Tantra adalah seni membangkitkan energi Kundalini, menyatukan tubuh dan roh dengan kosmos. Ini adalah perjalanan menuju harmoni transendental, tempat kesadaran dan energi bersatu menjadi satu.
Tantra adalah disiplin spiritual, menggabungkan filsafat, serta praktik untuk mengungkap esensi energi kehidupan. Tradisi ini tidak terkristalisasi secara sistematis, melainkan berkembang secara lisan juga situasional, memberikan pendekatan lebih fleksibel terhadap spiritualitas. Melalui konsep energi Shakti, Tantra menawarkan wawasan mendalam mengenai hubungan antara kesadaran, beserta penciptaan.
Tulisan kali ini, Anda akan menemukan bagaimana energi Kundalini tersembunyi mampu dibangkitkan, menghubungkan manusia bersama alam semesta, melalui harmoni transendental. Bersiaplah untuk memahami bagaimana praktik Tantra, membuka pintu menuju kesatuan antara tubuh, roh, serta kesadaran universal.
Dasar Ideologi Tantra
Tantra pada dasarnya adalah disiplin praktis, serta filosofinya tidak pernah terkristalisasi. Kebutuhannya tidak pernah terasa kuat, juga sebagian besar instruksinya bersifat lisan, bahkan situasional. Beberapa teks Tantrik, seperti Sarada Tilaka, memang membahas masalah filosofis, tetapi catatan ini tidak sistematis maupun konsisten. Oleh karena itu, sulit untuk mendefinisikan, juga menggambarkan apa disebut dengan filosofi Tantrik itu sendiri.
Prasangka kerja Saiva, Vaisnava, Sakta, serta apa yang disebut sebagai Tantra Buddha tampaknya juga berbeda; dimana peran fungsional konsep-konsep di setiap Tantra tampaknya bervariasi. Namun, ide umumnya adalah 'energi' (Shakti), merupakan semacam padanan Tantrik dari maya Wedanta, bersama prakriti Samkhya. Karena tradisi Tantrik bersifat teistik, mereka menunjuk kepada Tuhan tertinggi, juga absolut tetapi berkualifikasi (saguna-paramesvara), oleh beberapa teks Tantrik digambarkan sebagai mulia secara keberadaan, perasaan, serta kebahagiaan (saccidananda vibhava).
Di dalam Diri-Nya, menyatu tak terpisahkan energi tanpa terbatas, serta transendental (Shakti) sebagai aspek-Nya (kala), berada di luar konteks fenomenal. Namun, Tuhan melalui kehendak bebas-Nya menggerakkan energi, juga menghasilkan ciptaan, seperti minyak diperas dari biji minyak. Ciptaan hanyalah manifestasi energi, sedangkan menurut manuskrip menggambarkan proses tersebut, sebagai proses paralel kebangkitan ingatan pada individu, terbangun dari tidur lelap.
Setelah ingatan telah menyatu bersama dirinya, seolah-olah hilang, muncul kembali segera setelah kesadaran terjaga terbentuk. Ada penglihatan hampa disulap sebagai akibat dari munculnya inti cahaya-suara tidak berdiferensiasi, juga menyebar (para-nada), mengisi kehampaan. Esensi kehampaan ini memfokuskan dirinya, serta mengkristal menjadi tetesan transendental (para-bindu), juga merupakan semacam materialisasi energi-tindakan Tuhan (kriya-shakti).
Tetesan Transendental
Tetesan transendental (Para-bindu) ini, karena sifat kreatifnya, kemudian menyusun dirinya sendiri menjadi dua kategori:
Tetesan fenomenal (apara-bindu), menonjolkan aspek kesadaran diri dalam Tuhan (kategori Siwa),
Benih (bija) dari semua ciptaan, menekankan aspek energi Tuhan (kategori Shakti).
Perpecahan ini disertai dengan kompleksitas cahaya-suara sekunder (apara-nada), digambarkan sebagai suara agung, atau 'suara absolut (mahanada atau sabda brahma). Faktanya, kompleksitas cahaya-suara inilah yang menyatukan kedua kategori tersebut, sehingga dengan demikian melambangkan penyatuan mereka.
Pemindahan pikiran dari tingkat makrokosmik ke mikrokosmik menyebabkan Tantra menemukan padanan suara agung tersebut kedalam diri manusia, yaitu ular melingkar (kundalini). Itu adalah energi kausal dalam diri manusia (Shakti), diwakili oleh segitiga, terdiri dari tiga kategori telah disebutkan di atas sebagai sisi-sisinya: tetesan (bindu), benih (bija), dan suara (nada), semuanya muncul dari tetesan transendental (para-bindu) terwujud.
Bahkan ketika seluruh ciptaan berasal dari suara absolut, keberadaan serta perilaku manusia, muncul dari kekuatan ular melingkar. Ia 'melingkar' memiliki arti tidak aktif secara normal; beristirahat ditubuhnya sendiri, sepenuhnya mandiri, berputar pada dirinya sendiri, juga tanpa semua orientasi luar. Kompleksitas cahaya-suara sekunder (apara-nada) atau suara agung, terletak di antara kedua alis, dibayangkan memasuki kanal psikis pusat, sushumna, kemudian mengalir turun ke pusat basal (muladhara) selanjutnya beristirahat di sana sebagai wujud kundalini.
