Karma menentukan perjalanan jiwa melintasi reinkarnasi. Setiap tindakan menciptakan dampak yang membentuk pikiran, tubuh, dan kehidupan berikutnya. Kesadaran adalah kunci.
Reinkarnasi dan karma adalah konsep saling melengkapi dalam memahami perjalanan hidup manusia. Karma, sebagai hukum sebab-akibat, terus mempengaruhi setiap tindakan serta keputusan, melintasi batas ruang dan waktu. Reinkarnasi memberikan peluang menyelesaikan reaksi karma tertunda, memajukan jiwa melalui pengalaman hidup beragam.
Dari ajaran Weda hingga Tantra, konsep ini menjadi inti dari filsafat Hindu, menjelaskan hubungan antara tindakan, takdir, serta evolusi spiritual. Melalui pemahaman karma, manusia diharapkan mampu menjalani kehidupan dengan kesadaran, serta tanggung jawab lebih besar untuk menciptakan masa depan lebih baik.
Manusia Dan Tumpukan Karma
Karma yang diperbuat oleh individu mampu mencapai jumlah sangat besar, coba kita bayangkan keseluruhan aktivitas yang dicapai oleh individu dalam kurun waktu satu jam, akan tumbuh serta matang, dengan kecepatan berbeda-beda, membuat satu masa kehidupan tidak cukup baginya, untuk merasakan seluruh dampaknya, kecuali bila individu itu sendiri abadi.
Oleh karena itu, teori karma menyatakan bahwa makhluk yang mati akan dilahirkan kembali—bereinkarnasi—untuk terus meneruskan reaksi tertunda. Tentu saja, ini adalah perpindahan Prakriti serta seluruh prinsip yang diturunkan darinya. Sedangkan Purusha, selalu bebas selamanya, tidak pernah terikat atau dilepaskan dari tubuh. Satu-satunya hiburan Purusa adalah, mengamati secara diam-diam akumulasi dari kumpulan karma di dalam tubuh kausal, kemudian mengarahkan perjalanan manusia dari kehidupan satu ke kehidupan yang lain, sehingga memungkinkan untuk berinteraksi kembali, dengan mereka yang ikut membantu menciptakan ranjang karma tempatnya berbaring.
Reinkarnasi Dalam Konsep Hukum Karma
Setiap kali manusia siap untuk dilahirkan kembali, maka Karma Prarabdha akan mulai membentuk pikiran, tubuh, serta lingkungan di mana mereka akan hidup selanjutnya. Kemajuan manusia dalam setiap kehidupannya dipupuk, serta diairi oleh reaksi karma, sebagai pendukung serta pengganggu, dari pertentangan tujuan karma dengan kepentingannya. Akhirnya karma yang mengakhiri hidup akan segera menyusul dan membunuhnya.
Sedangkan segala bentuk pikiran pada waktu kematian, adalah cerminan dari kekuatan karma paling kuat, yang dikerjakan sepanjang hidupnya. Keadaan pikiran saat sekarat, terdiri dari kekuatan kebiasaan, atau reaksi karma apapun yang baru saja matang, akan ikut bergabung melalui antrian karma, untuk mempersiapkan individu tersebut menuju kelahiran berikutnya.
Reinkarnasi adalah sebuah konsep sangat berguna, sehingga telah menjadi bagian integral dari hampir semua filosofi sejak zaman kuno. Tersirat dalam Weda sendiri, rumusan paling awal sangat jelas muncul dalam Brihadaranyaka Upanishad, Chandogya, dan Svetasvatara. Sementara pada masa Bhagavad Gita, reinkarnasi telah menjadi salah satu konsep sentral pemikiran Hindu. Dalam Kisah-kisah Cerita Jataka, misalnya, merupakan pengalaman Buddha Gautama pada kehidupan lampau, biasa Beliau ajarkan kepada murid-muridnya.
