Anjaneya dan Saturnus: Kemampuan Mengendalikan Karma


Anjaneya, inkarnasi Dewa Siwa, mengajarkan cara mengendalikan karma. Meski Saturnus mempengaruhi semua, Anjaneya menggunakan kebijaksanaan untuk menghindari konsekuensi buruk. Kisahnya menginspirasi kita untuk memahami hukum karma dan bertindak dengan kesadaran penuh.

Anjaneya, atau Hanuman, adalah sosok spiritual luar biasa dalam kisah Ramayana. Sebagai inkarnasi Dewa Siwa, Anjaneya mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dalam menghadapi hukum karma. Meskipun Saturnus, planet pengalaman, mempengaruhi semua makhluk, tetapi dirinya mampu menunjukkan, cara menghindari konsekuensi buruk melalui kecerdasan, juga kesadaran. 

Tulisan kali ini mengajak kita merenungkan, bagaimana kita mampu mengendalikan karma dalam kehidupan sehari-hari, belajar dari kisah Anjaneya yang penuh inspirasi. Dengan memahami hukum karma, kita bisa bertindak dengan bijaksana dan menciptakan harmoni dalam hidup.

Anjaneya Melawan Iblis Simhika

Memuja Anjaneya bisa menjadi cara terbaik mengendalikan Saturnus, selain karena memiliki banyak alasan, tetapi terutama karena Anjaneya tahu cara mengatur Hukum Karma. Seperti kita ketahui bahwa pada suatu saat dalam kisah Ramayana, Anjaneya terbang melintasi lautan menuju Lanka untuk menemui Sita.


Ramayana, merupakan salah satu dari dua puisi epik besar India, mengisahkan kehidupan Raja Rama Chandra, atau Rama, awatara ketujuh dari Dewa Wisnu, yang Melestarikan Kosmos. Selama empat belas tahun Rama Chandra harus tinggal di hutan, istrinya Sita kemudian diculik oleh Rahwana, seorang raksasa (asura) yang menguasai pulau Lanka. Melalui bantuan pasukan monyet dan beruang, Rama Chandra kemudian menyerbu Lanka, setelah melalui banyak kesengsaraan akhirnya mampu membunuh Rahwana dalam pertempuran, dan merebut kembali Sita. Sebelum penyerbuan tersebut, Rama Chandra mengirim Hanuman ke Lanka untuk mengintai daerah itu dan menemukan keberadaan Sita.


Anjaneya melompat ke langit dan terbang dengan gagah berani menuju pulau itu ketika tiba-tiba menyadari tubuhnya terasa melemah. Ketika memAndang sekeliling Ia mengetahui alasannya: ada raksasa iblis perempuan bernama Simhika berkata kepadanya, “Aku sangat lapar, wahai putra dewa angin, tapi aku sangat senang melihatmu! Kebetulan takdirmu adalah memasuki mulutku dan dimakan olehku!”


Ketika Anjaneya memeriksa tubuh kausal-Nya untuk mengetahui apakah iblis tersebut mengatakan yang sebenarnya, betapa terkejutnya diri-Nya mengetahui bahwa takdir-Nya adalah memasuki mulut iblis wanita itu. Tetapi bila membiarkan dirinya dimakan, bagaimana dirinya mampu menyelesaikan misi, yang telah dikirim oleh Tuhan terkasih-Nya RamaChandra untuk diselesaikan? Meskipun Anjaneya tidak khawatir akan keselamatannya sendiri, tetapi khawatir akan kesuksesan misinya, karena hanya memikirkan bagaimana dengan Rama. Menyadari dirinya harus segera melakukan sesuatu, karena iblis raksasa Simhika telah menarik bayangannya, sehingga tubuhnya semakin dekat padanya.

Mematuhi HukumKarma

Tapi bagaimana Iblis Raksasa Simhika mampu menarik bayangan Anjaneya? Baiklah kita jelaskan, bayangan adalah bagian dari tubuh, bukan? Bila kami mampu memegang tubuh serta menariknya ke arah kami, mengapa tidak bisa melakukan hal yang sama terhadap sebuah bayangan? Bayangan juga terbuat dari materi, meskipun itu sangat halus, bayangan tidak terlalu sulit ditarik, asalkan Anda mengetahui cara memegangnya.


