Orang Bijak Bercerita: Menambal Kehidupan dengan Kebijaksanaan

Orang Bijak Bercerita: Menambal Kehidupan dengan Kebijaksanaan

Hidup adalah kisah yang terus ditulis, menambal kekurangannya serta memperbaiki diri. Seperti cerita bijak, dimana setiap pelajaran memberi makna baru untuk perjalanan kita.


Kisah-kisah bijak selalu menyimpan pelajaran mendalam, yang mampu menyentuh hati dan pikiran. Melalui cerita, para guru spiritual serta praktisi kuno, menjelaskan konsep esoteris yang sulit dipahami secara langsung. Kisah-kisah ini tidak hanya menjadi sarana pendidikan, tetapi juga cerminan dari kehidupan kita sendiri. Seperti kisah sandal tua terus ditambal hingga menjadi seperti baru, maka hidup kita adalah proses berkelanjutan memperbaiki diri. 


Tulisan kali ini mengungkap, bagaimana cerita bijak menyampaikan kebenaran tersembunyi, membantu kita memahami hubungan antara karma, kesadaran, serta tujuan hidup, secara sederhana namun penuh makna.

Pelajaran Mendalam Sebuah Cerita

Begitu juga yang terjadi dengan kita, harus terus menambal, serta memperbaiki kepribadian setiap kali, bila  ingin menjadi "baik seperti baru," menjadikan seluruh kehidupan ini sebagai kisah mendidik bagi penerus.


Contohnya, mungkin kita pernah merasa sangat tidak senang terhadap salah satu tokoh Agama. Namun, juga tidak boleh menyiratkan kurangnya penghargaan, atas pencapaian yang telah mereka kerjakan. Sebaliknya, hal itu menunjukkan peningkatan kesadaran, serta lebih tajam atas ketidaksempurnaan mereka, agar Anda tidak salah memahami pelajaran disampaikan oleh mereka. 


Tapi ingatlah, banyak cara di mana individu menggunakannya sebagai pembenaran diri, juga untuk keuntungan sendiri. Dimana otak manusia bisa dibandingkan dengan seorang pengacara, yang akan membela sisi manapun dari suatu kasus diperdebatkan terlepas dari manfaatnya. 


Dalam mempelajari Tantra, kurangnya hati sangatlah berbahaya, dan praktisinya akan selalu menjadi seorang anak kecil (kepolosan), hingga akhir hayatnya. Seperti banyak guru kebijaksanaan kuno lainnya, mereka lebih suka mengajar dalam bentuk cerita, meskipun beberapa diantaranya mampu berbicara pada tingkat kesadaran manusia terdalam. 


Misalnya, ada kalanya saat mereka mencoba menjelaskan sesuatu pelajaran sangat esoteris, seperti hubungan antara tubuh kausal, pola kromosom, dan Jnanendriya-Karmendriya Nyaya (Hukum Organ Indra Kognisi dan Organ Indra Tindakan), serta bagaimana hal tersebut mampu mengendalikan pembuahan, namun bila dijelaskan dengan menggunakan bahasa esoteris, maka tidak ada seorang pun mampu menangkapnya, Anda seperti berada di ruangan luas penuh pintu, tapi tidak mengetahui pintu mana yang akan membawa ke pengetahuan tersebut.


Itulah sebabnya guru Tantra, akan mengubah wacananya menjadi sebuah cerita, dimana pikiran dangkal, masih sanggup menangkap ceritanya, sedangkan mereka dengan pikiran lebih halus, mampu menangkap buahnya. Meskipun pada saat disampaikan, cerita tersebut seringkali terlihat tidak ada hubungannya, terhadap topik yang sedang dibahas, Namun, kebenaran tentang keterkaitan keduanya memang mulai muncul di diri individu, sehingga mampu menyerapnya secara bertahap, dan saat semuanya meresap, kami hanya bisa mengucapkan selamat, "Anda telah mampu menyerap pengetahuan rahasia".

