Rina Bandhana adalah ikatan hutang karma, mengikat manusia serta makhluk lainnya. Memutus siklus ini membutuhkan kesadaran, bukan balas dendam. Kebijaksanaan dalam tindakan mampu membuka jalan menuju kebebasan spiritual, membawa harmoni kehidupan.
Kehidupan adalah perjalanan penuh karma, di mana setiap tindakan meninggalkan jejak, memengaruhi nasib, juga hubungan kita. Melalui kisah tentang tukang daging dan kambing, tulisan kali ini mengungkapkan bagaimana hukum karma bekerja secara kompleks, mengatur siklus aksi juga reaksi. Rina Bandhana, atau hutang karma, menjadi inti dari setiap hubungan antara manusia, bersama makhluk hidup lainnya.
Melalui pemahaman mendalam terhadap hukum ini, kita bisa mengambil langkah bijak, memutus siklus karma negatif, serta menjalani hidup penuh kesadaran. Tulisan kali ini mengajak kita, merenungkan kembali hubungan antara tindakan, balasan, juga kebebasan sejati.
Memutuskan Siklus Karma
Seperti halnya setiap orang pergi ke tukang daging, mereka hanya bisa memperoleh daging dari hewan yang telah memiliki Rina Bandhana. Lebih jauh lagi, mereka hanya bisa membeli bagian-bagian tubuh yang telah menjadi tanggungan karma dari hewan tersebut. Bila tidak ada hewan membawa Rina Bandhana pada hari itu, maka meskipun ingin membeli daging, mereka tidak bisa memperoleh apa-apa, bisa saja karena kehabisan uang, atau tiba-tiba harus pergi, atau berubah pikiran di menit terakhir, atau apapun itu.
Tukang daging juga dikuasai oleh Rina Bandhana. Mereka memiliki hak menyembelih hewan, karena dirinya sendiri pernah disembelih dalam banyak kelahiran. Mereka bisa membunuh sebanyak yang telah membunuhnya di masa lalu, hanya sebanyak itu dan tidak lebih. Ketika ia kehabisan hewan untuk disembelih, maka secara otomatis pensiun, mengubah bisnisnya, menderita radang sendi di tangannya sehingga tidak mampu lagi memegang pisaunya, atau semacamnya. Alam benar-benar mengetahui tugasnya dengan baik.
Ingatlah ini: Bahwa setiap kali Anda memiliki kesempatan secara sengaja membunuh seekor hewan, itu tidak lain adalah balasan di masa lalu, ketika hewan tersebut telah membunuh Anda. Inilah satu-satunya alasan Anda memperoleh kesempatan membunuhnya sekarang. Bila memutuskan melanjutkan, serta melunasi hutang, maka tindakan baru akan menjamin hewan tersebut memiliki kesempatan, memburu Anda kembali di kemudian hari, juga membunuh Anda lagi, kecuali bila mengetahui cara menghindarinya.
Kisah Tukang Daging Dan Kambing
Bahkan tukang daging juga bisa, bila mereka mau menolak melaksanakan haknya untuk menyembelih. Jika mereka melakukannya, maka siklus karma pribadinya membunuh, dan dibunuh, juga berhenti. Tetapi beban karma terkumpul begitu berat, sehingga hanya segelintir tukang daging pernah mempertimbangkan hal seperti itu.
Salah satu yang melakukannya adalah orang miskin, ia mencari nafkah secara pas-pasan untuk dirinya, serta keluarganya melalui cara menyembelih seekor kambing setiap hari. Suatu malam, seorang tamu datang berkunjung ke tempatnya setelah keluarganya selesai makan.
Hukum keramahtamahan jelas menyatakan bahwa seorang tamu harus diberi makan, tetapi tidak ada makanan lagi tersisa di rumah. Tukang daging itu bisa saja menyembelih kambing yang akan dijual keesokan harinya, tetapi sisa daging yang tidak dimakan malam itu, akan rusak keesokan harinya, karena tidak ada seperti lemari es di saat itu.
Kerugian seperti itu akan membuatnya hancur. Kemudian tukang daging itu keluar ke kandang, dan menatap kambing jantan yang sudah dewasa dengan muram. Tiba-tiba dirinya memperoleh ide, bila hanya mengebiri kambing, alih-alih membunuhnya, maka bisa memperoleh cukup daging dari buah zakarnya, untuk memberi makan tamu itu. Kambing itu masih bisa terus hidup, meskipun dalam penderitaan, sampai keesokan paginya, saat bisa disembelih.
Senang terhadap rencana tersebut, tukang daging mulai mengasah pisaunya, sampai ketika ia mendengar suara aneh berasal dari kambing itu. Ketika ia mencabut pisau dari batu asah, dan mulai mendengarkan dengan lebih saksama, menyadari bahwa kambing tersebut menangis, juga tertawa secara bersamaan. Orang dengan pikiran halus merasa heran, mengetahui bagaimana tukang daging itu bisa mengerti bahasa kambing, tetapi hanya menghampiri, serta bertanya kepada kambing itu, apa yang sedang diperbuatnya.
Setelah agak tenang, kambing itu menjawab, “Saya menangis karena memikirkan siksaan yang akan kuderita malam ini, setelah engkau memotongku, tetapi aku tertawa karena siksaan itu hanya berlangsung sampai pagi. Kemudian aku mati, yang akan membebaskan dari kesengsaraanku, dan setelah itu aku bisa terlahir kembali, mencarimu, kemudian membalas dendamku!
Tukang daging itu menjatuhkan pisaunya, serta terdiam sejenak. Kemudian dia meninggalkan kambing itu, meninggalkan keluarganya, meninggalkan tamunya di rumah, kemudian langsung pergi ke hutan tanpa berkata apapun kepada siapapun. Akhirnya dia kembali menjadi orang suci.