Tujuan Sadhana Tantra
Tujuan sadhana Tantrik adalah, untuk membangunkan raksasa tertidur ini, ketika dibangunkan akan kembali ke pusat psikis di antara kedua alis, naik sepanjang kanal sushumna. Kundalini dalam keadaan terjaga awalnya digambarkan sebagai visarga (mengirimkan) pelepasan, keberangkatan; yang terakhir juga merupakan tanda aspirasi keras, setelah kata sifat menurut alfabet Sansekerta. Hal ini diwakili (seperti alfabet) oleh dua titik yang satu ditempatkan di atas yang lain. Titik di atas diidentifikasikan dengan Api (agni) sementara di bawah dengan Bulan (soma).
Kita telah melihat di atas, bahwa ini melambangkan konfigurasi pria-wanita (atau kemanunggalan). Tanda aspirasi tidak diragukan lagi memiliki dua komponen, tetapi itu tidak menunjukkan dualitas. Ini lebih menunjukkan fakta bahwa keduanya adalah elemen struktural, diperlukan untuk terlibat pada suatu kesatuan; masing-masing bila dipisahkan dari lainnya akan menjadi tidak berarti. Dalam manuskrip Tantrik, tahap aktivitas awal tetapi baru mulai ini pada bagian energi terbangun disebut 'kesadaran-saat ini' (cit-kala), bergemuruh, berdengung, juga berkembang menjadi prospek aktivitas yang menyenangkan (secara teknis dijelaskan sebagai 'kebahagiaan', ananda).
Dengan membawa citra suara lebih jauh, kundalini dikatakan terdiri dari semua suara yang dapat didengar (akshara) dan terlihat (varna); dan gelombang kesadaran pertama adalah bentuk suara awal 'a', pada waktunya menjadi asal mula seluruh alfabet. 'Suara kesadaran' ini sebagaimana muncul di pusat 'akar-dasar' disebut 'ucapan transendental' (para-vak), dicirikan oleh niat atau keinginan belaka (kama), tidak ditentukan tetapi mendasar.
Ego Makhluk Hidup (Ahamkara)
Itu bukanlah keinginan untuk sesuatu atau keinginan untuk melakukan apa pun; tetapi secercah keinginan terletak di balik semua kehidupan. Faktanya, kita membaca dalam kisah-kisah Tantrik bahwa kehidupan hanya berasal dari niat atau keinginan ini. Kehidupan (prana) adalah padanan fenomenal dan kemunculan 'saat kesadaran' transendental. Jika yang pertama dilambangkan dengan 'a', huruf pertama alfabet, terakhir sebagai efek akhir dilambangkan dengan 'ha, huruf terakhir; itu juga digambarkan sebagai angsa (hamsa). 'Aha' dengan demikian mewakili totalitas asal dan akibat, dari yang transendental dan fenomenal, dari kesadaran dan aktivitas; 'parama-hamsa' adalah kata yang menunjukkan 'manusia seutuhnya' yang di dalamnya unsur-unsur terintegrasi dengan sempurna.
Tantra Saivite memandang 'a' sebagai Siwa (kesadaran murni atau pencerahan, prakasa), keberadaan absolut; dan 'ha' adalah Shakti (aspek energinya, atau aktivitas ekspresif yang inheren, vimarsa), kemunculan fenomenal. Keduanya disejajarkan oleh Brahman dan Maya dalam Advaita Wedanta. Pertemuan kedua kategori (penyatuan dilambangkan oleh 'm' di akhir) ditandai oleh ungkapan Sansekerta 'a-ham' ('aku' atau ego), yang juga mencakup seluruh alfabet. Massa persatuan ini secara teknis disebut 'mithuna-pinda' (tubuh berpasangan, atau dua dalam satu), atau 'Siwa-Shakti' (energi kesadaran).
Ketika 'kesadaran' dan 'aktivitas' bersatu dalam tindakan 'visarga' maka kesatuan tersebut disebut sebagai 'kama-kala' (aspek keinginan). 'Kesadaran (prakasa), ketika tersirat dalam 'aktivitas' (vimarsa), dilambangkan oleh 'tetesan' berwarna putih, yang melambangkan air mani atau energi laki-laki; 'aktivitas' sebagaimana tersirat dalam 'kesadaran' dilambangkan oleh 'tetesan' berwarna merah, yang juga disebut 'suara' (nada), yang menunjukkan energi perempuan.
Kesadaran Diri Individu
Kedua tetesan tersebut benar-benar merupakan dua aspek, dari tetesan transendental. Namun, dalam fase fenomenalnya (disebut Kama, dimana aspek-aspeknya adalah dua tetesan berwarna). Kesadaran sendiri diibaratkan sebagai api, sedangkan aktivitas diibaratkan sebagai lelehan mentega karena panasnya. Akan tetapi interaksi, antara keduanya digambarkan sebagai kebahagiaan (ananda atau hardhakala).
