sebuah tema (Shashti Tantra), atau cerita yang menggambarkan sebuah pokok bahasan (Pancha Tantra) awalnya mengacu pada buku panduan tersendiri. Namun, seiring berjalannya waktu memiliki arti keseluruhan literatur risalah religio-magis. 

Praktik Utama Dalam Tantra

Tapi yang lebih utama bahwa, "tantra" menyiratkan sebuah tindakan penyebaran, atau proses perluasan berupa teknik, metode, praktik, trik. Dengan demikian, ungkapan ini berarti keterampilan, atau kompetensi dalam menggabungkan metode bersama teknik. Kita memiliki definisi menarik dari seorang pakar terkemuka, yaitu Katyayana mengatakan "Tantra adalah hadirnya tindakan secara bersamaan". Dengan kata lain, ini adalah kelompok tindakan, perilaku, sebuah sintesis, seperti halnya Yoga.


Ayurweda menggunakan kata 'tantra' sebagai arti 'tubuh', dan kata lain 'yantra' dalam arti Mesin. Dimana tubuh adalah sekumpulan organ (angas), rangkaian kekuatan (dhatus, dosha, dan mala), dan pola yang akan terjadi kemudian. Bahkan dalam pengertian lebih luas, 'yantra' berarti pola geometris, sintesis garis, bersama huruf-huruf benih (bija), sebagai representasi total. Dimana 'mantra' juga merupakan rangkaian sistem suara seperti huruf, dan kata, dengan beberapa potensi tidak umum, atau dikenal sebagai rumus ajaib. 


Tantra secara teknis adalah sebuah proses, menghubungkan pola tidak umum (yantra), dengan rumus tidak umum (mantra). Dasar dari kedua pola, serta rumus tersebut adalah, kepercayaan bahwa tubuh manusia merupakan landasan tempat pola, dan rumus tersebut beroperasi. Yantra hanyalah perluasan, atau eksternalisasi, dari kekuatan yang dibayangkan, bekerja di dalam diri individu, sedangkan mantra, pada dasarnya adalah konkretisasi, atau formalisasi, getaran terjadi di dalamnya. 


Sedangkankan Tantra mengacu terhadap bidang umum, tempat kekuatan, serta getaran tersebut beroperasi, yaitu tubuh, bukan hanya tubuh fisik kasar manusia, tetapi tubuh "tiruan" tidak terlihat, meskipun itu rumit untuk dijelaskan, tapi efektif meskipun tidak terlihat. Memahami tubuh yang bisa dilihat, disentuh, dengan memiliki tubuh tiruan tidak terlihat, atau disentuh, sudah menjadi pemikiran sangat kuno, bahkan sangat umum bagi kebanyakan orang di dunia. 

Tantra Sebagai Jalan Menuju Pembebasan

Ideologi Tantra mengembangkan pemikiran tersebut menjadi dinamika internal, semacam energi psikis dalam diri individu. Dengan demikian, konteks individu menjadi signifikan dalam tradisi Tantra, berupa naluri, dorongan, aspirasi, serta hambatan individu, diupayakan agar terorganisasi sedemikian rupa, sehingga berfungsi secara efektif, bertujuan, serta terpadu. Dengan reorganisasi kekuatan internal seperti itu, maka seseorang tidak hanya mampu mengatasi keterbatasan alamiahnya, tetapi juga meningkatkan efisiensinya. 


Sedangkan segala tindakan dalam rangkaian atau reintegrasi ini adalah 'ritual', simbolis dan sugestif. Sebuah pola tindakan sesuai dengan pola kekuatan medan batin, adalah yang dimaksud dengan Tantra, sedangkan penggabungan tindakan dengan kekuatan medan batin, adalah Yoga. Kedua ekspresi, Tantra dan Yoga tersebut, muncul dari sumber yang sama, begitu juga makna, serta konteksnya. 


Dengan demikian, tradisi Tantra memfokuskan perhatiannya pada individu, struktur fisiknya, mekanisme mentalnya, cara-cara kesadarannya, serta motivasi organismenya. Sebaliknya, tradisi Weda mengutamakan perhatian terhadap kosmos, serta tunduk pada kekuatan perubahan, yang bagaimanapun juga bisa dipaksakan. 


Meskipun tradisi Tantrik di awal, tidak mengembangkan imajinasinya di luar lingkungan terdekat individu. Namun, di kemudian hari, ketika, di bawah pengaruh Weda, Tantra mulai mengembangkan minat pada dunia di luar tubuh manusia, menghibur dirinya dengan keyakinan, bahwa mikrokosmos pada dasarnya homolog dengan makrokosmos. Kosmos hanyalah perluasan, sebagai proyeksi individu, dimana alam semesta sebenarnya terkandung dalam diri individu.


Ketika kita menemukan ide-ide serupa dalam fase Upanisad dari literatur Weda, pengaruh ideologi Tantrik bisa disimpulkan. Filsafat Tantrik yang khas, bisa dilihat dari teks-teks abad pertengahan seperti Tantraloka, Sarada Tilaka, Mrgendragama, dan Tripura Rahasya, tidak diragukan lagi sangat berhutang pada pandangan Weda, meskipun mengandung inti kembali ke masa pra-Weda. 


Konsep Tantrik klasik seperti bija, bindu, samvit, kala, mandala, prakasa, vimarsa, ahamta, idamta, dan Kancuka, jelas merupakan konsesi terhadap keterlibatan dari perkembangan kosmik, sebagai hasil interaksi dengan sistem pemikiran Weda. Bahkan ketika keterlibatan ini terjadi, minat pada individu tidak terganggu. Dalam individu, ada dua aspek kehidupan secara eksklusif menarik perhatian Tantra, yaitu pernapasan dan seks. 


