Keberuntungan: Rahasia Dibalik Rezeki Tanpa Beban

Keberuntungan: Rahasia Dibalik Rezeki Tanpa Beban

Keberuntungan hanyalah masalah karma. Dengan berbagi keuntungan dengan orang baik, Anda menciptakan 'mitra karma' yang meringankan beban Anda, menjaga keseimbangan hidup tanpa menambah hutang karma.


Dalam perjalanan hidup, karma memainkan peran signifikan dalam menentukan keberuntungan, juga rezeki. Banyak orang tidak menyadari bahwa tindakan kecil sekalipun, mampu menciptakan efek domino, membentuk kehidupan di masa depan. Tulisan kali ini hadir untuk menggugah kesadaran Anda, tentang bagaimana mengelola karma melalui aspek kehidupan sehari-hari, termasuk cara memperoleh kekayaan, tanpa menambah beban karma. 


Diperkaya wawasan astrologi Weda, juga nilai spiritual, tulisan ini akan membantu Anda, memahami hubungan antara tindakan, hasil, juga keberuntungan. Mari kita jelajahi dunia karma, serta mari temukan jalan menuju kehidupan lebih seimbang, serta bermakna.

Fenomena Keberuntungan Dan Kesialan 

Akan selalu lebih baik bagi Anda untuk membagi keuntungan bersama orang-orang baik, karena ketika menyebarkan karma melalui cara menjadikan orang lain sebagai ‘mitra karma’, maka beban karma Anda sendiri akan berkurang secara signifikan. Ada teori konspirasi mengenai ketidak beruntungan individu melalui sudut pandang astrologi, seperti menurut Jyotisha atau astrologi weda, menganggap bahwa ciri-ciri bentuk tubuh yang aneh, juga kondisi gigi tidak rata, adalah sebagai indikasi gangguan oleh planet-planet jahat, penghambat aliran bebas prana (kekuatan hidup). Ketika individu tidak biasa ini mendadak muncul pada situasi kritis hidup seseorang, mereka sering kali dianggap sebagai pertanda akan adanya kejadian-kejadian negatif.


Namun, menurut spiritualitas keberuntungan hanyalah masalah karma, dimana perjudian adalah karma serius; karena mampu menghancurkan pikiran secara permanen. Bahkan, merupakan salah satu dari tiga hal yang tidak bisa ditebus dalam kehidupan ini, selain pemerkosaan, dan membunuh guru.


Akan tetapi godaan judi akan selalu ada, meskipun mungkin sekarang Anda mampu menolaknya, tetapi bagaimana bila ada makhluk halus, datang, kemudian berkata, “Untuk apa repot-repot kerja keras, bila nomor yang keluar hari ini adalah sekian, segera pasang serta nikmati hasilnya.”


Kita bisa saja mengikuti nasihatnya, serta menghasilkan banyak uang melalui cara itu tetapi bagaimana dengan karmanya? Karma mengambil uang tidak pantas diperoleh, terutama karma harus selalu menuruti kewajiban terhadap makhluk halus itu, sepanjang pertemanan bersamanya, makhluk halus tersebut akan meminta Anda melakukan sesuatu untuknya, sesuatu mungkin tidak ingin dilakukan. Tapi bagaimana Anda mampu menolaknya bila sudah berhutang kepadanya?


Kita memang bisa memperoleh uang cepat, hanya melalui bantuan informasi dunia ethereal, meskipun awalnya hanya untuk mengujinya, selanjutnya berjanji meninggalkan godaan duniawi itu secepatnya, setelah mengetahui rahasia ada apa dibaliknya.

Karma Menghasilkan Kekayaan

Ada banyak cara menghasilkan uang, tetapi hanya sedikit diantaranya bebas karma! karma seringkali sangat sulit dikenali. Kita harus bekerja, agar bisa menghasilkan uang, tetapi dari sanalah banyak pengalaman praktis mengenai akibat tak terduga dari mengalami karma, saat menghasilkan uang. 


