Berkah dan kutukan memiliki kekuatan berbeda tergantung pada cara penyampaiannya. Ucapan lisan adalah paling lemah, sementara telepati (Paravani) adalah yang terkuat. Kekuatan spiritual sejati terletak pada disiplin internal, juga kemampuan mengalirkan shakti.
Berkah dan kutukan adalah konsep yang sering dibicarakan dalam spiritualitas, tetapi tidak banyak pemahaman bagaimana keduanya bisa bekerja. Kekuatan berkah atau kutukan tergantung pada cara penyampaiannya, mulai dari ucapan lisan hingga telepati (Paravani).
Tulisan kali ini mengajak kita memahami perbedaan antara berkah, serta kutukan yang disampaikan secara verbal, mental, visual, serta telepati. Dengan memahami ini, kita dapat menghargai pentingnya disiplin internal (niyama) juga aliran dari kekuatan shakti. Mari kita telusuri lebih mendalam mengenai bagaimana berkah, juga kutukan mempengaruhi kehidupan spiritual kita.
Karma Terlibat Dalam Sebuah Permintaan
Sekarang tidak perlu berbicara hanya cukup berpikir, bila sekarang kami tidak menginginkan apapun selain bhakti, mengapa meminta sang Guru untuk mengubah segala sesuatu, untuk memenangkan kami membeli saham tersebut. Jangan khawatir, kami sudah siap untuk pertanyaan itu, serta seribu alasan agar Anda bisa memahaminya, mengapa kami tidak melakukannya lagi.
Pertama, Rina Bandhana dengan pemilik saham tersebut, ingin kami selesaikan melalui cara sebaik mungkin. Entah orang setuju atau tidak, itu adalah saham, jual serta beli merupakan hidupnya. Semakin diminati oleh orang, maka semakin dihormati, juga memiliki nilai beli tinggi.
Kedua, ini adalah semacam kompetisi antara guru bersama muridnya, kami mengujinya untuk melihat seberapa besar beliau bersedia, mengotori tangannya saat melakukan sesuatu untuk kami, disini beliau juga menguji kami melalui cara hampir sama.
Ketiga, bagaimana Rina Bandhana kami terhadap teman-teman broker? Ketika sebuah saham yang kita beli memberikan keuntungan, maka mereka juga ikut menghasilkan uang, memberkati kami, sehingga ada nilai dalam berkat seperti itu. Begitu juga dalam kutukan yaitu, ketika kami mengatakan bahwa sebagian besar broker atau trader lain akan tamat, kami sendiri menyadari, bahwa saat mengucapkannya sedang tidak berbicara tanpa berpikir.
Sekarang kutukan orang-orang yang kalah semacam itu, bila disampaikan dengan sekuat tenaga, terutama dari nafas terakhir seseorang memiliki kekuatan mengerikan. Jadi saya tidak ingin berada di posisi tersebut, bahkan bila menawari saya puluhan juta. Karena akan menyesali tindakan tersebut, dalam waktu sangat lama. Ini tidak ada bedanya dengan menarik kekayaan secara spiritual.
Tetapi bila kutukan dari jeritan orang miskin tertindas bisa begitu kuat, bagaimana dengan semua kutukan, yang dilontarkan orang-orang ketika sedang berdemo mengatasnamakan orang miskin? Sebelumnya kami sampaikan kepada Anda, agar tidak khawatir sedikitpun mengenai kutukan tersebut. Baiklah, kami jelaskan alasannya mengapa?
Kekuatan Sebuah Kutukan
Ketika semua orang bertanya mengenai apa itu berkat, dan kutukan, tetapi tidak seorang pun repot-repot menanyakan berapa lama berkat, atau kutukan akan bertahan. Bukankah itu penting untuk diketahui? Ketika mengetahui bahwa kutukan tertentu hanya berlangsung sebentar, maka tidak perlu bersusah payah untuk mencoba mencabutnya. Cukup berdiam diri sampai batas waktu kutukan tersebut berakhir, maka Anda akan bebas. Demikian pula, bila mengetahui berapa lama berkat mampu bertahan, maka bisa mengetahui berapa lama harus memanfaatkannya untuk maju.
Sedangkan cara mengetahui berapa lama berkat atau kutukan mampu bertahan, pertama-tama ketahui terlebih dahulu dalam bentuk ucapan (vani) mana yang digunakan, karena ada empat ucapan menentukannya mereka adalah:
Vaikhari (lisan),
Madhyama (mental),
Pashyanti (visual),
Paravani (telepati).
