Bumi memberi tanpa pamrih, namun manusia sering lupa menghormatinya. Setiap zat direnggut dari alam menyimpan kisah karma mendalam. Mari bersikap bijak, menghormati Ibu Pertiwi, untuk masa depan lebih seimbang
Emas, logam mulia sering dianggap lambang kekayaan, sebenarnya memiliki kisah mendalam agar kita renungkan. Dari rahim Bumi hingga tangan manusia, emas beserta mineral lainnya menyimpan pesan penting mengenai hubungan manusia bersama Ibu Pertiwi. Tulisan kali ini mengajak Anda merenungkan, bagaimana alam memberi kita segalanya tanpa pamrih, namun seringkali kita lupa membalasnya dengan cinta, dan hormat.
Melalui hukum karma, sebagai keadilan universal, kita diingatkan bahwa setiap tindakan manusia terhadap Bumi memiliki konsekuensi. Mari bersama-sama memahami makna mendalam di balik perjalanan mineral, profesi, juga peran manusia di alam semesta ini.
Mineral Bumi Beserta Karmanya
Apakah Anda mengetahui kisah emas si logam mulia? Emas menceritakan kisahnya, “Aku sedang beristirahat dengan tenang di rahim ibuku, yaitu Bumi, ketika manusia muncul, menggali ke dalam rahimnya, serta menyeretku keluar dari rumahku. Kemudian menyiksaku dengan membakar, melelehkan, kemudian membentukku, menjadi bentuk-bentuk baru. Namun, aku telah mengubah pikiran mereka, sehingga tidak membiarkanku untuk bekerja di luar, sebaliknya, para manusia menyembunyikanku di ruang bawah tanah yang gelap, serta dingin, sangat mirip dengan rahim ibuku. Aku telah mengutuk mereka karena menyiksaku, sekarang mereka bisa saling menyiksa karena memiliki aku.”
Begitulah, setiap zat yang diambil dari Bumi, memiliki kisahnya tersendiri untuk diceritakan. Besi ditambang, menjadi senjata saat manusia memegangnya. Begitu juga seperti kulit bumi yang ditusuk di tambang terbuka untuk memperoleh bijih besinya, besi dan baja akhirnya digunakan untuk menusuk kulit manusia, dalam wujud bayonet, pecahan peluru, silet, pisau, jarum, serta parang.
Begitu pula batu bara punya kisahnya sendiri untuk diceritakan, bahkan minyak Bumi. Minyak Bumi adalah darah bumi, dengan memompa minyak bumi, kita telah menghisap darahnya. Bukankah Bumi juga punya hak menghisap darah kita sebagai balasannya? Bumi punya hak, melalui ilmu kedokteran modern, setiap jarum suntik yang digunakan mengambil darah manusia, membantu membayar hutang ini. Terutama bila jarum suntik itu plastik, plastik terbuat dari minyak.
Surga Dibawah Telapak Kaki
Bagaimana manusia bisa malu memberikan rasa hormat, serta cinta tulusnya untuk Ibunya, yaitu Ibu Pertiwi kita? Kita menumpahkan air seni, tinja, juga limbah beracun ke tubuh-Nya. Kita menginjak-injak, serta meludahi-Nya, namun beliau tidak pernah keberatan. Kita mencabik-cabik kulit-Nya, mengambil harta karun seperti emas, perak, dan batu-batu mulia dari-Nya. Beliau juga memberikannya secara cuma-cuma.
Meskipun kita memompa darah kehidupan-Nya sendiri, melalui kedalaman tubuh-Nya, beliau tetap mendukung kita. Ketika meninggal, beliau menyambut kita ke pangkuan-Nya. Hanya Ibu memiliki kemurahan hati seperti itu, namun orang-orang tidak menyadari bahwa surga dibawah telapak kakinya sendiri adalah ibu pertiwi, tetapi mereka yang pikirannya tidak halus hanya memahaminya secara harfiah.
Tetapi bahkan ibu pertiwi, juga tidak mampu menyelamatkan kita dari Hukum Karma, karena beliau memandang seluruh anak-anak-Nya—setiap mineral, tumbuhan, dan hewan—setara! Apa yang kita lakukan kepada anak-anak-Nya, harus dibayar!
