Pravritti dan Nivritti mencerminkan dua sisi perjalanan spiritual: keterlibatan aktif dalam dunia dan pelepasan menuju pencerahan.
Pravritti dan Nivritti, adalah dua jalan kehidupan yang diajarkan oleh Weda. Pravritti menekankan keterlibatan dalam dunia material melalui tindakan serta tanggung jawab, sedangkan Nivritti mengarah pada pelepasan duniawi menuju moksha, kebebasan dari kelahiran kembali.
Artikel kali ini mengupas bagaimana kedua jalan ini saling melengkapi dalam perjalanan spiritual manusia. Pravritti menyediakan pengalaman hidup berharga, sementara Nivritti menawarkan kedamaian melalui detasemen. Dengan mengikuti salah satu jalur ini, bukan penolakan total terhadap yang lain, melainkan tentang memahami kapan, serta bagaimana menyeimbangkan keduanya, untuk mencapai kesadaran lebih tinggi.
Pravritti dan Nivritti
Seluruh pertukaran karma akan mendorong pravritti, bila para penukar mengidentifikasi dirinya, dengan pertukaran tersebut. Sedangkan meminimalkan pertukaran karma, atau gagal mengidentifikasi diri dengan pertukaran tersebut, juga akan mendorong nivritti. Tentu kami lebih memilih nivritti, tetapi tidak dengan mengabaikan pembayaran sisa ranubandhana (ikatan hutang karma).
Meskipun penghinaan terhadap dunia materi secara rutin dikhotbahkan oleh para pengikut Vedanta impersonal Shankaracharya, bahkan saat ini dianggap kurang dominan sebagai pandangan dunia, dibandingkan dengan kepercayaan pada kemanjuran menyembah Tuhan penuh kasih, serta personal, yang dianggap mampu membantu kita, baik di dunia ini maupun di akhirat.
Baik Pravritti dan nivritti, keduanya berasal dari Weda, menyarankan pelaksanaan segala macam pengorbanan, untuk pencapaian segala macam tujuan tertentu, baik di dunia ini maupun di akhirat. Namun, selama berabad-abad, sebagian besar dari mereka yang berusaha mengikuti jalan menuju nivritti, yang berpuncak pada moksha (penghentian kebutuhan untuk kelahiran kembali) justru telah mencoba mengisolasi diri mereka sendiri, dari komunitas duniawi, dan komunitas transaksi karma, yang datang tak terelakkan.
Dengan meninggalkan keduniawian, orang-orang seperti itu menjadi sannyasin. Sannyas secara harfiah berarti "koma," jadi seorang sanyasin secara harfiah (atau seharusnya) "koma" terhadap dunia. Seorang sanyasin mencoba meminimalkan tindakan, dari banyak fungsi tubuh, serta mentalnya, saat mundur dari kewajiban terhadap keduniawian mereka.
Namun, sampai mereka mampu meraih pencerahan, yang "koma spiritual" masih tetap harus mempertahankan tubuh kausal, serta papan karmanya masing-masing. Selain itu, mereka akan terus berbagi karma dengan sesama anggota sekte, sampai mampu menyerap kekuatan pertapaan, juga energi spiritual (tapas dan tejas) dari gurunya, dan menikmati bantuan serta kenyamanan dari sesama murid.
Pencerahan Melepaskan Karma
Orang-orang yang berpikir jernih mungkin berkecil hati, juga muak terhadap seluruh implikasi karma, untuk mempertahankan diri, termasuk pemerkosaan brutal terhadap Alam. Karma ini membentang dari perusakan hutan belantara, hingga memanipulasi tanaman, serta hewan peliharaan, agar bekerja untuknya dengan upah rendah, juga dalam kondisi biadab. Kita membiakkan, serta memperbanyak spesies tertentu, hanya untuk melahapnya dengan sangat sedikit manfaat bagi mereka, atau bagi Alam yang merupakan Ibu mereka.
Karma-karma tersebut telah mengajarkan kita sebagai manusia untuk menipu satu sama lain, Penipuan merupakan dasar dari industri pertanian, serta peternakan kita saat ini. Sedangkan di antara manusia, pertukaran terjadi dalam bentuk penipuan bersama, dimana awalnya adalah jual beli. Oleh karena itu, dasar dari perdagangan adalah penipuan, tipu daya, juga muslihat. …..Tidak ada keuntungan tanpa jenis penipuan. Pertukaran yang seluruhnya adil, membuat kita tidak memperoleh keuntungan sama sekali.
Melarikan diri dari kehidupan bermasyarakat yang penuh tipu daya, jarang sekali merupakan strategi efektif. Demoralisasi terhadap individu biasanya, akan berakibat bertindak tanpa semangat, serta umumnya memperoleh hasil tidak bersemangat. Pencerahan dianggap bernilai bila terjadi secara otomatis, hal ini karena setiap kali karma yang berusaha menahan diri kita di dunia ini telah habis.
Seperti yang selalu ditegaskan oleh guru spiritual kami, Bila masih berpikir untuk melepaskan dunia, maka dengan kata lain kita belum siap untuk melakukannya. Ketika minat pada aktivitas duniawi menghilang dengan sendirinya, maka kita akan secara otomatis bergerak ke jalan nivritti, dan hanya dengan begitu akan berhasil mengikuti jalan tersebut. Sampai saat itu terjadi, karma tidak akan pernah berakhir dalam kehidupan ini.
Kesimpulan
Pravritti dan Nivritti, adalah dua pendekatan spiritual saling melengkapi. Pravritti mengajarkan kita untuk menjalani kehidupan duniawi, dengan penuh tanggung jawab, sementara Nivritti mengarahkan pada pelepasan, serta penghapusan sisa karma pengikat. Kedua jalur ini tidak saling bertentangan; mereka mencerminkan keseimbangan antara keterlibatan duniawi, dengan perjalanan menuju moksha.
Namun, transisi ke Nivritti hanya bisa dilakukan, ketika minat terhadap duniawi memudar secara alami. Melarikan diri dari kehidupan masyarakat, sering kali memberikan hasil tidak memuaskan. Sementara itu, karma yang tidak terselesaikan akan terus menciptakan ikatan, hingga waktunya habis.
Dengan memahami kapan harus beralih antara Pravritti dan Nivritti, individu dapat mengatasi tipu daya dunia material, tanpa mengabaikan tanggung jawabnya, sekaligus mempersiapkan diri menuju kebebasan spiritual sejati.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"