Mereka yang sudah menikah selalu percaya, akan memperlakukan Lakshmi (dewi kekayaan) sebagai simpanan, bukan istri; serta mengatakan kepada-Nya, “Datanglah kepadaku bila Engkau berkenan, tetapi saya telah menikah bersama Saraswati (dewi ilmu pengetahuan), dengan begitu saya tidak dituduh melakukan bigami. Sehingga tidak akan terikat pada-Nya.” Tentu saja konsep tersebut hanya diketahui oleh para spiritualis, supaya menghasilkan uang dari segala arah secara mudah.


Bahkan melalui sikap seperti itu, masih sangat sulit memperoleh nafkah tanpa menciptakan sejumlah besar karma dalam prosesnya. Tahukah Anda beberapa hal seperti pengetahuan, makanan, dan wanita, secara tradisional dilarang untuk dikomersialisasikan. Ketiga hal tersebut tidak seharusnya menjadi objek perdagangan, karena mereka merupakan perwujudan sang Ibu, bagaimana bisa membayangkan Anda menjual seorang Ibu? Namun, orang-orang saat ini, tampaknya sudah tidak peduli terhadap hal tersebut. Mereka menjalankan bisnis dari ketiganya, sehingga menghasilkan karma sangat besar.


Sedangkan ini hanyalah satu dari banyak hal perlu dipertimbangkan. Bahkan di antara banyak hal diizinkan untuk dijual, masih ada variasi karma ikut terlibat. Misalnya, menjual hewan hidup lebih baik daripada menjual bangkai hewan. Karena bila Anda menjual seekor hewan kepada mereka yang suka menganiaya hewan peliharaannya, siapa akan disalahkan atas penganiayaan tersebut? Tentu saja penjualnya akan disalahkan! Hewan peliharaan itu akan mengutuk penjualnya karena penderitaannya, hari demi hari. 


Begitu juga berdagang biji-bijian, serta sayuran jauh lebih baik daripada berjualan daging. Menjual tanaman hidup lebih baik daripada menjual potongan tanaman mati, atau kayunya. Tetapi bagaimana bila Anda menjual pohon kepada seseorang penganiaya, atau menggantung diri di pohon itu? Bahkan ketika Anda menanam pohon, sebagian karma akan mengikuti Anda, bila pohon tersebut dianiaya melalui cara-cara tertentu, atau seseorang menebangnya kemudian membuat tiang gantungan darinya.”

Dibalik Kosmetik Ada Penyiksaan Hewan

Menjual buah lebih baik daripada menjual tanaman hidup, berjualan susu lebih baik daripada menjual buah, kita berasumsi bahwa anak sapi telah memperoleh susu ibunya hingga kenyang terlebih dahulu, karena tidak ada pembunuhan sama sekali. 


Namun, Anda juga bisa memperoleh masalah menjual susu, terutama Anda atau pekerja Anda memperlakukan hewan tersebut secara buruk, atau menjual hewan yang sudah tua serta kurus ke rumah pemotongan hewan, atau mengembangbiakkan hewan kemudian memisahkan anak dari induknya selama masih menyusui. Apakah induk hewan tersebut tidak memiliki perasaan? Mereka tentu punya, induk beserta anak-anaknya bisa mengutuk Anda!


Namun, seburuk apapun perdagangan hewan, karma-karma tersebut masih ringan bila dibandingkan karma yang diderita, oleh mereka yang mengorbankan jutaan hewan, untuk tujuan menguji, meningkatkan obat-obatan dan kosmetik. 


Para Rsi kuno biasa menguji obat-obatannya pada tubuh mereka sendiri, mereka tidak pernah meminta hewan, untuk menggantikannya. Sistem medis mereka, Ayurveda, telah digunakan secara aman selama ribuan tahun pada jutaan pasien, tanpa memerlukan hewan apapun dalam

eksperimennya. 


Namun, di dunia modern jutaan hewan dibantai setiap tahun, tanpa rasa terima kasih atas pengorbanan mereka, demi ilmu pengetahuan. Dimana Alexander Fleming dianugerahi gelar bangsawan, karena menemukan penisilin, begitu juga banyak ilmuwan lain, telah memperoleh Hadiah Nobel, tetapi apakah monyet laboratorium, anjing, kucing, kelinci, atau tikus, pernah menerima medali, atau patung, khusus didirikan untuk mengenangnya? 