Ada orang bijak berkata,” ketika Anda tidak meminta, akan mendapatkan susu; ketika meminta, akan mendapatkan air; ketika mengambil, akan mendapatkan darah. Maksudnya adalah bila Anda tidak menuntut sesuatu dari Alam, Dia akan memberikannya atas kemauan-Nya sendiri, seperti ibu memberikan susu kepada bayinya karena kegembiraan meluap-luap. Bila Anda meminta, Alam akan memberikan apapun yang diminta. Karena Anda tidak mampu mengetahui apa yang terbaik untuk diri sendiri, maka lebih baik tidak bertanya, tetapi bila meminta sesuatu, maka air adalah hal yang akan Anda terima. Meskipun air tidak begitu lezat dan bergizi seperti susu, air akan membuat Anda tetap hidup, setidaknya untuk sementara.
Jika Anda merampas, hanya akan memperoleh darah. Pencurian selalu merupakan karma, sama seperti pencurian nyawa hewan untuk menikmati dagingnya adalah karma. Menurut Hukum Karma, balasan untuk darah adalah darah. Darah juga sulit dicerna dan dapat menyebabkan Anda sakit jika Anda tidak terbiasa meminumnya. Susu adalah minuman nikmat dan manis; air murni menyegarkan, tetapi darah hanya terasa enak bagi vampir. Jadi jangan pernah mengambil apa pun; selalu tetaplah dalam pangkuan Ibu, dan biarkan Dia memberi Anda makan dari susu-Nya yang melimpah.
Karma Dan Profesi
Sedangkan karma dari profesi mana yang lebih baik? Kami bisa mengatakan tidak akan pernah ingin menghasilkan uang dari hukum. Uang itu ternoda oleh karma jahat apapun yang telah dilakukan oleh klien Anda, sehingga membuatnya berada dalam kondisi menyedihkan, lalu membawanya kepada Anda. Kemudian karma-karma tersebut akan berlipat ganda dengan segala kebohongan, harus Anda katakan bila ingin memenangkan kasus tersebut.
Mengenai kedokteran, itu lebih baik daripada hukum, karena Anda tidak perlu berbohong sepanjang waktu. Tetapi Ramakrishna Paramahamsa sendiri mengatakan bahwa uang seorang dokter adalah darah dan nanah. Ketika menerima uang dari mengobati seseorang, Anda masih harus berbagi karma pasien tersebut, bahkan bisa menciptakan beberapa karma baru lagi.
Anda bisa juga mengambil seluruh karma pasien, lalu menyelesaikannya, dengan begitu dia akan segera sembuh. Sedangkan apapun yang Anda lakukan itu, sebenarnya hanya membantu Alam. Apa yang begitu mengesankan dalam hal tersebut? Bila seseorang layak dibayar ketika pasien tersebut sembuh, itu adalah Tuhan, karena Tuhanlah yang melakukan segalanya. Tentu saja, kegiatan bermanfaat apa di alam semesta yang tidak dilakukan Tuhan?
Memang benar bahwa seorang dokter yang merawat pasien tanpa meminta bayaran, akan membantu membersihkan karmanya. Seluruh dokter di dunia, mereka memiliki karma serta ikatan hutang karmanya sendiri, bila beruntung, mereka memiliki seseorang bertanggung jawab atas dirinya. Bila tidak, itu bisa menjadi nasib mereka.
Tetapi bila mereka pintar, bisa mencoba mengubah takdirnya. Mereka bisa berlatih secara gratis, atau hanya melalui sumbangan. Bila kondisi ekonomi memaksa untuk mengenakan biaya, mereka bisa dengan tulus mempersembahkan, sebagian dari apa yang mereka peroleh kepada Tuhan, sehingga Tuhan akan mengambil sebagian karma mereka. Begitu pula pendeta, bila dokter menyewa pendeta melakukan ibadah, untuk mempersembahkan sebagian dari apa yang mereka peroleh kepada Tuhan, juga akan membantu pendeta tersebut membersihkan karmanya sampai batas tertentu.
