Samskara: Memutus Siklus Karma, Membangun Takdir

Samskara: Memutus Siklus Karma, Membangun Takdir

Samskara membentuk sifat dan takdir kita, tetapi kehendak bebas memegang kunci memutus siklus karma. Memahami Hukum Karma, selaras dengan Alam adalah langkah menuju kehidupan harmonis.


Kehidupan kita adalah pantulan dari samskara, jejak karma dari kehidupan ke kehidupan. Seperti cerita seorang murid beserta gurunya yang mengungkap kebenaran karma melalui ular, semut, serta nelayan, kita belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi tak terhindarkan. Dalam perjalanan ini, takdir kita bukanlah penjara, melainkan hasil dari pilihan, serta tindakan dahulu pernah kita ambil. 


Dengan memahami samskara, serta Hukum Karma, kita bisa memutus siklus penderitaan, menciptakan kehidupan lebih harmonis, juga selaras dengan Alam. Tulisan kali ini akan membawa Anda ke dalam eksplorasi mendalam mengenai karma, nasib, juga bagaimana membentuk jalan hidup lebih baik.

Pandangan Karma Guru Dan Murid 

Ada seorang murid yang merasa bahwa gurunya tidak pernah mengajarkan apapun. Akhirnya murid tersebut mengganggu gurunya, supaya memperoleh pengetahuan, begitu lama ditunggunya, sehingga gurunya kemudian memutuskan, harus memaksanya mempelajari sesuatu. 


Keesokan harinya ketika mereka sedang berjalan-jalan bersama, melihat ada seekor ular kobra dimangsa oleh ribuan semut. Tidak peduli seberapa kuat ular kobra itu menggeliat, tetap tidak bisa melarikan diri, ini adalah sebuah kematian mengerikan. 


Murid itu bertanya, “Oh guruku, apa dosa ular kobra itu hingga menderita seperti ini?” Sang guru menjawab, “Diamlah! Ayo jalan!”


Akhirnya mereka tiba di sebuah desa nelayan. Sang guru menunjuk Seorang nelayan, yang baru saja kembali ke pantai setelah menangkap banyak ikan. Ia terlihat sedang beristirahat, jelas mencoba membuat dirinya merasa nyaman, sambil menghisap nikmatnya pipa.


“Sekarang Apakah kau mengerti?” tanya sang guru.

“Tidak, jawab anak itu.


Baiklah, ular kobra yang kita lihat sebelumnya akan menjadi nelayan, dan semut-semut itu akan menjadi ikan. Orang ini dulunya adalah seekor ular kobra yang dimakan semut, oleh sebab itulah sebabnya ia berhak menyiksa, serta membinasakan ikan-ikan, dulunya adalah semut.


“Oh,” kata muridnya, tanpa suara. “Begitu. Bila kamu membunuh seseorang, ia akhirnya akan membunuhmu, dengan satu atau lain cara.”

Melepaskan Kekuatan Kutukan

Oleh karena itu, seperti pada kisah sebelumnya dimana anak laki-laki tersebut, setelah memperoleh berkah mampu melihat karma di tubuh kausalnya, kemudian bertekad untuk memutus siklus itu segera, melalui cara tidak membunuh ibunya meskipun sangat menjengkelkan, sehingga ibunya tidak akan pernah memperoleh hak, untuk membunuhnya. Itu akan mengakhiri tarian karma tersebut. 


Meskipun ada kalanya kekuatan kutukan, yang bersarang di benak ibunya, membuatnya begitu memprovokasi, sehingga kekuatan kutukan di benak anaknya, kemudian ikut memutuskan untuk berusaha mencekiknya, tetapi anaknya selalu berhasil tenang, serta selalu mengingat rencananya. Dan ini akan terus berlanjut hingga seluruh energi kutukan itu habis.


Tetapi sayangnya, tidak ada yang tahu pasti berapa banyak kekuatan tersisa di balik kutukan itu? Tidak ada batasan waktu, serta sulit untuk mengetahui hal-hal seperti itu, tetapi sejauh anaknya belum mampu melihat perubahan apapun dari perilaku ibunya menjadi lebih baik. 

Ini membuatnya berpikir bahwa masih ada jalan panjang, untuk melunasi Rina (hutang) tertentu ini. 