Anjaneya, yang telah berpikir cepat, buru-buru menggunakan siddhi Mahima-Nya untuk mengembangkan tubuh menjadi ukuran sangat besar. Melihat makanannya telah menjadi seukuran awan yang mengepul, Simhika membuka mulutnya lebar-lebar. Kemudian Anjaneya tiba-tiba mengecilkan tubuhnya, menggunakan siddhi Anima-Nya, dan jatuh melesat ke dalam mulut iblis yang terbuka lebar dengan kekuatan seperti petir. Ketika Anjaneya muncul dari balik tubuh Simhika, setelah mencabik-cabik bagian vitalnya menggunakan cakar-cakar-Nya, tubuh Simhika langsung jatuh ke dalam lautan, hingga menciptakan cipratan yang sangat besar.


 Kemudian Anjaneya bebas melanjutkan penerbangannya, untuk menemukan Sita. Dengan cara ini Anjaneya dianggap telah mematuhi hukum karma, tetapi terhindar dari konsekuensi yang tidak diinginkan.

Namun, apakah Saturnus tidak berpengaruh sama sekali pada Anjaneya? Saturnus harus memberikan pengaruhnya pada semua orang, bahkan tidak ada pengecualian. Artinya ia juga harus memengaruhi Anjaneya, tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Bahkan, akhirnya meminta bantuan Anjaneya, dan berkata, “Anda adalah Maha Rudra“ Rudra adalah nama lain untuk Siwa (dewa kematian dan transformasi), tetapi mengapa ada tambahan Maha (agung)? Anjaneya adalah Rudra yang paling agung karena dia adalah Rudra Terakhir dari sebelas Rudra, sama seperti Mahakala (Waktu Agung) adalah Rudra Pertama atau Adi Rudra. 

Melepaskan Identitas Diri

Anjaneya, merupakan inkarnasi Dewa Siwa, sebagai kesempurnaan Siwa. Para Rudra mengendalikan hidup serta mati melalui pengendalian ingatan. Hidup hanyalah ingatan, baik pahit ataupun manis, itu hanyalah sebuah ingatan. Artinya bila Anda tidak mampu mengingat, itu sama saja dengan mati. Tetapi tanpa ingatan, maka kehidupan itu sendiri tidak mungkin. Kita semua ada karena memiliki ahamkara, merupakan kemampuan penyebab ke-akuan. Ahamkara akan terus-menerus mengidentifikasi diri dengan setiap sel tubuh, serta setiap aspek kepribadian manusia terbatas. 


Tanpa ahamkara, manusia tidak bisa hidup sebagai individu, karena ahamkara-lah yang mengintegrasikan banyak bagian diri ke dalam diri.  Dimana Mahakala, Rudra yang memisahkan sebuah kehidupan, penyebab kematian, Caranya adalah dengan membuat ahamkara-individu mengingat kembali bahwa dirinya adalah Kundalini Shakti. Ketika Kundalini melihat Mahakala, Dia segera diliputi cinta kepada-Nya sehingga hanya mampu memikirkan-Nya, dan tidak mampu kembali mengingat kepribadian sebagai individu yang biasa-biasa saja bahkan untuk sesaat. 


Tetapi kematian bukanlah akhir, bahkan bukan sama sekali. Selama tubuh kausal individu masih ada, maka harus terlahir kembali setelah meninggal, sehingga bisa mengidentifikasi diri dengan tubuh, serta kepribadian yang baru. Hanya ketika individu mampu sepenuhnya melupakan dirinya sendiri—ketika tidak memiliki apapun untuk diidentifikasi, karena gudang karmanya telah dikosongkan, dari seluruh hutang karma yang belum dibayar— maka individu bisa sepenuhnya berhenti ada. Hanya ketika individu mampu memasuki tubuh kausal, serta melampauinya maka seluruhnya menjadi selesai! Individu telah mampu melampaui atribusi ke Nirvikalpa Samadhi (kesadaran non dualistik murni, tidak ternoda bahkan oleh sedikit pun ego). Tetapi sampai saat itu tiba, maka Anda masih terjebak dalam roda samsara.

