Mencerna Berkah: Keakuratan Ramalan Mengungkap Takdir.

Karma yang terkonsentrasi sulit dihindari, seperti ramalan pembunuhan oleh guru matematika. Meskipun berkah seperti kripa dan kalyana mampu meringankan karma seseorang, tetapi apakah mampu mencernanya. Melalui pemahaman karma, ramalan, serta kekuatan berkah, membantu kita menghadapi takdir secara bijaksana juga keikhlasan.

Karma, ramalan, dan kekuatan berkah, adalah konsep saling terkait ketika memahami takdir, juga kehendak bebas. Ramalan pembunuhan oleh seorang guru matematika telah menunjukkan, betapa karma yang terkonsentrasi sulit dihindari. Bahkan, berkah seperti kripa dan kalyana meskipun bisa meringankan beban karma, asalkan penerima mampu mencernanya. 


Tulisan kali ini, akan mengeksplorasi bagaimana karma bekerja, bagaimana peran ramalan dalam kehidupan, serta kekuatan sebuah berkah mampu mengubah takdir. Melalui pemahaman konsep-konsep tersebut, kita bisa menghadapi kehidupan secara bijaksana juga penuh keikhlasan.

Kekuatan Sebuah Ramalan 

Ketika karma menjadi sangat terkonsentrasi di area tertentu di kehidupan ini, maka tidak ada upaya memungkinkan bagi individu, mampu melarikan diri dari tatapan Saturnus melalui cara menipu nasib sendiri. Sekarang perhatikan kisah ini. Ada seorang guru matematika, beliau juga seorang ahli telapak tangan amatir, mempelajari sebagian ilmu telapak tangannya dari guru yang sama dengan kami. Bila merasa tenggelam pada suatu masalah, guru tersebut akan keluar, di tengah hujan badai tanpa penutup apa pun, kemudian akan menatap hujan deras itu, tanpa mampu mengenali apa masalahnya.


Suatu hari beliau datang menemui kami dengan penuh semangat, hingga hampir tidak mampu berbicara. Kami menunggunya dengan sabar sampai bisa menenangkan dirinya, akhirnya ia berkata: “Saya telah melihat telapak tangan sangat tidak biasa, sehingga Anda harus turut serta melihatnya, untuk mengoreksi saya, apakah telah menafsirkannya secara benar? 


Kemudian beliau membawa kami kepada orang, dimana telapak tangannya telah ia baca, ketika melihat telapak tangan itu lagi, guru tersebut tiba-tiba berkata kepada orang itu, “Anda akan membunuh seseorang dalam waktu empat hari. Sebaiknya tinggal di rumahku, sampai saya bisa memastikan Anda tidak melakukannya.


Tentu saja tidak seorang pun disana mempercayai ramalan ini kecuali kami, karena memang telah melihat pembunuhan tertulis di telapak tangannya. Bahkan sahabat calon pembunuh, yang duduk bersebelahan dengannya menegaskan, “Saya sudah mengenalnya selama bertahun-tahun, sehingga bisa memastikan bahwa ia tidak akan pernah bisa membunuh siapa pun.”


Sang guru kemudian meminta tangan temannya itu, menatap telapak tangannya sebentar kemudian terkesiap, "Astaga, ternyata kamu akan menjadi korbannya! Sebaiknya segera keluar dari kota ini!" Namun sekali lagi, tidak seorang pun mendengarkan. Mereka semua mungkin mengira guru tersebut sudah gila. Tetapi kami tidak, karena juga telah melihat telapak tangan korban, juga melihat di dalamnya hal yang sama, seperti dilihat oleh sang guru.


Sang guru kemudian pergi menemui istri calon korban untuk merayunya, tetapi dia juga mengabaikannya. Tiga hari setelah ramalan itu diucapkan, korban membawa sejumlah besar uang kepada calon pembunuh, kemudian segera membunuh temannya tersebut demi kebaikannya. Ketika sang guru mendengar hal ini, dia mendatangi kami kemudian menangis. Sungguh menyedihkan. Dia terisak-isak, "Aku berusaha mencoba mencegahnya tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa."