Setelah rina tersebut dilunasi, maka rina bandhana (ikatan hutang karma) juga berakhir. Sementara itu, anaknya terus mencoba membantu meredakan kekuatan kutukan tersebut, melalui cara ikut menanggung karma-karmanya. Karena ibunya ditakdirkan menderita, maka anaknya juga harus ikut menderita melalui banyak hal. 

Hubungan Garis Keturunan Dan Samskara

Mengetahui silsilah dirinya sendiri adalah sangat penting bagi individu, meskipun faktanya, mungkin kehidupan Anda telah menjauhkan diri, dari keluarga besar, atau keluarga besar menolak kehadiran Anda. Tetapi terpenting, Anda jangan sampai lupa terhadap leluhur atau kawitan karena itu penting. 


Sedangkan lebih penting daripada keturunan fisik adalah keturunan mental, yaitu garis keturunan karma, serta samskara atau karakteristik kepribadian dibawa dari lahir ke lahir, hal ini untuk mengetahui kecenderungan Karma dibawanya saat berada di dunia.


Contohnya, Bagaimana kita bisa mengharapkan seseorang bisa berkelakuan baik, karena tidak mewarisi samskara baik, diturunkan oleh kedua orang tuanya, atau membawa karma baiknya sendiri, dari inkarnasi sebelumnya di kehidupan saat ini. 


Lalu kenapa kita harus ikut repot membersihkan karmanya, bila ada orang lain hanya mengorbankan kita, demi kepentingannya sendiri. Tugas kita hanyalah menyelesaikan ikatan karma bersamanya, lalu pergi menjemput karma berikutnya, sehingga biarkan orang lain tersebut bisa terus merasakan hasil karma-karmanya sendiri, yang memang sudah merupakan takdirnya sendiri.


Namun apalah artinya takdir, kalau bukan jumlah seluruh karma masa lalu, dan apalah karma kalau bukan sejumlah hutang harus dibayar? Kita semua melakukan gerakan atau aksi, sehingga setiap tindakan atau gerakan tersebut akan menabur benih reaksi, harus ditanggung sendiri, suka atau tidak. 


Karena kita tidak bisa mencegah semua orang, untuk menanggung takdir mereka sendiri. Meskipun banyak orang, masih terus berdebat mengenai takdir, dengan kehendak bebas, tetapi mereka hampir tidak mampu memahami konsepnya. 


Setiap orang punya kehendak bebas, yaitu memutuskan menjalani hidupnya selaras bersama Alam, atau mencoba menciptakannya sendiri. Tetapi meskipun Anda mampu menciptakan sendiri, tetap harus berjalan di jalan yang telah ditetapkan Alam, berarti Hukum Karma itu sendiri. Bila Anda selaras dengan Alam sejak awal, maka akan lebih sedikit membuang waktu serta energi, juga lebih sedikit menderita. 


Bukankah lebih masuk akal serta rasional, untuk memilih jalan dimana arusnya lebih pelan, juga sedikit menimbulkan rasa sakit? Itulah sebabnya selalu lebih baik hidup bersama kenyataan, karena bila tidak, kenyataan akan datang untuk hidup bersama kita.

Pengaruh Saturnus Sebagai Planet Karma

Roda alam berputar perlahan, tetapi perputarannya sangat presisi, sehingga tidak ada makhluk apapun bisa luput darinya. Tapi tahukah Anda siapa Vidhata? Beliau adalah personifikasi Takdir, makhluk halus pengatur konversi karma masa lalu, menjadi hasil saat ini. Vidhata memberikan pengaruhnya kepada kita semua melalui perwakilannya, yaitu makhluk halus yang menciptakan kondisi, di mana karma bisa bekerja maksimal. Dalam Jyotisha atau astrologi Weda, kita telah mengenali sembilan wakil tersebut, mereka disebut juga sebagai Sembilan Planet. 


Dimana Setiap planet, ikut mempengaruhi segala aspek berbeda dari kehidupan seseorang. Matahari, misalnya, mewakili jiwa. Bulan mewakili pikiran, terutama pada aspek intuitif, juga emosionalnya. Posisi Bulan dalam horoskop individu, juga menunjukkan tekanan emosinya bisa terbentuk secara alami, serta bagaimana emosi tersebut, mampu berubah ketika planet-planet tersebut bergerak melintasi langit. 


