Mandala adalah peta kosmos dan jiwa, menyatukan tubuh, pikiran, serta kesadaran. Harmoni hidup tercapai saat kita memahami, juga menyeimbangkan dimensi ini.
Dimensi hidup manusia melampaui batas fisik serta subjektif. Sebuah mandala, sebagai peta kosmos juga ruang kesadaran, menjadi alat penting menyelaraskan dimensi-dimensi ini. Praktik Tantra menggunakan simbol, mantra, beserta visualisasi, untuk memusatkan kesadaran, menghubungkan tubuh, pikiran, serta jiwa.
Tulisan kali ini mengeksplorasi bagaimana praktik ini membawa harmoni antara dimensi fisik (mahakasa), subjektif (cittakasa), juga kesadaran murni (cidakasa). Melalui pendekatan kaya simbolisme, Tantra mengajarkan kita untuk menyelami diri sendiri, serta menciptakan kehidupan seimbang, penuh makna, juga harmonis. Mari kita telusuri kedalaman konsep mandala, bagaimana cara menyatukan hidup kedalam kesadaran sejati.
Mandala Menyatukan Dimensi Fisik, Subjektif, Dan Kesadaran
Bila kosmos diperluas sebagai satu dimensi ruang (mahakasa, ruang fisik), maka jiwa individu bisa diperluas sebagai dimensi lain (cittakasa, ruang subjektif). Melalui perbedaan yang semakin besar diantara kedua dimensi tersebut, merupakan sumber dualitas subjek-objek, mendasari pengalaman normal. Jalan hidup sibuk dengan tugas hampir mustahil, untuk menyeimbangkan kedua dimensi atau garis tekanan, tanpa menyadari fakta bahwa keduanya benar-benar bisa disatukan, hanya melalui dimensi ruang ketiga (cidakasa, ruang kesadaran murni).
Perangkat Mandala berupaya memusatkan dimensi-dimensi dengan rapi; oleh karena itu, perangkat ini secara tepat, digambarkan sebagai 'teknik pemusatan'. Dimana tubuh manusia itu sendiri adalah mandala, jiwa menjadi titik tanpa dimensi di pusat (bindu). Bahkan ketika sebuah titik menggambarkan lingkaran sebagai penyebarannya, maka jiwa mengembangkan dirinya menjadi mandala. Ruang dalam ini diproyeksikan ke ruang luar simbolis (mandala material sebagai desain, diagram, atau model), melalui proses visualisasi kreatif.
Gerakan tangan dan manipulasi jari (mudra) mewakili proses tubuh (kaya), pengucapan rumus mistik (mantra) mewakili perilaku verbal (vak), serta diagram simbolik (yantra) mewakili fungsi mental (citta), merupakan alat bantu melalui proses proyeksi ini. Tantra menggunakan secara luas perumpamaan benih (bija), pembangkitan tunas juga pohon. Mandala eksternal adalah tanah, mantra adalah air, mudra adalah sinar matahari, sedangkan yantra adalah pupuk kandang.
Konsep Mandala Sebagai Rumah Dewa
Penjagaan mandala eksternal dengan mantra, beserta perangkat pelindung juga diperhatikan. Dalam kata-kata Tucci: “Mandala menggambarkan tempat disucikan, juga melindunginya dari invasi, oleh kekuatan menghancurkan... itu lebih dari sekadar area disucikan, juga harus dijaga kemurniannya untuk tujuan ritual, serta liturgi. Itu di atas segalanya, sebuah peta kosmos. Itu adalah seluruh alam semesta dalam rencana esensialnya, sebagai proses emanasinya, juga penyerapan kembali.
Desain Tantra selalu tertutup dalam lingkaran, atau persegi pelindung, berfungsi sebagai kontur, juga sebagai penutup pertahanan. Penting bagi praktisi untuk bisa masuk ke dalamnya, dengan demikian menjadi tak terkalahkan, kuat, dan kokoh (vajra). Untuk mencapai pintu masuk ke mandala ini, seseorang harus meninggalkan dunia normal penuh gangguan, fragmentasi, serta masuk ke dunia simbol, juga visualisasi yang sama sekali berbeda.
