Kisah Tragis Prithviraja: Cinta, Pengkhianatan, dan Karma.

Kisah Tragis Prithviraja: Cinta, Pengkhianatan, dan Karma.

Pengampunan adalah hiasan para pemberani. Bahkan keberanian Prithviraja tidak mampu melawan takdir karmanya. Kutukan, cinta, dan kebodohan manusia, membawa kekalahan besar, tetapi dari kehancuran itulah, keagungan sejati bisa Anda temukan.


Kisah Prithviraja adalah epik, menggambarkan keberanian, cinta, serta karma. Ini adalah cerita tentang seorang raja pemberani, mampu menghadapi pengkhianatan mertuanya, juga takdirnya sendiri. Dari pernikahannya bersama Sanyukta hingga kutukan pembawa kehancuran, perjalanan Prithviraja mencerminkan keagungan, juga kelemahannya sebagai manusia. 


Melalui konflik dengan Mohammed Ghori, epik ini menunjukkan bagaimana karma berperan melalui kehidupan kita. Setiap tindakan, baik atau buruk, meninggalkan jejaknya. Cerita ini juga membawa pembaca merenungkan pengaruh karma, keberanian sejati, serta nilai pengampunan menghadapi tantangan hidup.

Berkah Guru Di Kepala Naga Shesha

Ayah Sanyukta mengutuk Prithviraja, melalui cara mengirim pesan kepada Mohammed Ghori yang kejam dari Afghanistan, agar menyerang India serta menaklukkan Prithviraja. Bahkan juga memberi Ghori banyak rahasia pertahanan kerajaan. Ini sudah cukup buruk. Namun, Prithviraja sendiri telah memiliki seluruh keberuntungan, sehingga mudah selamat dari serangan Ghori, bila saja tidak melakukan satu kesalahan fatal.


Hal ini karena tidak lama setelah pernikahannya, guru Prithviraja, kebetulan seorang guru Tantra, datang berkunjung. Guru itu berkata kepada raja, “Saya akan mengambil paku, kemudian menancapkannya di kepala Naga Shesha. Maka Kekaisaran Hindu ini akan selalu berdiri kokoh, serta tidak akan tergoyahkan selama berabad-abad. 


Semua orang menyaksikan dengan khidmat, saat guru itu secara seremonial menancapkan paku besi ke tanah. Kemudian istri Prithviraja, yaitu Sanyukta berkata kepada suaminya, “Apa dikatakan lelaki telanjang ini kepada Anda? “Menancapkan paku di kepala Naga Shesha?” itu hanya Omong kosong! Katakan padanya, agar membuktikan bahwa paku itu telah mencapai Shesha Naga.” 


Hanya orang bodoh akan mengejek seorang guru Tantra, bahkan menantangnya untuk membuktikan kekuatannya, tetapi disini kita tidak bisa terlalu menyalahkan Sanyukta, karena ada hal lain berbicara melalui mulutnya. Sesuatu seperti kutukan ayahnya sendiri misalnya, meskipun itu hanya sebagian. Beberapa karma lain mungkin juga ikut mempengaruhi pikirannya. Apapun faktornya, Prithviraja sepenuhnya berada dibawah pengaruh istrinya sekarang, oleh karmanya sendiri. 


Guru itu berkata kepadanya, “Raja Agung, jangan dengarkan dia!” Tetapi Prithviraja bersikeras agar guru Tantra itu melakukan apa yang telah diperintahkan ratu kepadanya. Sang guru menatap sedih sejenak pada ‘anak’ bandelnya itu. Kemudian guru itu hanya mendesah, disesatkan oleh ucapan seorang wanita, membuatnya rela mencabut paku itu— terlihat meneteskan darah. 


