Evolusi Spiritualitas: Watak Hewani Menuju Keilahian

Evolusi Spiritualitas: Watak Hewani Menuju Keilahian

Perjalanan Tantra adalah evolusi dari naluri dasar menuju keilahian, melalui disiplin serta bimbingan guru. Tahapan ini mencerminkan transisi psikologis, juga spiritual menuju pencerahan.

Tantra menawarkan jalan spiritual, mencerminkan transformasi manusia melalui tiga watak utama: hewani, gagah berani, serta ilahi. Setiap tahap mencerminkan kematangan spiritual, mulai dari dorongan naluriah hingga puncak keilahian. Guru memegang peranan penting menentukan praktik sesuai bagi muridnya, membimbing mereka melalui tahapan menantang namun transformatif. 

Melalui tulisan kali ini, individu belajar menaklukkan kelemahan manusiawi, membebaskan diri dari keterikatan duniawi, serta mencapai ketenangan batin. Tulisan kali ini mengeksplorasi tahapan perjalanan tersebut, menunjukkan bagaimana Tantra mampu menjadi jalan kuat, untuk pertumbuhan spiritual, serta pencerahan.

Watak Fase Kehidupan Religius

Fase kehidupan religius terikat pada naluri, serta dorongan dikenal sebagai 'watak hewani'. Meskipun watak ini tidak diragukan lagi sebagai tingkat waktak terendah, tetapi memiliki kemampuan untuk berlanjut ke tahap lebih tinggi. Ketika individu tumbuh dewasa, serta memiliki kedewasaan sebagai hasil pembelajaran, pengalaman, atau kontak bersama gurunya, ia mulai memahami seluk-beluknya, serta menjadi teguh melalui praktik kebajikan. Tindakannya menunjukkan keberanian juga keyakinan. Tidak ada yang mampu membuatnya ketakutan, atau menggodanya, supaya keluar dari jalan telah dipilihnya. 


Ia bertahan, teguh, serta terus maju, melawan seluruh kemungkinan. Digambarkan memiliki 'watak gagah berani atau dinamis', juga disebut sebagai 'watak agung' (mahabhava). Yang telah mampu menaklukkan amarah, keserakahan, nafsu, iri hati, juga kekhawatirannya; dan ia tidak memiliki hambatan maupun keraguan, tidak juga rasa takut maupun cemas, saat ia melibatkan dirinya, bahkan saat bereksperimen agak mengerikan seperti shava sadhana (ritual duduk diatas mayat). 


Tahap berikutnya adalah 'watak ilahi'. Di sini praktisi hampir seperti dewa, telah meninggalkan kualitas baik-buruk, kesenangan-kesakitan, benar-salah, menjadi sangat tenang, serta murni hatinya; tidak terdorong oleh naluri, juga tidak menjadi mangsa godaan. Ia telah membebaskan dirinya dari kendala fenomenal. Vamakeshvara-tantra mendefinisikan 'watak' (bhava) sebagai proses mental, kualitas pikiran, yang hanya mampu ditangani pada tingkat psikologis.

Ragam Praktik Tantra

Klasifikasi watak di atas menjadi tiga jenis, berkaitan dengan penggunaan energi mental (saktipradhanyata). Dan ada anggapan bahwa konstitusi fisik juga terdiri tiga jenis: superior, sedang, dan inferior:

  • Superior dicirikan oleh dominasi elemen Sattvik (kebijaksanaan),

  • Sedang dicirikan oleh elemen Rajasik (tindakan energetik), 

  • Inferior dicirikan oleh elemen Tamasik (kelesuan-kebodohan-kegilaan). 


Sedangkan ragam praktik Tantrik harus sesuai, serta bermanfaat bagi setiap tipe individu harus ditentukan oleh guru, karena kesuksesan praktik mengandaikan fasilitas mental yang baik.  Salah satu teks menyarankan jalur 'Daksina Marga' untuk inferior, jalan 'Vama Marga' untuk sedang, sedangkan 'Uttara Marga' untuk superior.  


Demikian pula, untuk ritual Weda inferior (watak hewani), penyembahan dewa-dewi seperti Siwa, serta Wisnu dianjurkan; untuk sedang (watak gagah berani) ritual 'siddha' juga 'vama', sedangkan untuk superior (watak ilahi) hanya ritual 'kaula'. 


Klasifikasi kepribadian menjadi tiga jenis diuraikan melalui beberapa manual Tantrik, juga dikaitkan dengan konsep tujuh perilaku (saptacara). Setelah merinci tujuh jalan, sebuah teks menyimpulkan: Banyak jalan disebutkan oleh mereka yang ahli dalam praktik, serta pengetahuan kitab suci; tetapi seseorang harus mengikuti jalan disarankan kepadanya oleh gurunya, bukan yang lain.