Tetesan transendental itu sendiri adalah kondisi asli kundalini, sama sekali tidak terlibat individuasi, juga sama sekali tidak terkait dengan pembangkitan fenomenal. Dalam kondisi ini disebut mahamaya. Tetapi ketika aktivitas-kesadaran munculbersamanya, maka keadaan murni dari ketenangannya terganggu, sehingga menjadi terindividualisasi, serta terikat pada kondisi fenomenal. Ini adalah kekuatan ular melingkar, yang ingin ditangani oleh Tantra. Namun, pada individu normal, kekuatan bebas untuk beraktivitas tersembunyi, bahkan terlarut kedalam keadaan 'kesadaran' (antarlina-vimarsa).
Kondisi ini digambarkan sebagai melingkar; sehingga kundalini dikatakan tertidur di sini. Sedangkan dalam kondisi seperti itu, kesadaran penting serta tidak aktif (Siwa disini digambarkan sebagai sava, mayat). Ketika sadhana Tantrik dilakukan maka 'kekuatan' muncul, sehingga 'ke akuan' (ahamta) atau keegoisan dilembagakan. Menurut konteks ini, keegoisan berarti sekadar 'kesadaran diri', kekuatan diindividualisasikan menemukan identitasnya sendiri.
Sebaliknya, ada proyeksi kekuatan yang sama ke kanvas fenomenal, sehingga akibatnya muncullah dunia eksternal dari benda juga peristiwa. Sumber eksternalisasi ini disebut sebagai 'tidak egois' (anaham). Ketika kesadaran diri berinteraksi dengan dunia fenomenal terproyeksikan, kita memiliki proses berhubungan, 'keinian' (idamta).
Selanjutnya tradisi Natha mengambil pendirian sama, tetapi menguraikan tentang pengembangan individu. Dunia abstrak sebagaimana diproyeksikan oleh kompleks kesadaran-energi, dari suatu gerakan awal (spanda) inspirasi (sphurti) digambarkan sebagai struktur transendental (para-pinda), suatu perwujudan bersifat kosmik sebagai maknanya.
Prosedur Alami Para Natha
Namun, sebagaimana terindividualisasikan dengan inti egoitas, ia menjadi transaksional, kemudian disebut sebagai struktur individual (vyashti-pinda). Akan tetapi, pada setiap diri individu, struktur transendental tersebut tercermin. Oleh sebab itu seluruh alam semesta terkandung di tubuh seseorang. Kompleksitas kesadaran-energi terjadi pada individu, sebagai roh serta tubuh. Dimana roh adalah Siwa, sedangkan tubuh adalah Shakti.
Dikotomi dalam pikiran, serta tindakan kita tidak berjalan alami, oleh karenanya menegangkan. Tujuan dari praktisi Natha adalah, menyadari dalam diri sendiri identitas Siwa, serta Shakti, untuk mengintegrasikan dua dimensi terlihat berbeda, juga memahami seluruh alam semesta sebagai ekspresi Siwa-Shakti. Praktik Natha menyarankan prosedur alami (sahaja) serta efektif, dengan mengubah tubuh menjadi roh, sehingga mencapai identitas keabadi batin, juga tak terputus.
Prosedur ini disebut menyelaraskan (samarasa) yang imanen, transenden, serta universal, menjadi satu kesatuan realitas. Kesadaran biasa kita terfragmentasi, terkoyak menjadi keadaan, kondisi, serta proses, oleh karena itu identitas individu terlibat krisis. Perpecahan tersebut menyebabkan rasa sakit, karena ketidakwajarannya, juga keterlibatan ego di setiap detail, ikut menggagalkan kesadaran diri yang mendasar (ahamta). Sang Yogi, seperti juga seorang Taois, merekomendasikan kehidupan alami, oleh karenanya santai juga mudah; pikiran harus bisa menjadi seperti langit (kha-sama), terbebas dari semua fiksasi khusus.
Kesimpulan
Tantra adalah jalan spiritual, mengajarkan harmoni antara kesadaran (Siwa) dan energi (Shakti). Melalui filsafat Tantra, penciptaan dipandang sebagai manifestasi energi ilahi, berinteraksi melalui konsep seperti para-nada (suara transendental) juga para-bindu (tetesan energi kreatif).
Energi Kundalini, yang tidur di dasar tubuh manusia, juga merupakan kunci menyatukan kesadaran individu terhadap kosmik. Kebangkitan Kundalini melalui praktik Tantra membuka potensi manusia untuk mengalami kebahagiaan transendental, juga integrasi antara tubuh, roh, serta alam semesta. Dengan fokus pada penyelarasan alami juga penghapusan dualitas, Tantra mengundang kita untuk menjalani kehidupan penuh makna, menyadari hubungan mendalam antara diri kita, bersama realitas universal.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"