Semua orang merasa ngeri. Prithviraja memohon kepada gurunya agar mengembalikan paku tersebut ke kepala Naga Shesha, tetapi gurunya berkata kepadanya, "Sudah terlambat sekarang; waktu baik itu telah lewat. Dulu kamu dibutakan oleh cinta kepada istrimu, tetapi sekarang kamu benar-benar akan dibutakan matamu, sehingga tidak akan mampu menghindarinya lagi.” Selanjutnya apa yang terjadi? 

Air Susu Dibalas Air Tuba

Setelah sepuluh kali Mohammed Ghori menyerbu India, maka sepuluh kali juga dikalahkan, serta ditangkap oleh Prithviraja. Namun, setiap kali dibawa ke hadapan Prithviraja, Ghori akan berkata, “Aku adalah sapimu.” Dimana seorang Kshatriya (anggota kasta prajurit) harus selalu melindungi seluruh sapi. “Aku menyerahkan diriku pada belas kasihanmu.” Setiap kali ini terjadi, Prithviraja selalu membebaskannya.


“kshamam virasya bhushanam”

(pengampunan adalah hiasan bagi para pemberani)


Prithviraja menolak balas dendam sepuluh kali. Pada kesebelas kalinya, keberuntungannya atau karma baiknya, akhirnya habis, kini gilirannya ditangkap oleh Mohammed Ghori. Ghori kemudian menunjukkan jenis belas kasih, serta rasa terima kasihnya sendiri, segera membutakan Prithviraja, sehingga memenuhi ramalan sang guru. 


Akan tetapi seberapa rendahkah itu bisa diperbuat oleh seseorang! Hanya orang barbar fanatik, berani menyentuh seseorang yang telah memaafkan, bahkan melindunginya tidak hanya sekali, tetapi sepuluh kali sebelumnya. Itulah Ghori, seorang barbar busuk serta tidak tahu malu, manusia tidak berguna. 


Ia membawa Prithviraja kembali bersamanya ke Afghanistan, sebagai bagian hiburan untuk rakyatnya. Setelah dipertontonkan selama beberapa waktu, Ghori membawa Prithviraja di istananya, bersama Chanda Barot. Sekarang Prithviraja memiliki banyak waktu merenungkan kata-kata gurunya, menyadari seluruh kebodohannya. Setelah dipenuhi tekad mengerikan, kemudian memutuskan bahwa orang biadab seperti Ghori tidak boleh terus hidup. Ia dan Chanda menyusun sebuah rencana.


Keesokan harinya Prithviraja menantang Ghori: “Bila engkau menganggap dirimu seorang penakluk hebat, tetapi kau hanyalah seorang pengacau. Sebaliknya, aku adalah seorang pejuang sejati. Bahkan tanpa mata, aku masih bisa mengenai sasaran dengan anak panah, hanya melalui bimbingan Chanda Barot. Kau tidak akan bisa melakukan hal seperti itu bahkan dalam mimpimu.” Hal tersebut tentu menyakiti perasaan Ghori, jadi dia memutuskan untuk memaksa Prithviraja memenuhi bualannya. 

Kematian Binatang Buas

Mohammed Ghori kemudian mengundang seluruh penduduk kotanya, untuk menonton Prithviraja mempermalukan dirinya sendiri. Saat Prithviraja berdiri menghadap sasaran, Chanda memberinya arahan bukan untuk sasaran, melainkan sang penakluk, yang duduk di dekatnya di atas singgasana mengamati jalannya pertandingan. Chanda sebagai seorang penyair, sehingga arahnya keluar berbentuk syair:

“Char bhanj, chaubis gaz, angula ashta praman, Vahan pe baitho sultan he, mat chuke Chauhan”

(Empat bhanj, dua puluh empat gaz, delapan angula jauhnya, Di sana duduk Sultan, Chauhan, jangan berani-berani meleset sekarang)

Instruksi tersebut sangat akurat, sehingga anak panah Prithviraja melesat langsung ke dada Ghori, menembus jantungnya, membuatnya terbunuh. Kemudian, untuk mencegah ditangkap serta  disiksa kembali, Prithviraja bersama Chanda dengan cepat saling menikam hingga mati.