Uang Sebagai Akar Kejahatan

Jutaan hewan telah dikorbankan setiap tahun, agar manusia bisa menggunakan obat-obatan secara aman, tetapi apa yang diperoleh dari hasil kekerasan tersebut untuk menyempurnakan obat-obatan? Hukum Karma memberitahu kita, bahwa kekerasan tidak akan menguap begitu saja, mereka harus timbul di suatu tempat. Dimana setiap sediaan obat tersebut, pasti mengandung sebagian kecil dari reaksi penyiksaan, dilakukan terhadap hewan-hewan tersebut. Sebagian dari kebencian, serta rasa sakit itu pasti ada, mereka muncul dalam bentuk efek samping mengerikan, dari kemanjuran obat tersebut. 


Lalu bagaimana dengan pertanian modern, Saat ini kita mencoba mencegah serangga, burung, dan hama lain, memakan bagian tanaman seharusnya mereka ikut peroleh. Mengapa kita harus memberi mereka bagian? Karena dengan begitu mereka juga akan ikut menikmati bagian dari karma, menggali tanah Ibu Pertiwi, menggunakan bajak untuk menghasilkan makanan. 


Ada penganut agama tertentu dilarang bertani, atau bahkan menjual susu, karena alasan tersebut. Tapi  Larangan ini telah berdampak buruk, karena banyak penganutnya, justru menjadi seorang rentenir. Alih-alih menyedot kehidupan dari bumi, seorang rentenir bisa menyedot prana dari mereka yang meminjam darinya. 


Selain itu, pikirkan sejenak tentang apa artinya meminjamkan uang dengan bunga. Uang adalah perwujudan Shakti Dewi Lakhsmi. Bila kita menganggap semua shakti sebagai ibu, mampukah kita membayangkan, menyuruh ibu ke rumah orang lain untuk bekerja di sana, kemudian menuntut penghasilan darinya? 


Mencintai uang adalah akar kejahatan, sedangkan uang itu sendiri adalah sesuatu yang sangat kotor, sebagai  perwujudan Dewi Laksmi dalam bentuk pelacurnya, diputar dari orang ke orang, dan digunakan berulang-ulang. 

Kutukan Menggunakan Uang

Mari kita pikirkan seluruh tumpukan karma, hanya pada satu lembar uang! Tahukah Anda apa yang terjadi pada Croesus, raja yang telah menciptakan uang? Dia meninggal dengan menuangkan emas cair ke tenggorokannya, ini seharusnya memberikan kita gambaran mengenai kuatnya kutukan, yang telah dilepaskannya kepada kita. 


Para Rsi tidak pernah menggunakan uang, dan kami pribadi tidak pernah menyimpannya di tubuh kecuali benar-benar tidak mampu menghindarinya. Tentu saja kita bisa meminta orang lain untuk membawanya, dan itu tidak perlu di khawatirkan.  Karena tugas kami adalah memastikan kutukan tersebut tidak memengaruhi orang yang telah membantu memegang uang kami. Bukankan, bila kita meminta seseorang menggali sumur, maka kita juga harus mengatur, agar orang tersebut mandi setelahnya. Namun, tidak semua orang memahami hal ini, mereka yang tidak melakukannya, akan terpengaruh oleh kutukan ini.

Kesimpulan

Karma adalah benang merah, menghubungkan tindakan kita dengan hasil yang diterima, baik secara langsung maupun melalui efek domino tak kasatmata. Dalam astrologi Weda, keberuntungan sering dikaitkan dengan pengelolaan karma secara baik, bukan hanya keberhasilan material. Membagi keuntungan dengan orang-orang baik, menghindari tindakan melibatkan kekerasan, dan memperlakukan kekayaan sebagai alat, bukan tujuan, adalah langkah-langkah penting untuk meringankan beban karma.

Godaan seperti judi atau memperkaya diri dengan cara tidak etis sering kali membawa dampak buruk lebih besar dari keuntungan sesaat. Bahkan tindakan sederhana seperti berdagang makanan, hewan, atau hasil bumi memiliki dimensi karmanya masing-masing. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kekayaan sejati datang dari keseimbangan antara usaha, niat baik, dan tanggung jawab karma. Dengan kesadaran ini, kita dapat hidup lebih bijaksana, damai, dan selaras dengan hukum alam semesta.


Post a Comment

0 Comments