Kisah Musang Dan Tuhan
Tukang daging itu beruntung, berarti ditakdirkan untuk itu. Karma baiknya telah matang hingga dia mampu mendengar kambing itu, serta memahami apa dikatakan kambing itu kepadanya. Namun, kebanyakan makhluk tidak pernah menyadari apa dilakukannya, sehingga tetap terikat erat pada roda karma.
Di kisah lain, ada seekor musang yang mati, masih menangis tersedu-sedu karena rasa sakit dikuliti hidup-hidup, akhirnya diantar ke hadapan Tuhan. Hati Tuhan begitu tersentuh sehingga berkata kepada musang itu, “Mintalah apapun yang engkau inginkan, Aku akan menganugerahkan kepadamu” Sambil terisak-isak di sela-sela kata-katanya, musang kecil itu berkata, “Wahai Tuhan, sekarang saya tidak punya kulit untuk menghangatkanku. Sehingga yang kuinginkan adalah mantel dari kulit manusia, sehingga manusia penyiksaku akan mengetahui, apa artinya bila kulitnya disobek dari tubuhnya yang masih hidup.
Tuhan menjawab dengan lembut tetapi tegas, “Jika kamu memahami Hukum Karma, kamu tahu mengapa kamu harus dikuliti hidup-hidup, sehingga kata-kata seperti itu, tidak akan pernah keluar dari mulutmu.”
Tetapi menurut Hukum Karma, musang itu pada akhirnya memperoleh kesempatan menguliti pengulitnya hidup-hidup, bukan? Memang benar, tetapi bagaimana itu membantu membersihkan karmanya? Itu hanya membuat seluruh proses karma terus berputar. Lupakan balas dendam, itu adalah tugas Tuhan. Orang biasa memang tidak memiliki kesabaran, cenderung ingin segera membalas dendam ketika dirinya disakiti, mereka selalu membalas ketika terluka.
Tetapi bukan begitu cara melakukan sesuatu. Cara tersebut hanya mengikat Anda lebih erat pada roda aksi, serta reaksi. Sering kali ketika seseorang berbuat curang terhadap kami, kami berusaha ingin membalasnya. Namun, kemudian kami ingat,
“kshamam virasya bhushanam”
(kesabaran adalah perhiasan pahlawan).
Bila Anda mampu bersabar, maka Alam akan mengatur hidup Anda sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya memperoleh segala hal yang diinginkan, mengenai hal ini tidak ada keraguan. Keraguan hanya ada pada berapa lama waktu dibutuhkan, untuk memberikan hasil, seperti keinginan tersebut bisa terwujud.
Bekerjasama Selaras Dengan Alam
Inilah yang dikatakan mengenai bekerja sama dengan Alam. Ketika Anda sampai pada titik di mana mampu memanipulasi karma sendiri, atau menemukan seseorang bersedia memanipulasinya bagi Anda, maka Anda bisa menyempurnakan takdir sendiri sampai batas tertentu. Bila tidak, maka nasib Anda melalui perwujudan pengalaman karma, menentukan jalan tersebut. Tugas Anda tidak lain adalah menjalani jalannya dengan cara paling anggun. Tetapi tidak ada keanggunan terhadap balas dendam, karena sangat sulit mengetahuinya.
Tepatnya berapa banyak pembalasan karma, bisa menjadi hak Anda sebelumnya. Selain itu, dunia Rina Bandhana sedemikian rupa sehingga bila kami berutang kepada Anda, tetap harus membayar kembali secara tunai meskipun bila kami ingin membayar melalui barang atau jasa. Dimana kami harus membayar sebanyak hutang kepada Anda, meskipun bila kami menolak. Semuanya tergantung pada besarnya utang.
Misalnya, apabila kami merogoh saku untuk memberi uang sepuluh ribu kepada seorang pengemis, ternyata malah mengeluarkan uang lima puluh ribu, itu artinya berhutang kepadanya lebih dari yang kami kira. Bagaimana bila kami menawarkan seorang pengemis uang sepuluh ribu, kemudian ia justru menjadi marah, serta menolak menerimanya, sambil berkata, "Mengapa Anda mencoba memberi saya ini, ketika hanya menginginkan dua ribu?". Sedangkan alasan kami tidak memberinya adalah karena tidak berhutang apapun kepadanya. Itulah situasi yang terjadi, bila Anda mengetahui tentang hutang, karena mengetahui cara membayarnya." Yang bisa kami katakan saat ini hanyalah, Ini semua sangatlah rumit.
Kesimpulan
Hukum karma mengatur setiap aspek kehidupan, termasuk hubungan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dalam siklus Rina Bandhana, manusia, juga hewan terhubung oleh hutang karma, mereka terus berputar melalui aksi juga reaksi. Kisah tukang daging yang menyadari tanggung jawab karmanya menjadi pengingat bahwa setiap tindakan, baik membunuh, ataupun memberi, membawa konsekuensi harus ditanggung. Memutus siklus karma tidaklah mudah, tetapi memungkinkan melalui kesadaran, kesabaran, serta belas kasih.
Balas dendam hanya memperpanjang roda karma, sementara pengampunan, juga kesadaran, mampu membawa kedamaian sejati. Alam memiliki cara menyeimbangkan segala sesuatu, tetapi tugas manusia adalah menjalani jalan karma secara anggun. Memahami Rina Bandhana, kita bisa belajar menjalani hidup lebih bijaksana, membayar hutang karma secara benar, juga mendekatkan diri pada kebebasan spiritual.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"