Ghori adalah seekor binatang buas, sedangkan Prithviraja adalah seorang pahlawan. Prithviraja, meskipun tidak sukses menjadi seorang kaisar, akhirnya diberi ganjaran atas penderitaannya, kemudian dilahirkan kembali sebagai Akbar, dalam wujud Akbar, dirinya memerintah sebagai kaisar paling mulia. Sedangkan Chanda dilahirkan kembali sebagai Birbal, orang kepercayaan terdekat Akbar, juga pencetus sebagian besar kebijakannya. 


Lihatlah bagaimana karma bekerja! Prithviraja adalah seorang Kshatriya sedangkan Chanda adalah seorang penyair kasta rendah. Akbar, meskipun Kaisar India, tapi bukanlah seorang Hindu, dimana Birbal dilahirkan sebagai seorang Brahmana (kasta pendeta). Banyak sifat kepribadian Akbar, merupakan sisa-sisa kehidupannya sebagai Prithviraja. Bahkan ketika ia memiliki kesempatan membunuh Hemu secara pribadi, ia menolak untuk tenggelam ke tingkat pemangsaan Ghori.


Meskipun akhirnya Hemu tetap di eksekusi, karena pada masa itu bila membiarkan saingan Anda bertahan hidup, maka ada kemungkinan besar pada suatu pagi yang cerah, akan menemukan belati di antara tulang belikat Anda. Setidaknya Akbar mengeksekusi Hemu dengan cepat tanpa penyiksaan. 


Meskipun itu sama sekali tidak menyelamatkan Akbar dari karma kematian Hemu, tetapi itu tetap merupakan bentuk belas kasihan. Itu sebenarnya bentuk belas kasihan tepat, dalam situasi tersebut. Penyiksaan selalu hadir di mana-mana pada masa itu. Dimana putra Akbar sendiri, senang melihat tahanannya dihukum melalui cara dikuliti hidup-hidup. Bagi Akbar, mampu hidup dalam lingkungan intrik, juga pembunuhan, tempat ia dilahirkan, namun tetap tidak menjadi tiran haus darah, sudah menunjukkan kemuliaan luar biasa.

Akbar Dan Agama Tuhan

Tentu saja, Akbar mustahil mempelajari kemuliaan semacam tersebut hanya dalam satu masa hidupnya sebagai Prithviraja. Karena harus dipupuk dalam dirinya selama pengulangan kehidupan, atau inkarnasi. Tetapi Akbar memang mewarisi banyak sifat karakter utamanya melalui Prithviraja. 


Karena Prithvirajaa beragama Hindu, dimana penasihat utama Akbar adalah penganut Hindu, begitu juga Jodha Bai, istri kesayangannya, juga penganut Hindu. Meskipun Akbar sangat mencintainya, tetapi karena Prithviraja telah dibutakan serta disesatkan oleh Sanyukta, Akbar tidak pernah membiarkan dirinya dipengaruhi oleh nasihat istrinya saja. Oleh karena seorang Muslim telah mengkhianati, juga membutakannya, ia selalu waspada terhadap sesama Muslim. 


Sebagian besar kepala suku Rajput menyadari hal ini, mereka bekerja sama dengan Akbar membangun kekaisaran. Man Singh dari Jaipur, yang merupakan panglima tertinggi Akbar, adalah seorang Kshatriya, dan saudara perempuan Man Singh, Jodha Bai, menjadi permaisuri Akbar, adalah ibu dari putranya Salim, kemudian menggantikan Akbar sebagai Kaisar Jehangir. 


Meskipun Akbar seorang Muslim, beliau mengenakan benang suci Weda, menyembah matahari, serta mengakhiri pembantaian sapi di seluruh kekaisarannya. Dimana pemerintah India sendiri tidak mampu menghentikan pembantaian sapi, tetapi Kaisar Muslim Akbar mampu! Apa pendapat Anda mengenai hal tersebut. Kami hanya bisa mengatakan, bahwa itu menunjukkan belas kasihan cukup besar terhadap sapi.