Namun yang menjadi pertanyaan, apakah seluruh detail ramalan ini muncul di telapak tangan? Tentu saja tidak, garis besarnya memang sudah ada di sana, tetapi detailnya harus datang dari tempat lain, yaitu berasal dari intuisi peramal telapak tangan itu sendiri. Bagaimanapun juga, ilmu ramal telapak tangan adalah bentuk astrologi, seperti bentuk astrologi apa pun, keakuratannya bisa mencapai 85%, dari waktu hanya berdasarkan perhitungan. Sedangkan 15% lainnya, harus menggunakan intuisi peramalnya. 


Guru matematika itu merupakan seorang peramal telapak tangan yang baik; beliau memiliki kemampuan sehingga bisa menggunakan intuisinya, dimana intuisinya tidak menyesatkannya. Terlepas semua peringatan serta permohonan, pembunuhan itu bisa saja tetap terjadi persis seperti diramalkan.  Sedangkan faktanya kebanyakan peramal yang kami temui, hanya menggunakan 85% intuisi menyesatkan, 15% garis besar kacau.

Kemampuan Mencerna Berkah

Namun, tidak bisakah ramalan tersebut dihindari secara paksa? Mungkin saja, bila ada seseorang menggunakan cukup kekuatan atau shaktinya. Ketika mampu memberkati seseorang, maka Anda telah meringankan beban berat karma buruk mereka. Kita bisa memberkati korban melalui umur panjang. 


Namun, harus menemukan seseorang memiliki cukup shakti agar mampu memberikan berkat semacam itu, serta memiliki keinginan memberikannya. Bahkan bila kita telah menemukan seseorang, dengan kemampuan seperti itu, lalu apa jaminan bahwa calon korban, akan mampu mencerna berkat tersebut?


Berikut adalah contoh dari apa yang kami maksud. Guru Sevadasa adalah seorang pertapa sangat sakti, tetapi beliau begitu berat sehingga tidak bisa mampu mencuci pantatnya sendiri setelah buang air besar. Namun, memiliki seorang murid bernama Chunila, dengan tulus melakukan pencucian ini untuknya. Ketika tiba waktunya bagi Sevadasa akan meninggal, dia segera memanggil Chunila agar duduk di sampingnya, memberinya sebuah batu, lalu berkata kepadanya, “Berikan dupa ke batu ini setiap hari, sehingga kamu akan selalu memiliki cukup uang untuk hidup.”


Chunila berkata kepada gurunya, “Tidak, Guruku, saya butuh lebih banyak.” Sevadasa berkata, “Tetapi, bukan takdirmu untuk memiliki lebih banyak uang.” Namun Chunila bersikeras, menyebabkan Sevadasa merenungkannya, bagaimanapun juga Chunila telah melakukan pekerjaan sangat kotor untuknya selama ini. 


Jadi Sevadasa kemudian menggunakan kekuatan yoganya, untuk menciptakan uang sejumlah seratus juta rupiah tunai, kemudian diberikannya kepada Chunila. Chunilal berpamitan kepada Sevadasa, tetapi belum sampai menempuh perjalanan beberapa mil menuju kota, ketika uang tersebut dirampok darinya. Kemudian dia kembali ke Sevadasa lagi, lalu mau tidak mau harus menerima kembali batu, yang pertama kali ditawarkan kepadanya.


Kami sendiri, pernah bertanya kepada guru ketika sedang memperoleh wejangan, “Apakah guru akan memberikan pengetahuan seperti cara Sevadasa memberikan uang?” Beliau menjawabnya tegas, “Hanya ada dua cara memperoleh pengetahuan dari seorang guru, pertama adalah melalui Rina Bandhana. Bila guru berhutang pengetahuan dari kelahiran sebelumnya, dan kamu adalah yang berhak menerimanya, maka guru harus membayarnya kembali. Cara lainnya adalah seperti Arjuna memperoleh pengetahuan Bhagavad Gita dari Sri Krishna, disebut mat prasadat, atau anugerah Tuhan, sehingga tidak ada cara ketiga.”