Namun, terpenting dari Sembilan Planet tersebut adalah Saturnus, planet ini bertanggung jawab atas pengalaman, atau anubhawa. Kita menyebut Saturnus juga sebagai Suryaputra dalam bahasa Jyotisha, karena seluruh pengalaman terjadi karena adanya kehadiran jiwa, sebagai ‘pengalami’ sejati dalam diri makhluk hidup. Saturnus juga harus bertanggung jawab atas nasib, memaksa kita mengalami karma, baik suka atau tidak.


Karma baik dan buruk, dikeluarkan oleh Saturnus mampu menyebabkan perubahan dramatis, dalam kehidupan setiap orang. Saturnus telah menyebabkan Anda mencapai puncak ketenaran, kekayaan, atau apapun, juga bisa membuat Anda tenggelam ke dalam kesengsaraan, semua sesuai dengan saldo kredit atau debit, dari daftar karma tersebut. Beberapa orang secara alami beruntung, kita bisa melihatnya di mana-mana, juga tidak ada yang mampu menjelaskannya, kecuali menerapkan Hukum Karma tersebut. 

Mengubah Takdir Melalui Samskara

Dalam sebuah keluarga yang sama misalnya, seorang pria mungkin harus bekerja keras sepanjang hari, hanya untuk menghidupi keluarganya, sementara saudaranya mungkin tiba-tiba menerima rejeki nomplok, sehingga memungkinkannya menjalani kehidupan mewah, serta tanpa beban. 


Nasib buruk adalah keadaan di mana daftar karma kita, sebagian besar terdiri dari karma buruk, menyebabkan Saturnus memberikan sebagian besar kesengsaraan harus ditanggung. Sedangkan keberuntungan, berarti kita memiliki banyak karma baik untuk dinikmati. Memiliki saldo kredit karma positif, berarti Anda adalah kreditor dari sejumlah besar ikatan hutang karma, dimana akan memiliki banyak hal, dikumpulkan dari makhluk lain. Sedangkan seseorang dengan saldo kredit negatif, berutang banyak hal kepada makhluk lain, ia adalah debitur dari sejumlah besar ikatan karma tersebut.


Saturnus mampu menyebabkan kita mengalami kesenangan atau kesedihan dengan memengaruhi sifat bawaan (svabhawa, prakriti), ini merupakan hal menentukan, bagaimana kita mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Beberapa orang memiliki sifat pemarah, juga mudah tersinggung, sedangkan lainnya secara alami tenang serta puas diri, di sisi lain lagi secara alami takut, juga malu-malu. 


Sifat-sifat tersebut sudah ada sejak lahir dalam diri kita masing-masing, sifat ini hadir dalam gen juga kromosom, serta mengendalikan cara kita mengalami dunia. Sifat Shakti atau Mahadewi, adalah Alam itu sendiri, kekuatan menyebabkan terciptanya, terpeliharanya, serta hancurnya alam semesta. Secara kasar Prakriti melambangkan akar, sedangkan Svabhawa melambangkan buah dari kesadaran manusia.


Hal tersebut sangat berarti. Bila individu diberi samskara, atau kesan mental, tepat saat dirinya masih cukup muda, maka ia bisa melangkah lebih jauh. Namun, di balik seluruh samskara, tetaplah masih ada sifat asli individu.

Kesimpulan 

Samskara adalah akar dari perjalanan hidup manusia, membawa jejak karma, dengan membentuk sifat, tindakan, juga nasib. Seperti murid pada cerita diatas, belajar memutus siklus karma, kita juga memiliki kemampuan mengubah arah kehidupan tersebut. Hukum Karma bekerja tanpa cela melalui roda Alam, memastikan setiap tindakan memperoleh balasannya, baik atau buruk. 


Sedangkan Saturnus, menurut astrologi Weda, adalah pelaksana utama karma, membawa kesenangan atau penderitaan sesuai saldo karma kita. Namun, melalui kesadaran, serta kehendak bebas, kita bisa selaras bersama Alam, memutus siklus karma negatif, juga membangun masa depan lebih baik. Takdir bukanlah akhir; ia adalah peluang untuk belajar, memperbaiki, serta menciptakan kehidupan lebih selaras, bersama kebenaran universal. Mari kita jadikan samskara sebagai alat transformasi, bukan penghalang, menuju kehidupan penuh makna, serta keseimbangan.


Post a Comment

0 Comments