Tetapi lebih luar biasa lagi bahwa Akbar, bahkan mendirikan agamanya sendiri, disebut Din-e-ilahi (agama Tuhan). Agamanya sendiri—mampukah Orang Muslim lain berani mencobanya? Hal ini karena sebagian besar Muslim berpikir, bahwa Islam adalah satu-satunya agama benar, sedangkan penyimpangan Muslim dari jalan tersebut meskipun hanya sedikit, seperti Mansur dan Shams-i Tabrizi, telah dibantai. Di sini ada seorang Muslim berkata, “Tidak, yang kami butuhkan adalah agama Tuhan!”

Membentuk Diri Bersama Tuhan

Bahkan Akbar sendiri, memiliki pengalaman mistis mendalam selama masa mudanya. Mungkin itu ada hubungannya dengan minatnya pada agama. Akbar ingin Din-e-ilahi menjadi sintesis semua agama, seperti halnya Kekaisarannya merupakan federasi seluruh negara bagian India. Beliau ingin membuat semua orang menyadari, bahwa setiap orang menyembah Tuhan yang sama, dimana setiap orang berusaha untuk meraih Tuhannya dengan kecepatannya sendiri. Inilah yang juga kami sampaikan: setiap orang harus mengukir ceruknya sendiri. 


Akbar ingin menghentikan seluruh pengorbanan hewan, termasuk ritual tak berarti lainnya. Beliau ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa jalan menuju Tuhan mengarah ke dalam, bukan ke luar melalui ritual berulang-ulang. Sikap ini menyebabkan banyak pendeta dari semua agama membencinya, tetapi ia adalah Kaisar mereka, jadi tidak ada mereka bisa lakukan terhadap hal itu. Mereka bahkan tidak berani menjulurkan lidah, karena lidah akan dicabut dari tenggorokan oleh algojo Akbar, Mian Kamruddin. Akbar sangat ketat tentang kesopanan, dan disiplin.


Akbar ditakdirkan oleh Alam menjadi Kaisar. Ia mampu menguasai seluruh India karena memang sudah takdirnya untuk melakukannya. Bila orang Inggris dan Jerman percaya pada memecah belah dan menaklukkan, kami pikir Akbar lebih hebat. Beliau percaya pada menyatukan dan memerintah; bahkan mempraktikkan apapun yang telah ia ajarkan. Saat itu, Rana Pratap Singh dari Udaipur dianggap sebagai pahlawan besar, karena hanya beliau adalah satu-satunya raja Rajput menentang Akbar. 


Para fanatik Hindu mengatakan, bahwa hal ini menunjukkan kesediaannya untuk menentang tirani. Namun, apa hasil akhir tindakannya? Ribuan wanita Rajput melakukan bunuh diri massal, dengan cara membakar diri setelah suami mereka tewas di medan perang, dan hanya itu saja. Ketika Akbar meminta Rana Pratap memasuki federasi dengan damai, ia lantang berkata, 'Tidak, tidak akan pernah!' dengan sangat berani. Apakah begitu cara bersikap terhadap seseorang jauh lebih kuat dari Anda? Seorang Kshatriya sejati selalu memikirkan rakyat, istri, serta bersimpati kepada mereka sebelum memulai perang yang sia-sia. 

Kesabaran, Serta Selaras Alam

Dalam sejarah Mughal mengatakan, bahwa Akbar adalah salah satu penguasa terhebat pernah ada. Negaranya benar-benar sekuler. Meskipun dia seorang Afghanistan yang buta huruf, tetapi beliau sangat melindungi seni, serta sains, juga mengumpulkan semua tokoh musik, puisi, dan administrasi ke dalam istananya. Ia membangun Fatehpur Sikri sepenuhnya dari awal sebagai ibu kotanya, bahkan hingga hari ini pembaca mampu melihat, betapa arsitekturnya tak tertandingi, juga menakjubkan. 