Penekanan Doktrin Karma Kedalam Reinkarnasi
Sedangkan reinkarnasi digunakan dalam Ayurweda, untuk menjelaskan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, cacat bawaan, serta cacat fisik, ekonomi, juga sosial bawaan lainnya. Ayurweda umumnya mencoba untuk memberikan pengalaman positif dengan menasehati penderitanya, dimana nasihat adalah karma, untuk tetap selalu ceria, juga menggunakan keinginan bebasnya, untuk mencoba meningkatkan kesehatan sekarang, dengan harapan peningkatan fisik di masa depan.
Para pendeta hegemonis kuno, menggunakan doktrin karma yang sama sebagai model negatif, dengan mencoba mempertahankan mayoritas rakyat jelata tetap pada posisi sosial lebih rendah. Para pendeta menasehati mereka bahwa kondisi kehidupannya di masa depan, akan membaik bila mereka tidak menggoyahkan perahu karma di masa sekarang, kemudian menjanjikan masa depan lebih bahagia, terutama kasta lebih rendah, bila mereka membayarnya, untuk melakukan ritual pemurnian karma atas nama mereka.
Lingkaran Karma Dan Dosa
Pendeta korup, serta keinginan mereka untuk menjual pengampunan karma, adalah salah satu alasan mengapa Kami tidak percaya pada Sampradaya atau sekte, Kami hanya percaya pada Sampradaha atau pembakaran. Alasan lainnya adalah mereka cenderung mencampuradukkan karma dengan dosa. Sementara dosa adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan masyarakat, agama, atau kelompok afinitas manusia, sedangkan karma adalah sifat bawaan dari alam semesta.
Bila aliran sekte memerintahkan untuk, misalnya, membantai orang yang tidak percaya terhadap keyakinan mereka, maka dengan tidak menjalankannya akan menjadi karma, sehingga dianggap sebagai dosa Dengan menjalankannya mereka percaya akan terhindar dari dosa, dan akan memperoleh karma baik karena menjalankan tanggung jawab budaya tersebut, tetapi ingat bahwa kita juga akan menanggung karma buruk, yang timbul dari mengambil nyawa seseorang dengan alasan tersebut.
Disisi lain Weda dan Tantra mengajarkan, bahwa ilmu hitam itu berbahaya, tidak bijaksana serta menghasilkan karma jahat, tapi juga menunjukkan, bahwa kita bisa menggunakannya ketika berada dalam kondisi ekstrem, ketika hanya ilmu hitam yang mampu menyelamatkan diri, atau dimana keselamatan orang banyak bergantung pada kita. Meskipun penderitaan harus dihadapi, tidak akan membebaskan kita dari karma yang terlibat, namun setidaknya akan memastikan, bahwa kita melakukannya demi tujuan mulia.
Kesimpulan
Karma dan reinkarnasi menjelaskan, bagaimana tindakan manusia terus mempengaruhi hidupnya, melintasi berbagai kehidupan. Karma mencakup tindakan baik serta buruk, dimana terus bereaksi hingga diselesaikan. Dalam proses reinkarnasi, Karma Prarabdha menentukan pikiran, tubuh, juga lingkungan kehidupan berikutnya, berdasarkan akumulasi tindakan masa lalu. Pikiran terakhir saat kematian juga memainkan peran penting, mencerminkan kekuatan karma yang dominan di kehidupan seseorang.
Konsep ini juga ikut membantu memahami kesulitan hidup, seperti penyakit bawaan atau kondisi sosial tertentu, dijelaskan sebagai akibat dari karma masa lalu. Namun, karma juga memberikan peluang memperbaiki diri melalui kehendak bebas dan kesadaran.
Reinkarnasi bukan hanya keyakinan, tetapi cara memahami siklus kehidupan, serta pembelajaran spiritual. Dengan menjalani hidup secara sadar, juga penuh tanggung jawab, manusia mampu menciptakan karma positif, mendukung evolusi jiwa, dan mengarahkan kehidupan menuju tujuan lebih mulia.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"