Pandangan lebih menarik, bagaimanapun, adalah susunan dari tiga 'watak' telah disebutkan di atas dalam urutan berurutan. 'Watak hewan' dikatakan sebagai tahap utama, universal sebagai cakupannya: semua hewan, sebagai dasar bagi manusia di bumi untuk didirikan. Selanjutnya itu dianggap sebagai tahap penting; karena setiap evolusi orang, harus dimulai di sini. 

Ritual dan Tindakan

Ketika kebijaksanaan mulai bersinar, maka 'watak pemberani' terbentuk; kemudian secara bertahap (kramena) seseorang wataknya menjadi 'ilahi'. Ketiga watak tersebut kemudian disesuaikan dengan tahapan utama kehidupan - masa kanak-kanak, dewasa, serta usia tua. Sedangkan menurut beberapa teks, inisiasi (abhisheka) dijadikan titik balik dari ketiga watak tersebut. 


Kepala rumah tangga normal, diinisiasi ke beberapa mantra, dimulai dengan tahap 'hewan'. Dia hidup sesuai dengan norma-norma konvensional, memenuhi semua harapan ritualistik. Kemudian ketika memperoleh saktabhiseka (inisiasi sebagai seorang praktisi Tantrik), ia tetap tinggal di rumah, namun acuh tak acuh terhadap perhatian, serta kekhawatiran normal kehidupan rumah tangga, juga partisipasi sosial. 


Ia disebut sebagai 'pertapa-perumah tangga' (grhavadhuta). Ketika di kondisi ini ia maju, serta kemudian memperoleh inisiasi penuh' (purnabhisheka) tahap 'beranipun' dimulai. Ia sekarang tinggal jauh dari rumah, kemudian mulai mengunjungi kuburan untuk:

  • Latihan pembakaran (cita-sadhana), 

  • Latihan menggunakan kekuatan perkuburan (smashan-sadhana), 

  • Latihan lingkaran esoteris (Chakra-sadhana), 

  • Berlatih bersama pendamping-wanita (yogini-sadhana), 

  • Menikmati Lima 'M' (Anggur, Ikan, Daging, Biji, dan Persetubuhan). 


Latihan disebutkan terakhir bersifat esoteris. Dimana artikel-artikel yang disebutkan, sebenarnya bersifat simbolis, juga merujuk pada pencapaian di pusat-pusat psikis. Guru-guru tidak bermoral, ditambah dengan murid-murid tidak berbudaya, bersama kekuatan ketidaktahuan, juga godaan ketenaran, telah membantu menyebarkan aib pada latihan ini. 


Praktisi pada tahap ini juga mempraktikkan 'enam tindakan'  (Sat Prayoga) ilmu sihir dan ilmu hitam: 

  1. Mendamiakan (santi), 

  2. Kepemilikan (vashikaran), 

  3. Mendiamkan (Stambhana), 

  4. Menciptakan permusuhan (vidveshana), 

  5. Pengusiran (uccatana),

  6. Pembunuhan (marana). 


Setelah tahap 'berani', praktisi menjadi layak untuk 'pengudusan kekaisaran agung' (mahasamrajyadiksha). Namun ini berarti melepaskan semua keterlibatan duniawi, juga mengabdikan diri sepenuhnya untuk pencapaian yoga Brahman. Dia sekarang berada di putaran terakhir ziarahnya. Wataknya secara alami 'ilahi'; dia sekarang berada di atas kelemahan manusia, serta di luar pergolakan yang mengganggu orang biasa atau calon awal.

Kesimpulan 

Perjalanan spiritual Tantra mencerminkan evolusi watak manusia melalui tiga tahapan utama: hewani, gagah berani, juga ilahi. Tahap awal, watak hewani, adalah fondasi bagi seluruh manusia, di mana individu terikat pada naluri dasar. Dengan pembelajaran, pengalaman, serta bimbingan gurunya, mereka memasuki tahap watak gagah berani, dicirikan oleh keberanian, disiplin, serta keyakinan. Pada tahap ini, individu mampu menaklukkan dorongan negatif seperti amarah, keserakahan, serta mampu melibatkan diri di latihan intens.

Tahap terakhir, watak ilahi, adalah puncak pencapaian spiritual, di mana individu terbebas dari dualitas duniawi, menjadi murni serta tenang. Setiap tahapan memerlukan pendekatan praktik berbeda, disesuaikan dengan kondisi mental, juga fisik seseorang. Guru memainkan peran penting menentukan jalur sesuai untuk muridnya. Evolusi ini tidak hanya mencerminkan pertumbuhan spiritual, tetapi juga transisi psikologis perjalanan mendalam menuju pencerahan.



Post a Comment

0 Comments