Kutukan dan berkat disampaikan secara lisan hampir tidak ada gunanya, karena lidah akan membakar apapun diucapkannya. Inilah sebabnya mengapa mengucapkan mantra cukup keras justru menghilangkan shaktinya. Bahkan mengucapkan nama seseorang terlalu banyak merusak kemanisannya. Bahkan mengatakan “Aku mencintaimu dengan keras” jauh kurang berarti atau efektif, daripada mengatakannya melalui pikiran, atau menatap seseorang, sehingga membiarkan cinta mengalir melalui mata. Sedangkan terbaik dari keseluruhannya adalah menggunakan telepati.
Di masa lalu, guru sejati memberkati anak-anak spiritualnya menggunakan Paravani. Berkat-berkat tersebut akan langsung menuju sasaran dengan tepat, efeknya mampu bertahan seumur hidup sehingga tidak ada hal lain perlu dilakukan. Itulah kekuatan Paravani.
Belajar Mengutuk Dan memberkahi
Orang awam juga bisa belajar memberkahi ataupun mengutuk, meskipun bisa melakukan sadhana, tetapi tidak memiliki niyama (disiplin internal). Begitu memperoleh shakti, kemudian marah kepada seseorang serta berteriak kepadanya, justru membakarnya dengan lidahnya atau melakukan hal lain yang justru menghilangkan efeknya. Yang perlu dikhawatirkan adalah ketika dikutuk oleh seseorang yang melakukan sadhana dengan baik, karena mereka memasukkan sebagian shakti-nya ke dalam kutukan tersebut.
Ini berlaku juga untuk berkat. Coba Anda berpikir seperti ini: Bila meminta uang dari seorang pengemis, tentunya Anda hanya memperoleh uang receh, karena hanya itu yang dia miliki. Ini seperti bentuk berkah secara verbal. Bila seorang pedagang senang terhadap Anda, ia akan menambahkan barang yang dibeli, tetapi tetap menghitung berapa banyak yang mampu diberikan. Ini seperti berkah mental.
Namun, Bila seorang raja senang dengan Anda, maka langit adalah batasnya. Karena raja sejati tahu cara memberi. Inilah alasan mengapa mereka disebut sebagai Sadhu maharaja (pertapa agung yang baik), karena tahu cara memberkati serta mengutuk. Seorang suci atau pertapa hanya mampu benar-benar memberkati atau mengutuk ketika mereka dikuasai oleh cinta atau amarah. Kemudian kekuatan shakti akan mengalir dari mereka tanpa disadarinya. Anda bisa mengetahui banyak bukti dari kutukan maupun berkah seorang suci.
Kesimpulan
Berkah dan kutukan adalah dua sisi dari kekuatan spiritual, dianggap mampu mempengaruhi kehidupan seseorang. Kekuatan mereka sangat tergantung pada cara penyampaiannya. Ucapan lisan (Vaikhari) memiliki efek paling lemah, karena kata-kata seringkali kehilangan makna, serta kekuatannya ketika diucapkan. Berkah atau kutukan yang disampaikan secara mental (Madhyama) lebih kuat, karena melibatkan energi pikiran lebih terfokus. Namun, paling kuat adalah berkah atau kutukan disampaikan melalui telepati (Paravani), karena langsung menuju sasaran dengan presisi, sedangkan efeknya dapat bertahan seumur hidup.
Orang awam pun bisa belajar memberkati atau mengutuk, tetapi tanpa disiplin internal (niyama) juga pengendalian shakti, efeknya menjadi terbatas. Seorang suci atau pertapa sejati, mampu memberkati atau mengutuk dengan kekuatan penuh, ketika mereka dikuasai oleh cinta, atau amarah, karena shakti mengalir secara alami dari dalam diri mereka.
Kisah-kisah spiritual sering menceritakan bagaimana berkah, juga kutukan dari seorang suci, mampu mengubah hidup seseorang secara dramatis. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kekuatan spiritual sejati terletak pada disiplin internal serta kemampuan mengalirkan shakti. Dengan memahami ini, kita bisa menghargai betapa berharganya berkah, juga betapa berbahayanya kutukan dalam kehidupan spiritual kita.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"