Svabhavo vijayati itishauryam
Kepahlawanan sejati adalah menaklukkan kodrat diri sendiri. Melampaui karma bukanlah perkara mudah, tetapi melalui pengetahuan batin, serta cinta kepada Tuhan, mampu membebaskan diri dari belenggu takdir.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh karma, serta samskara, bawaan kelahirannya. Pilihan alami, tindakan naluriah, serta keterbatasan kesadaran, menciptakan lingkaran sering kali sulit diputuskan. Melalui perjalanan spiritual, memahami sifat bawaan (Prakriti), serta menaklukkan pengaruh karma, menjadi langkah penting, dalam membebaskan diri dari siklus takdir.
Tulisan kali ini mengajak pembaca merenungkan kembali keterkaitan karma, naluri alami, serta pengaruh planet seperti Saturnus dalam kehidupan. Dengan pemahaman mendalam, kita bisa melampaui batasan kodrat manusia, menciptakan harmoni bersama Alam. Bersama-sama, mari menggali lebih dalam, bagaimana kebijaksanaan batin mampu menjadi kunci kebebasan sejati.
Bergerak Bersama Prakriti
Menurut pengertian manusia terbatas, Prakriti individu adalah, “tindakan (pra) pertama (kriti) atau pra + kriti, sebuah pilihan tindakan secara alami, serta naluriah, dilakukan ketika berhadapan pada situasi tertentu. Kecuali beberapa kasus jarang terjadi, pilihan tersebut murni naluriah seperti pada hewan, dimana pikiran sadarnya sangat terbatas.
Bahkan bila kita mencoba mengajari seekor hewan agar menurut, namun pada titik tertentu, godaan nalurinya membuatnya kembali ke temperamen aslinya, terbukti lebih kuat dibandingkan pelatihannya.
Bagaimanapun juga, sifat Alam adalah perilaku otomatis serta naluriah. Sedangkan kesadaran manusia seharusnya lebih maju daripada hewan, tetapi seberapa jauh kemajuan tersebut? Kesadaran manusia memiliki banyak keterbatasan, justru mampu menjebaknya masuk ke dalam situasi kritis, sehingga akan melupakan keseluruhan hal baik pernah dipelajarinya, bukankah ada ungkapan bila Anda tidak curang, maka akan dicurangi orang lain, itulah yang terjadi ketika para hewan karnivora berebut buruan.
Pengaruh tersebut tidak hanya disebabkan oleh makanan, melainkan juga udara, serta teman kita pilih, akan tetapi tanpa diragukan lagi, keterbatasan terpenting kesadaran individu adalah karakteristik keturunan, diwarisi melalui hubungan keluarga, juga kelahiran sebelumnya.
Sampai individu mampu menaklukkan sifat bawaan tersebut, baik melalui pertapaan panjang serta kuat, atau menciptakan kasih sayang, serta cinta luar biasa kepada dewa, Sayangnya efek Saturnus masih akan terus mempengaruhi. Tapi mengapa bisa begitu?
Dibimbing oleh Takdir, Saturnus terus menggali kelemahan dari kepribadian manusia, kemudian mengungkapkannya di hadapan individu sepenuhnya. Ini akan memaksa individu, untuk mengalami banyak keterbatasan melalui sifatnya. Dalam hidup ini, pada akhirnya kita harus bergantung pada pengetahuan batin sendiri, hanya ini mampu menyelamatkan diri dari kapal karam tersebut.
Hambatan Karma Dari Ahamkara
Sedangkan seberapa baik kita mampu memanfaatkan pengetahuan batin, ini tergantung pada seberapa kuat pengaruh Saturnus mempengaruhi pikiran. Dimana pada gilirannya ditentukan oleh ahamkara (ego).
Ahamkara sendiri disebut sebagai Kundalini Shakti, ketika mulai terbangun dari tidur delusi diri. Sehingga sebelum waktunya terbangun, maka ahamkara akan terus menciptakan, serta memperkuat kepribadian manusia terbatasnya, dengan cara mengidentifikasi diri terhadap atribut fisik, juga mentalnya.
Selama kesadaran tetap terperangkap dalam kata aku dan milikku, membuat Anda akan berada di bawah belas kasihan Saturnus, karena tidak mampu mengendalikan sifat diri sendiri. Hanya ketika telah sepenuhnya mengatasi naluri alami tersebut, maka Saturnus tidak lagi bisa mampu mempengaruhi Anda.
Itulah sebabnya kita katakan dalam bahasa Sansekerta,
“Svabhavo vijayati itishauryam”
(kepahlawanan sejati adalah menaklukkan kodrat diri sendiri)
Namun, tidak mudah untuk menaklukkan kodrat diri sendiri, secara permanen! Setidaknya sampai individu telah mampu menjadi abadi.