Pemerintahan Akbar benar-benar merupakan puncak dari seluruh zaman. Meskipun ada kerajaan lain di dunia pada saat itu, tetapi tidak ada yang mampu menandingi kemegahan, kekuatan, juga kemuliaan dimilikinya. Akbar sangatlah unik baik dulu hingga sekarang, satu-satunya yang pernah ada. Tidak seorangpun penerusnya mampu menyamainya, bahkan setelahnya, kemunduran dari kemerdekaan India semakin drastis.


Meskipun India kembali merdeka, mereka mengalami kemunduran begitu dalam, sehingga kebijaksanaan dunia telah menjadi:


“kshamam virasya dushanam”


bukan bhushanam (hiasan) tetapi dushanam (kesalahan), artinya, Kesabaran adalah noda pemberani.


Mengapa begitu? karena sekarang anak-anak diajarkan, “Lakukan kepada orang lain sebelum mereka melakukan kepadamu”, mereka diberi tahu bahwa hanya orang bodoh, tidak akan membalas tamparan dengan cepat. 


Setelah Anda merasa dikalahkan oleh seseorang, maka akan cenderung memiliki pikiran untuk membalas, bagaimanapun caranya, membuatnya cacat atau terbunuh dalam sekejap dengan hanya membayar beberapa juta kepada seorang penjahat, atau dengan menunjukkan air mata buaya kepada netizen di sosial media, agar kejadian tersebut viral, serta mereka menjadi iba.


Tetapi itu hanya akan membuat Anda berhutang budi kepada mereka, ini justru sangat merugikan Anda di kemudian hari. Anda akan merasa lebih baik bila bersabar, membiarkan Alam berurusan dengan mereka,  sehingga aku tidak perlu mengotori tangan Anda. 


Kami telah mencoba menjalani hidup dengan cara bekerja sama dengan Alam sejak awal, ini merupakan jalan paling mudah. ​​Ketika melihat situasi ini dalam jangka panjang, kami ingat ke mana akan menuju, juga berpikir bagaimana pembalasan hanya membuat kami menyimpang dari jalan tersebut. 


Sungguh disayangkan bila sebuah kapal menyeberangi lautan penuh badai, namun kemudian tenggelam di dekat pantai. Jadi, yang harus Anda dan kami lakukan hanyalah bersabar. Mungkin menurut Anda ini hanyalah semacam lelucon? Terapi hal tersulit di dunia adalah menunggu waktu yang tepat.

Kesimpulan
Kisah Prithviraja adalah pelajaran mendalam mengenai karma, keberanian, serta konsekuensi tindakan manusia. Keputusan yang diambil oleh raja muda ini—baik itu pengampunan berulang kali kepada musuhnya, atau ketergantungan pada kekeliruan nasihat istrinya—mengilustrasikan bagaimana takdir bekerja melalui pilihan-pilihan kita. 

Kutukan ayah Sanyukta, serta tindakan gegabah Prithviraja telah membuka jalan bagi kebangkitan Mohammed Ghori, dimana akhirnya menghancurkan sang raja. Akan tetapi, kekalahan tersebut bukanlah akhir. Karma ditanamkan dalam hidupnya, telah membentuk dasar reinkarnasinya sebagai Akbar, penguasa adil serta toleran. 

Melalui cerita tersebut, kita belajar bahwa kekalahan, serta penderitaan tidaklah sia-sia. Mereka adalah bagian dari perjalanan karma lebih besar, memupuk kebijaksanaan, juga kedewasaan spiritual mempengaruhi kehidupan berikutnya. Kisah ini juga mengingatkan kita pentingnya pengampunan, kewaspadaan, serta kepercayaan pada alam semesta.

Post a Comment

0 Comments