Perbedaan Berkah Kripa Dan Kalyana

Anda akan sangat mudah melangkahi saluran sungai yang lebar, hal tersebut akan menjadi mudah ketika memiliki kripa atau anugerah guru, bahkan juga mampu melangkahi samsara, dari fisik menuju spiritual tanpa kesulitan apa pun. 


Bila Anda tidak memiliki kripa, kemungkinan akan terpeleset,  tersandung atau bahkan mematahkan kaki sendiri. Ketika seorang guru memberikan kripa kepada seorang murid, itu adalah sebuah proses spontan; dimana guru itu sendiri bahkan tidak tahu bagaimana cara melakukannya. 


Ketika mengetahui bahwa Arjuna tidak mampu memahami apa yang sedang coba beliau jelaskan, Sri Krishna berkata, “Divyam dadami te chaksuh”  artinya Aku memberimu mata dewa. Itu adalah kripa, curahan spontan hati. 


Efek kripa adalah, membuat pikiran muridnya menjadi benar-benar teguh. Dimana sebelum berkah kripa, pikiran sang murid akan selalu bergerak dari satu objek ke objek lain, tetapi setelah kripa, pikiran tersebut akan menjadi benar-benar terpusat. Kripa hanya bisa digunakan untuk tujuan spiritual, sehingga tidak bisa diucapkan. Siapa pun yang mengatakan bahwa kripa bisa diucapkan, atau diberikan secara sukarela, adalah guru palsu. 


Hal yang sama berlaku terhadap Kalyana, dimana sebagian besar bersifat duniawi, dengan sedikit spiritual. Kalyana mampu meningkatkan kehidupan material seseorang atau membuat seseorang kaya, tetapi tidak membuat pikirannya menjadi sangat terpusat. Dimana Anda sendiri tidak bisa mengambil sesuatu dari seorang guru, lebih dari apa yang telah menjadi hak Anda, kecuali beliau memberikan karunia, baik kripa maupun kalyana.

Bahkan bila guru bersedia memberikan rahmatnya, Anda mungkin tidak mampu mempertahankannya, sama seperti Chunila tidak bisa mempertahankan kalyana, seperti ditawarkan Sevadasa kepadanya.

Kekuatan Pikiran Terpusat

Kalyana dan kripa sendiri hanyalah dua dari sekian banyak jenis berkah. Memperoleh kripa benar-benar hal luar biasa, karena sungguh luar bisa memiliki pikiran terpusat! Namun, apakah Anda benar-benar mengetahui kekuatan  sebuah pikiran? Bila tidak maka perhatikan cerita dibawah ini. 


Suatu ketika di sebuah kerajaan, sang raja sedang jatuh sakit. Tidak seorang pun tahu bagaimana cara menyembuhkannya; bahkan tabib istananya pun gagal. Raja menjadi begitu marah sehingga memanggil perdana menterinya agar segera datang ke hadapannya, kemudian berkata kepadanya, “Bila kamu tidak bisa menyembuhkanku, aku akan memisahkan kepalamu dari bahumu!” 


Tentu saja raja bisa bersikap tidak masuk akal seperti itu, begitu juga para pertapa, api, dan air. Sedangkan perdana menteri itu bukanlah seorang tabib, sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa berkeliling kota, mencoba mencari cara agar kepalanya tetap tegak. 


Ketika sedang berjalan tanpa tujuan, seorang pertapa menghentikannya, lalu bertanya, “apakah ada yang salah?” Ketika perdana menteri itu selesai menjelaskan, pertapa itu kembali bertanya, "Apakah Anda siap menghabiskan banyak uang?" Perdana menteri menjawab, “Untuk menyelamatkan kepalaku, aku akan melakukan apa saja. 