Deskripsi mandala sebagai 'rumah para dewa dan dewi' merupakan simbol kehidupan lebih tinggi, bersifat konseptual serta terproyeksi. Praktisi menciptakan dunia simbolis ini sebagai emanasi dari kedalamannya sendiri, juga sebagai perluasan dari kesadarannya sendiri; setelah ritual atau perenungan selesai, ia mampu menarik kembali lingkup simbolis ini ke dalam dirinya sendiri. Proses terakhir tersebut secara teknis disebut 'penyerapan kembali'; ini adalah dimulainya kembali koordinat normal, kesehari-harian dari keberadaan, pengetahuan, juga tindakan.
Kami bisa menyebutkan bahwa tubuh itu sendiri adalah mandala, ini adalah premis dasar Tantra. Ada sebuah anggapan, dianut hampir secara universal di dunia, bahwa seorang individu memiliki tiga tubuh: tubuh 'fisik' (sthula sarira), tubuh 'mental' (halus, sukshma-sarira dan tubuh 'kausal' (karana-sarira). Tubuh fisik terbuat dari lima kekuatan unsur, serta ditopang oleh makanan. Tubuh mental, di sisi lain, dibentuk oleh arus vital, organ sensasi-tindakan, pikiran-kesadaran. Ini tidak diragukan lagi didasarkan pada struktur fisik, tetapi sifat dasarnya adalah psikologis. Tubuh ketiga yaitu, kausal, tidak relevan dengan pembahasan kita di sini.
Tubuh fisik dan mental, meskipun berbeda baik dalam konstitusi maupun fungsi, saling terkait erat, melalui titik kontak digambarkan sebagai 'pusat psikis' (Chakra), serta digambarkan sebagai bunga teratai (padma). Bunga teratai adalah bunga yang telah menarik imajinasi spiritualis, tidak hanya karena keindahan serta kelembutannya, tetapi juga karena banyaknya kelopak, vitalitas, juga kemurniannya. Elemen kesuburan berlebih tidak dikecualikan dari konsep tersebut.
Berbagai upaya seringkali tampak fantastis, telah dilakukan untuk mengidentifikasi pusat-pusat ini dengan daerah anatomi, juga fungsi fisiologis yang diketahui oleh pikiran modern. Namun penting untuk dicatat, bahwa hal-hal tersebut tidak termasuk di tubuh fisik, maupun dalam struktur mental itu sendiri. Memang benar bahwa mereka terletak (dalam teks-teks Tantra) di sepanjang brahmadanda, atau merudanda, biasanya kita pahami sebagai tulang belakang.
Namun deskripsi tulang belakang sebagai pembungkus saluran halus (dikenal sebagai sushumna), memanjang dari 'dasar tulang belakang' ke tengkorak jelas abstrak. Lebih jauh, setiap pusat (juga disebut pleksus atau pusaran) dipandang sebagai jaringan arteri (nadi) sangat halus, juga sama sekali tidak terlihat. Tubuh manusia dikatakan terdiri dari tujuh ratus juta arteri, beberapa kasar sedangkan lainnya halus, dengan melaluinya arus vital mengalir terus-menerus, untuk menjaga tubuh tetap hidup juga aktif.
Arteri utama adalah sushumna (juga disebut avadhutika), yang baru saja disebutkan. Di dalam merudanda (secara kasar berhubungan dengan tulang belakang) terdapat kanal halus namun berongga, memanjang dari daerah penis ke kepala, disebut 'berlian' (vajra atau vajrini). Di dalamnya terdapat arteri lain, sangat halus seperti benang jaring laba-laba, atau setipis seperseribu helai rambut; ini disebut 'yang mengagumkan' (citrini). Sedangkan yang terakhir ini, pada gilirannya membungkus arteri, dikenal sebagai brahmanadi, arus kehidupan esensial tetapi sangat abstrak.