Dimana takdir hanya bisa mempengaruhi makhluk abadi, bila ia dengan sengaja menerima ketundukan terhadap ruang, waktu, juga sebab-akibat.
Hal ini kami tekankan supaya kita semua tahu, bahwa untuk membuat perubahan mendasar apapun dalam kodrat manusia, juga berarti mengubah takdirnya. Kita harus terlebih dahulu mampu mengubah pola kimia di otak, pola yang dikendalikan oleh gen dan kromosom, diturunkan oleh leluhur atau silsilah.
Semua orang pada akhirnya akan menyadari Tuhan. Namun, mengingat karma bawaan, serta karma baru yang terus diciptakan, maka bisa sangat kecil kemungkinan membuat kemajuan, sesuai harapan selama kelahiran ini. Contohnya, kita bisa melihat banyak orang-orang usia senja, justru sibuk menghujat sana-sini, daripada sibuk menambal kepribadian atau menebarkan kebijaksanaan selama hidupnya, tapi seluruhnya adalah sudah bagian dari karmanya.
Lingkaran Karma
Kalimat Sansekerta ini menjelaskan.
“Purva datteshu vidya, purva datteshu bharya, purva datteshu dhanam, purva datteshu maranam.”
(Pengetahuan diberikan sebelumnya, istri diberikan sebelumnya, uang diberikan sebelumnya, kematian diberikan sebelumnya.)
Artinya adalah, bahwa pengetahuan, jodoh, kekayaan, serta kematian di kehidupan sebelumnya, juga akan Anda nikmati di kehidupan ini. Karma baik, buruk, kutukan serta berkah, seluruh ikatan hutang karma, akan terus mengikuti Anda dari siklus kehidupan satu ke kehidupan lainnya, setidaknya selama tujuh kelahiran berturut-turut.
Saturnus adalah planet yang mampu menggoyahkan pikiran, memaksa individu, masuk ke dalam situasi memenuhi persyaratan, ditetapkan oleh hutang karma yang telah diperbuatnya.
Misalkan karena Rina Bandhana, Anda ditakdirkan untuk menikahi seorang gadis tertentu. Ketika bertemu dengannya, Anda mungkin akan jatuh ke dalam demam cinta, menyebabkan Anda berdua melompat ke dalam pernikahan. Bahtera pernikahan kemudian disiapkan untuk menyelesaikan perhitungan karma mereka berdua.
Sedangkan seluruh wujud dari kehidupan masa lalu bisa saja berubah, tetapi esensinya akan tetap sama. Misalnya seorang tukang daging mungkin terlahir kembali sebagai dokter bedah, tetapi keduanya hidup sama-sama dengan membelah daging. Bila tidak, maka ia tidak akan memiliki cinta seperti itu terhadap pekerjaannya. Kecintaan terhadap pemotongan, merupakan ciri khas seorang tukang daging.
Sebagian orang yang masih memainkan peran dengan baik, karena sifat-sifat dari kehidupan sebelumnya masih melekat pada dirinya. Bila seseorang aktor, mampu dengan sangat meyakinkan memainkan peran seorang raja, kemungkinan besar dia adalah seorang penguasa di kehidupan sebelumnya. Bila individu mampu dengan sempurna mengidentifikasi diri sebagai pedagang, penjahat, atau pelacur, maka individu pasti pernah menjadi pedagang, penjahat, atau pelacur di masa lalu begitu seterusnya.
Karma Dari Membunuh
Bahkan ketika memasak makanan, individu juga bisa terus menciptakan batasan karma masa depan, untuk dirinya sendiri. Contohnya, dengan memasak daging, terkecuali Anda adalah seorang ahli Tantra, diketahui bahwa makan menciptakan pengaruh negatif cukup kuat pada pikiran, menyebabkan ego mengidentifikasi diri, terhadap hewan yang kita konsumsi.
Anda bisa melihat bahwa kebanyakan orang yang makan daging, cenderung suka memakan dari jenis kambing, ayam, dan ikan. Lalu apakah kita memperhatikan semua mentalitas hewan-hewan tersebut pada orang-orang yang telah memakannya saat ini?
Sedangkan efek tersebut, bahkan tidak terbatas pada hewan yang dibunuh untuk makanan. Contohnya seperti program pemberantasan tikus secara masal, justru juga akan membuat sifat-sifat tikus, akan semakin terlihat pada diri manusia, yang memiliki karakter tikus.
