Ida, pingala, dan sushumna cerminan harmoni universal. Ida menenangkan, pingala menggerakkan, dan sushumna menyatukan keduanya menuju pencerahan. Melalui keseimbangan, tubuh, pikiran, serta jiwa, menemukan jalan menuju kebebasan sejati.
Tradisi Tantra menyatakan, tubuh manusia adalah sebuah peta kosmos, tempat energi bulan, matahari, serta api, berinteraksi sebagai harmoni unik. Konsep ini diwujudkan melalui ida, pingala, serta sushumna—tiga saluran energi utama ini, menyatukan dimensi fisik juga spiritual.
Ida, mewakili bulan, membawa kesejukan serta stabilitas, sementara pingala, sebagai matahari, menciptakan dinamisme juga perubahan. Keduanya mencapai keselarasan melalui sushumna, saluran pusat menghubungkan keduanya menuju pencerahan. Tulisan kali ini mengeksplorasi pemahaman mendalam, mengenai hubungan harmonis antara tubuh, pikiran, juga jiwa melalui lensa Tantra, memberikan wawasan berharga tentang potensi manusia lebih tertinggi.
Memahami Ida, Pingala Dan Sushumna
Rudrayamala Tantra berbicara tentang ida sebagai bulan, pingala sebagai matahari, serta sushumna sebagai api. Citra matahari serta bulan, telah menjadi salah satu, juga terus-menerus digaungkan oleh literatur Tantrik; Para Natha-Siddha, bahkan mengenakan anting-anting besar melambangkan matahari dan bulan. Bulan melambangkan Siwa, unsur statis namun abadi, baik di alam semesta, maupun di diri manusia; beliau merupakan gudang saripati (amrita); berkedudukan secara umum dikatakan sebagai pusat tertinggi (sahasrara); warna putihnya melambangkan aspek laki-laki (pandura-bindu-chakra). Matahari, di sisi lain, merupakan unsur dinamis namun selalu berubah, baik di alam semesta maupun di diri manusia; beliau melambangkan Shakti, aspek perempuan, juga direpresentasikan sebagai 'telur berwarna kemerahan' (lohitabindu-maharajas); beliau juga disebutkan terletak di pusat 'akar-dasar' (muladhara).
Bila di Muladhara ada Shakti, maka di Sahasrara ada wujud Sadasiwa (persatuan antara Siwa dan Shakti), (muladhare vasate saktih sahasrare sadasivah). Lebih jauh, arteri ida dan pingala juga digambarkan memiliki karakteristik bertentangan sebagai berikut:
Siang↔Malam
Bernafas↔Menghembuskan
Makanan ↔ Pemakan
vokal (ali) ↔ Konsonan (kali)
Semen↔Ova
Penciptaan ↔Penghancuran,
Prana ↔Apana
Samsara ↔ Nirwana
Karakteristik berlawanan tersebut kemudian dirangkum sebagai perumpamaan Bulan-Matahari. Bulan memiliki efek mendinginkan pada sistem tubuh, sementara Matahari mengeringkannya; satunya membentuk tubuh, sedangkan lainnya menghancurkannya. Sedangkan secara esoteris, satunya menentukan keterlibatan individu dalam pusaran fenomenal, sementara lain justru membakar ikatan ini, serta melepaskan individu. Akan tetapi, akan menjadi suatu kesalahan bila memandang manusia sebagai korban tidak berdaya, dari dua kekuatan saling bertentangan tersebut.
Tiga Aliran Sungai Menuju Pembebasan
Faktanya, keduanya saling melengkapi dan menciptakan 'kebersamaan', dimana konfigurasi pria-wanita sangat penting bagi penciptaan serta pelepasan. Pada orang awam, secara normal, kesatuan tidak dikenali atau dicapai secara sadar; oleh karenanya timbullah penderitaan hidup. Sedangkan penyatuan ida bersama pingala di pusat terendah (tiga chakra terendah manusia) digambarkan sebagai fase bulan paling gelap (amavasya).
Bercampur dengan aliran Saraswati yang tersembunyi (sushumna), ketiga aliran tersebut 'dibebaskan' (mukta-triveni), artinya, mereka mengalir secara terpisah. Namun, apabila seseorang menjalani spiritualitas Tantrik, atau mempraktikkan Yoga, aliran ida beserta pingala di pusat 'akar-dasar' masih terhalang, mereka harus dipaksa bergerak sepanjang aliran sushumna yang terletak ditengah. Selanjutnya ketiga aliran tersebut akan bercampur menjadi kesatuan aliran (yukta-triveni), terletak di tengah-tengah antara kedua alis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai fase bulan paling terang (purnima).