Mematuhi HukumKarma

Selama individu masih memiliki tubuh kausal yang dipenuhi dengan Rina Bandhana yang masih harus dibayar, Saturnus akan mendapatkannya di bawah pengaruhnya, serta tunduk pada takdir, juga Hukum Karma. Dimana gelombang pikiran yang terus-menerus diproyeksikan ke dalam pikiran (tubuh astral) dari karma yang terkumpul di tubuh kausal. Tapi kebanyakan orang lupa, bahwa pikiran-pikiran tersebut hanyalah manifestasi sementara. Mereka mencoba untuk berpegang teguh pada pikiran-pikiran tersebut atau menghindarinya, yang justru menciptakan lebih banyak karma.


Namun, ada cara lain untuk melenyapkan tubuh kausal selain Nirvikalpa Samadhi, tetapi sayangnya kebanyakan dari cara tersebut, tidak begitu mudah untuk bisa diperoleh tergantung pada karma Anda sendiri. Bila memahami, bahkan bila Anda tinggal di Jawa atau Bali selama hidup, ada beberapa hal misterius bisa terjadi, bahkan tidak akan pernah Anda duga pernah ada. Anda bahkan tidak akan pernah memimpikannya, kecuali ditakdirkan untuk melihatnya. 


Salah satunya adalah, ada sebuah tempat baik di Jawa maupun Bali, mana setiap hari  ada tiga atau empat orang terpilih, membawa mayat segar.  Mereka kemudian menanggalkan pakaiannya, memandikannya, serta mempersiapkannya dengan ritual tertentu lainnya. Selanjutnya mereka membawanya kepada sosok raksasa bercahaya, berambut hitam panjang gimbal, dengan mata tajam, serta hampir tidak pernah berkedip. Raksasa tersebut mengambil kepala mayat persembahan, membelahnya serta kemudian memakannya sebagian otaknya. Terkadang tergantung pada niatnya, raksasa itu juga bisa memakan bagian tubuh lainnya. 


Dengan memakan otak, tubuh kausal orang yang meninggal akan sepenuhnya terhapus, berarti bahwa orang tersebut tidak perlu harus dilahirkan kembali. Makhluk tersebut harus memakan satu mayat setiap hari, sedangkan dari mana memperolehnya adalah misteri. Melihatnya saja sudah sungguh mengerikan, tetapi kami melihatnya, dan selamat. Tetapi ini tidak berarti bahwa siapapun yang memakan otak, mampu  menghancurkan tubuh kausal mayat tersebut. Bila itu benar maka seluruh kanibal di Nugini pasti sudah di Nirvikalpa Samadhi.

Anjaneya Mengendalikan Saturnus

Bukanlah hal yang mudah untuk menghancurkan tubuh kausal, dan selama memiliki tubuh kausal, individu akan terus tetap tunduk terhadap Hukum Karma, juga takdir. Selama Anda memiliki karma, tentu akan memiliki kenangan serta pengalaman, di situlah posisi Saturnus berperan. Saturnus melambangkan pengalaman, baik atau buruk, sedangkan kenangan adalah jumlah dari pengalaman Anda. Para Rudra menyebabkan kelupaan, yang merupakan satu-satunya cara agar kehidupan lama mampu berakhir, sehingga kehidupan baru dapat dimulai. 


Para Rudra mampu melakukan ini, karena Mereka sangat sedikit mengidentifikasi diri terhadap tubuh Mereka sendiri. Contohnya Mahakala, yang tidak memiliki bentuk tunggal, beliau  mampu mengambil bentuk apapun yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh tugas-Nya. Anjaneya mungkin adalah Mahavira (Pahlawan Terhebat) tetapi juga Dasanudasa (Pelayan dari Para Pelayan). Anjaneya sangat mengidentifikasi diri terhadap Rama, sehingga jarang mengingat tubuh-Nya sendiri. Oleh karena keterpisahan ini, Saturnus tidak mampu mempengaruhi para Rudra.