Berbeda dengan pemikiran primitif di tempat lain, Tantra khawatir bahwa hembusan udara dari tubuh, dan ejakulasi cairan mani, sama saja dengan pengeluaran energi kehidupan, artinya bisa mempercepat kematian. Untuk memperpanjang hidup, dianggap perlu untuk menahan napas, serta menghentikan keluarnya cairan mani. Teknik pranayama untuk mengendalikan napas, sedangkan prosedur seperti yoni-mudra, dan vajroli-mudra untuk mencegah 'bindu mencapai api' (ejakulasi) sangat dianjurkan dalam beberapa teks Tantra. 


Sebuah teks, dengan tanggal tidak pasti, Goraksha Samhita, mengungkap hubungan intim antara napas (prana) dengan air mani (bindu), keduanya sebenarnya disamakan. Disini bisa dipahami bahwa kompleksitas yoga-tantra adalah berusaha memahami seks, serta memanfaatkan dorongan seksual, untuk mencapai tujuan spiritual.

Citra Tantra Di Era Modern

Penggunaan citra seks, tidak diragukan lagi sering terjadi dalam penjabaran Tantra, dan berhasil melalui dua cara, yaitu menggemaskan, juga menjijikkan. Tetapi, seks itu sendiri netral, seperti halnya udara yang kita hirup, dan itu alami. Tetapi ekspresinya bergantung pada kedewasaan, motivasi, serta kebiasaan mental individu. Beberapa aliran erotis, orgiastik, yang membingungkan, juga menggoda, tumbuh dari motivasi tidak sehat tertentu, dengan kecenderungan antisosial. Sayangnya aliran semacam itu, sama sekali tidak menunjukkan orientasi penting dari Tantra.


Sedangkan upaya menemukan, mengenali, serta menekankan makna mistik dalam segala hal, sangatlah tidak masuk akal, juga aneh, bahkan terkadang melampaui batas wajar. Banyak perkumpulan rahasia mengabdikan diri mereka, untuk pemanjaan seksual eksotis, tidak terkendali (guhyasamaja) juga terhadap kejahatan pembunuhan, telah menyamar sebagai aliran Tantrik esoterik, bahkan sampai batas tertentu mereka bisa berhasil lolos begitu saja. 


Ada cendekiawan barat dengan serius menjelaskan bahwa persetubuhan, "membuat pernapasan berirama, akan membantu konsentrasi, maka itu adalah pengganti pranayama", mereka dengan mudah, mengutip sesuatu untuk mendukung teks-teks Tantrik, dimana baik tanggal ataupun otoritasnya meragukan. Mereka membuat erotisme adalah hakikat dari Tantra, sedangkan apresiasi mereka terhadap aspek Tantra, tidak sepenuhnya berupa pemahaman. 


Buku-buku ditata dengan menarik berjudul "Seni Tantra" banyak membanjiri toko-toko buku, ini adalah salah satu fakta. Tapi sangat disayangkan, bukannya menghadirkan nilai pengetahuan kepraktisan spiritual, Tantra justru membawa asosiasi yang cenderung mengerikan, serta menjijikkan, ke dalam pikiran orang banyak. Namun, sebenarnya, seks dalam Tantra digunakan bukan untuk kepuasan langsung, tetapi untuk "pembalikan" (paravrtti) dan pengendalian (samyama atau dharana).


Tantra tidak boleh ditafsirkan sebagai kumpulan aliran mistik, dengan ide-ide tidak umumnya,  mereka adalah filosofi hidup sederhana, serius, tenang, dan realistis, mempertimbangkan dorongan, serta aspirasi normal manusia. Samkhya-Yoga, Ayurweda, dan Teks awal Upanishad lebih mewakili tradisi Tantrik, daripada semua aliran sesat yang umumnya telah memanfaatkan nama itu. Faktanya, kehidupan teratur tetapi efektif, menghindari hal-hal berlebihan, adalah pandangan dasar Tantra. 


Menjaga kesehatan, memperoleh kekuatan hidup yang efektif, dan melindungi masyarakat dari agresi individu, adalah tiga tujuan yang selalu ditekankan. Pengendalian pernapasan, dimaksudkan untuk mengamankan dua tujuan pertama, dan pengendalian dorongan nafsu, terutama seksual, diurus yang ketiga. Ada banyak eksperimen juga teori, sebelum metode tersebut diberi gaya, dan ditetapkan sebagai norma. Penggunaan obat-obatan medis, psikodelik, teknik alkimia, bahkan upaya sublimasi seks, juga dimasukkan dalam eksperimen tersebut.

Kesimpulan

Tantra adalah pendekatan spiritual praktis dan sederhana, meskipun sering di salah pahami. Penggemar menganggapnya terlalu mistis, sementara penentang melihatnya sebagai cabul, serta menyimpang. Padahal, Tantra menekankan pentingnya individu, juga keseimbangan kehidupan sehari-hari, bukan pada perilaku ekstrem atau ide-ide tidak relevan. 

Melalui teknik-teknik seperti pengendalian napas, serta pengaturan dorongan seksual, Tantra bertujuan meningkatkan energi psikis, juga memperbaiki kehidupan secara keseluruhan. Konsep dasar Tantra, seperti yantra dan mantra, bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan simbol kekuatan yang terbentuk di dalam tubuh, serta pikiran manusia. 

Pengaruh Tantra bisa dilihat dalam berbagai ajaran seperti Samkhya-Yoga, Ayurweda, bahkan dalam teks-teks Upanishad awal. Sebagai filosofi hidup, Tantra mengutamakan keseimbangan, pengendalian diri, serta hidup yang teratur namun efektif, menghindari perilaku berlebihan yang bisa merusak individu, dan masyarakat.


Post a Comment

0 Comments