Memahami Enam Pusat Energi
Cakra terdiri dari jaringan arteri, tersusun di sepanjang sushumna. Teks-teks Tantrik dari aliran Hatha-yoga menyebutkan sebanyak tiga puluh pusat seperti itu, mulai dari jempol kaki hingga puncak kepala. Masing-masing memiliki warna khas, jumlah kelopak (jika digambarkan sebagai teratai), asosiasi unsur, organ indera tertentu, organ tindakan, berbagai arus vital (prana), suku kata benih, simbol, dewa laki-laki bersama pasangannya, beserta hewan representatif.
Dari pusat-pusat ini, hanya tujuh dianggap sangat penting, enam di dalam tubuh, sedangkan satunya di luarnya. Yang terakhir, bernama sahasrara (berdasarkan gambar bunga teratai terbalik dengan seribu kelopak, juga dikenal oleh umat Buddha sebagai ushnisa-kamala, bunga teratai mahkota), dibayangkan berada empat jari di atas ubun-ubun kepala. Meskipun berada di luar tubuh fisik, ia merupakan bagian dari struktur eksistensial, tetapi pada tingkat paling atas. Di sinilah seharusnya menjadi sumber 'cairan keabadian', cairan yang menetes pada tengkorak secara terus-menerus, sehingga membuat seseorang hidup juga aktif. Itu jelas merupakan pusat mistis.
Enam lainnya membentuk sebuah kelompok, 'enam pusat' (satcakra), disusun berdasarkan urutan di sepanjang sushumna. Yang terendah di lokasinya disebut 'dasar-akar' (muladhara), digambarkan sebagai bentuk segitiga, berwarna merah, di dalam persegi kuning, tepat di tengah tubuh: disebut sebagai 'mandala bumi'. Lokasi fisiknya dikatakan berada di pleksus sakral atau perineum, atau di antara pangkal organ genital, juga anus.
Itu adalah batas bawah kanal sushumna. Di sini, dua arteri lainnya, dinyatakan dalam latihan Tantrik, bertemu. Melalui pengetahuan Tantrik, sushumna diapit oleh ida di sebelah kirinya, sedangkan di sebelah kanannya oleh pingala, dua arteri psikis halus yang keduanya muncul dari pusat 'akar-dasar', berjalan sejajar, berdekatan dengan sushumna hingga bersilangan, dimana posisi kanan-kirinya terbalik. Kedua arteri tersebut menandakan kutub berlawanan; dan mereka digambarkan sebagai komponen pria-wanita dalam setiap individu. Ida (juga disebut lalana) adalah sungai Gangga yang terkenal sebagai sungai, pingala adalah sungai Yamuna yang sama terkenalnya; dimana letak sushumna adalah sebagai aliran tersembunyi Saraswati. Ketiganya bersama-sama membentuk tiga aliran suci (triveni) bercampur di pusat 'akar-dasar'.
Kesimpulan
Mandala merupakan simbol integrasi, menggambarkan peta kosmos serta kesadaran manusia. Praktik Tantra menyatakan, mandala berfungsi menyatukan dimensi fisik, subjektif, serta kesadaran murni, menciptakan harmoni kehidupan. Tubuh manusia dipandang sebagai mandala alami, melalui Chakra-Chakra bertindak sebagai pusat energi.
Proses pemusatan kesadaran dilakukan melalui simbol (yantra), mantra, dan mudra, merepresentasikan koneksi tubuh, pikiran, serta jiwa. Praktik ini mengajarkan pentingnya menyelaraskan dualitas subjek-objek, dengan mengakses dimensi kesadaran murni. Seperti bunga teratai tumbuh dari lumpur, keindahan sejati muncul dari perjalanan spiritual mendalam.
Dengan memahami, juga memperhatikan prinsip-prinsip ini, seseorang mampu menemukan keselarasan, membawa kekuatan, ketenangan, serta kebijaksanaan. Mandala, sebagai cerminan diri, menunjukkan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menyerap, juga memancarkan energi kehidupan tak terbatas.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"