Ketika tiba saatnya Saturnus mempengaruhi Anjaneya, ia tidak mampu menemukan cara melakukannya. Jadi akhirnya dirinya bertanya kepada Anjaneya, "Bagaimana aku bisa duduk di atasmu?" Anjaneya mengatakan kepadanya, “Cobalah duduk di ekorku”. Ketika Saturnus melakukannya, ekor Anjaneya justru membalikkannya dan mengikatnya, bahkan selanjutnya Saturnus tidak mampu lagi bergerak, apalagi melemparkan pAndangannya ke arah Anjaneya. Dimana Gada Anjaneya mengendalikan seluruh planet kecuali Saturnus, yang justru dikendalikan oleh ekornya.

Pengaruh Saturnus Menciptakan Pengalaman

Tetapi meskipun terjepit, Saturnus akhirnya tetap bisa memberikan pengaruhnya. Ketika Anjaneya pergi ke Lanka dan ditangkap di sana, Rahwana membakar ekornya, ekor yang sama yang telah menjepit Saturnus. Setelah itu, Anjaneya dengan gagah berani membakar seluruh kota Lanka. Meskipun mantra Sita mampu melindunginya dari hangus, tetapi ujung ekornya sedikit terbakar dalam prosesnya. Selain itu, karena sifat heroiknya yang sangat meluap-luap, Anjaneya akhirnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri, meskipun hanya untuk sesaat. 


Ketika tubuhnya melayang di langit, Anjaneya diliputi oleh melimpahnya shakti, sehingga untuk sesaat sebagian dari shakti tersebut meluap ke dalam keringatnya. Anjaneya berusaha menahan diri pada saat berikutnya, dan menarik kembali sebagian besar shakti tersebut ke dalam dirinya, tetapi sejumlah kecil shakti telah keluar dari tubuhnya dalam setetes keringat. Tetesan keringat itu kebetulan jatuh ke dalam mulut seekor buaya betina, yang berbaring tepat di bawah-Nya. Ia segera mengandung, dan tak lama kemudian melahirkan Rsi Makaradhwaja (Yang Berbendera Buaya).


Anjaneya, meskipun seorang yang hidup selibat sempurna, tetapi harus mengalami kehilangan ojas-Nya (esensi halus dari air mani), betapapun sedikitnya, menyebabkan menjadi seorang ayah dari seorang putra, seperti yang harus dialami oleh seorang kepala keluarga biasa. Anjaneya juga harus mengalami aspek kehidupan, karena pengaruh Saturnus, planet pengalaman. Bahkan dalam hal-hal tertentu, tidak seorang pun luput dari perhatian Alam siapapun itu.


Kesimpulan
Anjaneya, atau Hanuman, adalah sosok spiritual luar biasa dalam kisah Ramayana. Sebagai inkarnasi Dewa Siwa, Anjaneya mengajarkan kita mengenai kebijaksanaan menghadapi hukum karma. Meskipun Saturnus, planet pengalaman, mempengaruhi semua makhluk, Anjaneya menunjukkan cara menghindari konsekuensi buruk, melalui kecerdasan serta kesadaran. 

Dalam kisahnya, Anjaneya menghadapi iblis Simhika yang mencoba memakannya, tetapi dengan menggunakan siddhi Mahima dan Anima, Anjaneya berhasil menghindari takdir buruk, dan menyelesaikan misinya untuk Rama. Ini mengajarkan kita bahwa meskipun karma adalah hukum universal, kita bisa mengendalikan konsekuensinya, melalui kebijaksanaan dan kesadaran. 

Anjaneya juga menunjukkan, bahwa bahkan makhluk spiritual sekalipun tidak sepenuhnya bebas, dari pengaruh Saturnus. Ketika Saturnus mencoba mempengaruhi Anjaneya, ia menggunakan ekornya untuk mengendalikan planet tersebut, menunjukkan bahwa kita dapat mengendalikan karma dengan kecerdasan, juga kekuatan spiritual. 

Namun, Anjaneya juga mengalami konsekuensi kecil dari pengaruh Saturnus, seperti kehilangan sedikit ojas ketika keringatnya jatuh ke mulut buaya betina, yang kemudian melahirkan Rsi Makaradhwaja. Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang sepenuhnya bebas dari hukum karma, tetapi dengan kebijaksanaan, kita mampu mengurangi dampak buruknya. Dengan memahami dan menerapkan pelajaran dari Anjaneya, kita dapat menghadapi karma dengan kesadaran penuh dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis.


Post a Comment

0 Comments