Sumber Air, Berkah Naga Shesha

Tentu saja, seiring berjalannya waktu, beberapa narasi sarat mitos tidak pernah terungkap sepenuhnya, bahkan ketika narasi tersebut tampak paling meyakinkan. Contohnya ketika Anda mencoba membaca kisah Prithviraj Chauhan di Bab Satu, perlu diketahui bahwa dahulu kala sudah merupakan praktik umum di India,  pada awal proyek konstruksi untuk menancapkan paku atau pasak di kepala Naga Shesha, atau simbol ular raksasa menopang dunia.


Dimana sebuah Batu penjuru bangunan akan diletakkan di atas kepala ular tersebut, seolah-olah menempatkannya tepat di pusat dunia. Sedangkan sejarawan terkenal bernama Mircea Eliade telah menelusuri tradisi tersebut hingga ke gerakan primordial dari Dewa Indra, ini tercantum dalam (Rig Weda IV: 17:9) ketika "Dewa Indra memukul Ular di sarangnya, serta menggunakan petirnya untuk memotong kepalanya (Rig Weda 1:52:10). 


Dimana arti sebenarnya memenggal kepala ular, berarti adanya perpindahan dari bentuk virtual, atau tak berwujud, menuju bentuk fisik serta terorganisasi, untuk mengkonkretkan aliran sebab akibat karma potensial, dalam ruang dan waktu. Hal ini karena Karma yang diikat secara benar akan menghasilkan efek baik, juga terkendali, begitu juga pengertian seperti kisah Rahu dan Ketu. 


Shesha dalam bahasa Sansekerta berarti "tersisa", bukan dalam arti bekas peninggalan seseorang, melainkan sebuah latar belakang atau latar, sebuah matriks untuk melengkapi suatu hal, sehingga tanpanya hal tersebut tidak akan lengkap. 


Ketika kita menggali sumur di rumah, tentunya sangat menghargai sumur tersebut karena airnya, tetapi kondisi tanah dimana rumah tersebut dibangun, sebenarnya menentukan seberapa berharganya sumur tersebut.  Dimana sumur tersebut mengambil airnya dari shesha tanah; dipengaruhi  oleh mineral di lingkungan tersebut,  ini akan mengubah rasa, serta khasiat air sumur tersebut. 


Seperti sumur digali dengan bijak, kemudian pasaknya menancap ke kepala Naga Shesha, sehingga akan menyentuh shesha-nya sendiri, maka sebuah aliran air mitos kehidupan tiada habis-habisnya terus mengalir ke dalamnya, selama pasak tersebut tetap berada di tempatnya. Sedangkan di Bali tepatnya di Denpasar, kami mengetahui bahwa tempat tersebut benar-benar ada, memiliki kemampuan menyembuhkan, atau menetralkan energi negatif, dan hanya bisa dikunjungi oleh mereka yang memiliki Karma dengannya.

Kesimpulan

Cerita bijak adalah sarana unik, untuk memahami kompleksitas kebijaksanaan hidup. Dalam setiap narasi, tersembunyi pelajaran mengenai karma, kesadaran, serta tanggung jawab. Sebagaimana kisah sandal tua, sehingga layak digunakan kembali, hidup ini juga merupakan proses berkesinambungan, memperbaiki diri, juga menciptakan harmoni.

Praktisi Tantra, guru spiritual, juga tradisi kuno lainnya menggunakan cerita untuk menyampaikan kebenaran mendalam, sehingga mampu menyentuh pikiran dangkal, maupun kesadaran terdalam. Melalui cerita Anda bisa belajar, bahwa memperbaiki diri merupakan tugas abadi, membawa Anda lebih dekat kepada pemahaman sejati.

Seperti pasak menancap ke kepala Naga Shesha, cerita tersebut juga ditulis dengan kebijaksanaan, menghubungkan kita ke sumber kebijaksanaan tanpa akhir, membimbing untuk menghargai shesha sebagai esensi kehidupan tersisa—dalam segala hal akan kita temui di dunia ini.


Post a Comment

0 Comments