Jadi pertapa itu kemudian membawanya secara diam-diam, bertemu dengan seorang pedagang kayu cendana terbesar di kota itu. Orang ini telah menguasai pasar kayu cendana, meskipun begitu wajahnya masih terlihat muram. 


Perdana menteri bertanya, “Apa masalahmu, orang baik? Pedagang itu menjawab, “Gudang-gudangku begitu penuh dengan kayu cendana, sehingga tidak akan mungkin bisa menjual seluruhnya, kecuali raja meninggal. Bila raja meninggal, maka semua orang di negara ini akan membakar kayu cendana sebagai cara mengenangnya. Jadi aku berdoa dua puluh empat jam sehari, agar raja bajingan itu segera meninggal.


Sekarang perdana menteri mengerti bahwa konsentrasi tunggal ini adalah penyebab penyakit sang raja. Karena itu, ia segera membeli seluruh kayu cendana tersebut. Pedagang itu kemudian melupakan sang raja. Ketika raja kembali sembuh, ia menghadiahi perdana menterinya dengan pantas.

Berkah Kelupaan Sempurna

Jadi dalam kasus tersebut diatas, setidaknya, kelupaan seseorang telah menjadi keselamatan bagi orang lain, karena dibutuhkan energi luar biasa agar bisa mengingat sesuatu. Itulah sebabnya mengapa Kundalini tidak pernah memperoleh kesempatan terbangun, pada kebanyakan orang, apalagi bisa bangkit. 


Selama ingatan individu terhubung sangat erat oleh karmanya sendiri, maka seluruh energi Kundalini akan terserap, hanya untuk mengingat siapa dirinya, sehingga membuat banyak karma harus diingatnya. Tetapi meskipun Anda bisa melupakan sejenak karma dalam tubuh kausal, tetapi bagaimana karma dalam tubuh kausal, yang jauh lebih besar?


Ada tubuh kausal yang lebih besar, dikenal sebagai maha karana sharira. Karena segala sesuatu yang pernah terjadi di kosmos, telah meninggalkan jejaknya di sana. Maka setiap tindakan terdaftar, pada setiap partikel pikiran selama penciptaan, kemudian bisa diingat kembali melalui kesadaran. Inilah Memori Universal (ingatan alam semesta). Agar bisa membuat Kundalini terbangun sepenuhnya, maka Anda harus lupa mengidentifikasi, bahkan bersama Kundalini; karena sangat diperlukan kelupaan sempurna.

Kesimpulan

Karma terkonsentrasi seringkali sulit dihindari, seperti disampaikan dalam kisah guru matematika yang mampu meramalkan pembunuhan. Meskipun ramalan dapat memberikan gambaran tentang takdir, detailnya seringkali berasal dari intuisi peramal. Berkah seperti kripa dan kalyana dapat meringankan beban karma, tetapi hanya jika penerima siap menerimanya, seperti terlihat dalam kisah Chunila dan Sevadasa. 


Kripa, atau anugerah spiritual, dapat memusatkan pikiran, serta membawa transformasi mendalam, sementara kalyana lebih bersifat duniawi, sehingga dapat meningkatkan kehidupan material. Namun, berkah ini tidak dapat dipaksakan atau diucapkan; mereka harus diberikan secara spontan oleh guru kompeten. Memahami karma, ramalan, serta kekuatan berkah membantu kita menghadapi takdir melalui kebijaksanaan dan keikhlasan. 


Kisah perdana menteri dengan pedagang kayu cendana mengilustrasikan bagaimana konsentrasi pikiran dapat mempengaruhi realitas, bahkan hingga menyembuhkan penyakit. Namun, untuk mencapai kebangkitan Kundalini, kita harus melampaui ingatan akan karma serta mengidentifikasi diri terhadap yang lebih besar, yaitu Memori Universal. Oleh sebab itu, kita dapat mencapai kebebasan sejati dari belenggu karma juga takdir.


Post a Comment

0 Comments