Menjual Pengetahuan Spiritual
Banyak pendeta menjalankan profesinya bukan karena benar-benar mencintai Tuhan, tetapi karena mereka hanya ingin menghasilkan uang. Semua agama di dunia telah hancur oleh para pendeta serakah, merampok umatnya yang mudah ditipu, tetapi kami juga yakin bahwa sebagian besar pendeta tersebut, tidak akan pernah merampok umatnya, jika mereka benar-benar memahami Hukum Karma.
Menjual ajaran spiritual adalah karma mengerikan. Meskipun awalnya Anda mungkin berharap terbebas dari sebagian besar karma lainnya, tetapi tidak bisa terbebas dari efek buruk mengumpulkan uang dari masyarakat sebagai syarat, memberikan nasihat spiritual. Kami sendiri bertanya-tanya berapa banyak dari para guru palsu kita, menyadari hal ini.
Salah satu penjarahan yang dilakukan oleh para pendeta, terjadi di sekitar kematian sudah tidak perlu diragukan lagi adalah terburuk. Ketika seseorang meninggal, para pendeta melakukan ritual dan berdoa. Setelah mengumpulkan banyak uang dari keluarga almarhum, mereka mengumumkan bahwa jiwa almarhum telah mencapai surga. Tetapi bagaimana mereka tahu itu?
Apakah begitu mudah untuk mencapai surga? Agar bisa masuk surga, Anda harus merencanakan terlebih dahulu untuk pergi ke sana saat meninggal, karena pikirkan saat meninggallah yang menentukan tujuan Anda akan pergi setelah meninggal, atau ante mati sa gatih.
Setelah meninggal, orang cenderung mencoba mengisolasi dirinya dari realitas barunya. Mereka mencoba tetap diam dimanapun mereka berada, kemudian meyakinkan dirinya sendiri, seperti dilakukan manusia hidup pada umumnya, bahwa mereka sangat bahagia di sana. Dimana individu harus memiliki keinginan berubah, sebelum perubahan tersebut bisa terjadi.
Tetapi tidak ada pendeta saat ini memiliki firasat mengenai apa yang akan terjadi setelah kematian, jadi apa gunanya jaminan mereka? Satu-satunya alasan mereka meyakinkan keluarga adalah, karena mereka ingin dibayar, serta diberi makan dengan baik. Tapi sayangnya bagi mereka, makanan serta uang yang mereka peroleh dari ritual kematian, terkontaminasi oleh keinginan duniawi orang yang meninggal.
Pendeta saat ini tidak diajarkan cara mencerna makanan, juga uang tersebut, ini berarti bahwa keinginan tersebut akan mencemari mereka dengan membuatnya lebih keduniawian. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan mereka menikmatinya dengan berbagai cara. Bukankah ini semacam surga? Pada saat mereka meninggal, mereka baru menyadari telah menghabiskan seluruh karma baiknya, sehingga tidak memberi mereka pilihan lain, selain pergi ke neraka, untuk menanggung akibat karma buruk mereka. Bukankah itu sudah cukup mengerikan?
Kesimpulan
Emas, besi, minyak, dan sumber daya lainnya adalah anugerah Ibu Pertiwi tak ternilai. Namun, dalam perburuan kekayaan, manusia sering melupakan kewajibannya merawat Bumi, yang telah memberinya segalanya. Melalui hukum karma, alam mengajarkan bahwa setiap tindakan membawa konsekuensi, termasuk eksploitasi tanpa henti.
Kita telah menyaksikan bagaimana keserakahan melahirkan penderitaan, baik pada manusia maupun lingkungan. Pesan ini mengingatkan kita untuk kembali kepada inti kemanusiaan—hidup harmonis dengan alam, tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan, dan membalas kemurahan Bumi dengan rasa hormat.
Profesi, ibadah, bahkan hidup sehari-hari, semuanya harus dijalani dengan kesadaran, bahwa kita adalah bagian dari siklus besar alam semesta. Dengan menghormati Ibu Pertiwi, kita tidak hanya menyelamatkan planet ini, tetapi juga jiwa kita sendiri. Jadilah pelindung, bukan perusak, agar warisan kita tidak ternoda oleh karma buruk.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"