Bahkan semua hewan, baik serangga dibunuh secara sengaja oleh manusia, mereka semua memperoleh hak untuk dilahirkan kembali sebagai manusia. Itu benar, dan mengapa tidak bisa? Itulah Hukum Karma. Dimana serangga juga memiliki hak istimewa tersebut. Namun, untungnya bagi kita, serangga serta non-mamalia lainnya, tidak mampu beradaptasi dengan mudah untuk hidup sebagai mamalia.
Mereka tidak bisa berkembang sebagai mamalia, juga tidak menikmatinya. Mereka masing-masing memperoleh kesempatan, tetapi mati sangat muda. Inilah sebabnya kita tidak melihat lebih banyak mentalitas kecoa, semut, lalat, atau nyamuk dalam manusia. Mampukah kita membayangkan betapa mengerikannya kutu busuk atau lalat sebagai manusia?
Dampak Pengabaian Karma
Kita beruntung bahwa serangga, serta hewan lain, yang terbunuh tanpa sengaja, tidak memiliki hak istimewa ini. Mereka tidak memilikinya karena kita sendiri tidak bermaksud membuat mereka terbunuh.
Hewan yang terbunuh secara tidak di sengaja, karena mereka mati akibat dari dampak karma mereka sendiri. Namun hama yang sengaja dibunuh, selalu memperoleh kesempatan menjadi manusia, meskipun itu hanya sementara.
Tapi ini tidak cukup bagi mereka, dengan alasan membunuh hama untuk hidup, karena hal itu justru menciptakan ikatan hutang karma, terhadap hama mereka bunuh. Namun, itu bukan tujuan akhirnya.
Sebagian besar hama itu hanya akan menjadi manusia untuk sementara, inilah sebabnya jumlah aborsi meningkat, seiring dengan jumlah hama dimusnahkan. Meski begitu, beberapa hama, kemungkinan besar sudah menjadi mamalia dalam kelahiran tertentu, kemudian bisa berkembang menjadi manusia, meski hanya sebentar.
Misalkan manusia-manusia dengan pemahaman kerdil itu, kemudian melakukan beberapa karma jahat, selama kelahiran kembalinya sebagai manusia. Kemungkinan besar mereka akan melakukannya, karena kekacauan adalah hal yang wajar bagi hama.
Bila mereka telah menciptakan kekacauan, bukankah pembasmi hama, setidaknya harus bertanggung jawab dari sebagian atas kekacauan tersebut, karena mereka menyebabkan hama bereinkarnasi untuk menjadi manusia.
Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, bila kita tidak membunuh kecoa, tikus, serta hama lainnya, bagaimana kita mampu mengendalikan mereka?
Yah, ada cara yang lebih baik. Di Rajasthan ada kuil Karni Mata yang terkenal. Ribuan tikus putih hidup di dalamnya. Jika Anda duduk di dalam kuil untuk waktu yang lama, cukup mereka akan mulai memanjati Anda, yang merupakan perasaan yang menakutkan.
Maharaja Bikaner memberikan sejumlah biji-bijian untuk kuil, yang dibagikan kepada tikus-tikus ini. Dan di daerah sekitarnya, sejauh bermil-mil, sangat sedikit atau bahkan tidak ada biji-bijian di ladang yang dimakan oleh hewan pengerat. Alam suka ketika kita mencoba bekerja dengan-Nya, dan Dia kehilangan kesabaran ketika kita tidak melakukannya.
Kesimpulan
Prakriti individu, merupakan tindakan pertama, atau naluriah manusia, sering kali membelenggu kita dalam siklus karma. Pilihan naluriah tersebut didasarkan pada samskara dari kehidupan sebelumnya, menciptakan pola-pola karma, sehingga mempengaruhi perjalanan hidup. Planet Saturnus, sebagai simbol pengaruh takdir, membuka kelemahan sifat bawaan manusia, dengan memaksa individu untuk menghadapi keterbatasannya.
Namun, kebebasan sejati bisa dicapai dengan menaklukkan naluri alami, melalui pengetahuan batin, pertapaan, atau cinta kepada Tuhan. Dimana kerumitan siklus karma, bahkan tindakan kecil seperti membunuh serangga pun bisa menciptakan rantai sebab-akibat. Sedangkan kesadaran didasarkan pada ego hanya memperkuat cengkraman takdir. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian sejati, menaklukkan sifat bawaan kita tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam kalimat Sansekerta:
“Svabhavo vijayati itishauryam”
kepahlawanan sejati adalah kemenangan atas kodrat diri sendiri. Melalui memahami pola karma, serta bekerja selaras bersama Alam, kita mampu menciptakan kehidupan lebih harmonis, serta penuh makna.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"