Namun, dalam beberapa teks, ungkapan mukta dan yukta, merujuk pada aliran tiga (triveni) digunakan dalam pengertian berlawanan dengan yang telah kami utarakan di atas. Dimana pusat 'akar-dasar' digambarkan sebagai penggabungan (yukta) dari ketiga aliran tersebut, sementara posisi di tengah kedua alis, digambarkan sebagai pembebasan (mukta). Asumsi di sini adalah bahwa pertemuan dari tiga aliran tersebut bertanggung jawab atas individualitas, sementara penghentian pertemuan tersebut, dicapai melalui sadhana, akan membebaskan individu dari keberadaan fenomenal terkondisikan.
Pusat Energi Kesadaran Di Tubuh
Posisi pusat terletak di atas 'dasar-akar' dikenal sebagai menopang diri sendiri (svadhisthana), digambarkan sebagai bulan sabit tak berwarna, mewakili unsur air, juga diidentifikasikan dengan 'pleksus prostat', atau terletak di daerah pusar. Bila pusat 'dasar-akar' (Muladhara) adalah sumber dari seluruh keinginan, maka Pusat menopang diri sendiri menyediakan seluruh kegembiraan; keduanya bersama-sama bertanggung jawab atas naluri seks, juga bertahan hidup. Ciri-ciri psikologis berasal dari tingkat ini (vrtti) diberikan sebagai: kasih sayang, kecurigaan, penghinaan, kegilaan, serta kekejaman.
Pusat ketiga, penuh permata (manipura), dikatakan terletak di lumbar atau pleksus epigastrik, namun, lebih umum untuk menganggapnya sebagai pusar (nabhi padma). Berwarna merah, melambangkan api. Ciri-ciri psikologis terkait dengan pusat ini memunculkan karakter 'menyala': malu, cemburu, takut, menyesal, juga jijik. Anehnya, pusat ini disebut-sebut juga bertanggung jawab atas tidur serta rasa haus.
Pusat tidak tersulut (anahata), terletak di jantung, juga dikenal sebagai pleksus jantung, dibayangkan sebagai segi enam dengan dua segitiga saling bertautan, berwarna abu-abu-biru. Akan tetapi, teks-teks Buddha menempatkan pusat ini di tenggorokan, juga memberikan wujudnya sebagai setengah lingkaran, serta warnanya sebagai hijau. Terkait dengan unsur udara, pusat ini memberikan individu suatu kerangka acuan subjektif, yaitu ego. Di antara ciri-ciri psikologis berasal dari sini adalah harapan, kekhawatiran, usaha, perasaan 'aku' dan 'milikku', kesombongan, keegoisan, ketamakan, kecurangan, keraguan, penyesalan, juga diskriminasi.
Pusat kemurnian sempurna (visuddha), berwarna keemasan, serta berbentuk lingkaran, terletak dalam catatan modern di pleksus laring, atau di persimpangan tulang belakang, dan medula oblongata di belakang tenggorokan. Mengatur organ ekspresi juga artikulasi, pusat ini dikaitkan dengan ciri-ciri mental berikut: keyakinan, kegembiraan, rasa bersalah, pengendalian diri, rasa hormat, keramahan, kesedihan, kegelisahan, antusiasme, dan pelepasan.
Pusat keenam disebut pemahaman menyeluruh (ajna), teks-teks Buddha menggambarkannya sebagai mata ketiga kebijaksanaan, pusat perenungan tanpa bentuk. Terletak di antara alis (atau sedikit di atasnya), dibentuk oleh dua kelopak putih melambangkan matahari dan bulan, pusat ini mengatur upaya konsentrasi serta keadaan trans. Beberapa teks Tantrik menyebut pusat ini sebagai rumah tertinggi (paramakula) dan pertemuan dari tiga aliran (mukta-triveni).
Meskipun keenam pusat tersebut dikenal luas sebagai chakra, bahkan sering disebutkan dalam manual Tantrik, terkadang ada pusat lain disebutkan, 'pusat pikiran' (manas chakra). Terletak tepat di atas 'pusat pemahaman', ini dikatakan sebagai pusat rahasia, mereka bertanggung jawab atas semua proses persepsi, serta keadaan mimpi.
Di atas pusat ini terdapat 'pusat bulan' (soma-chakra), juga jarang disebutkan. Dikatakan terletak di tengah otak besar, sifat-sifat psikologis bersifat positif, juga membangun secara moral: kelembutan, keberanian, ketekunan, humor, kerendahan hati, konsentrasi, ketenangan, ketekunan, stabilitas emosi, juga kemurahan hati. Ini adalah pusat tertinggi dalam sistem psikofisik, tepat di bawah pusat yang berada di luar sistem, yaitu, sahasrara (dijelaskan sebagai 'rumah tanpa penyangga', niralamba puri).
Kesimpulan
Dalam kosmologi Tantra, ida, pingala, serta sushumna, bukan sekadar saluran energi, melainkan metafora mendalam tentang keseimbangan hidup. Ida, energi bulan, menawarkan ketenangan juga kesejukan, sedangkan pingala, energi matahari, menciptakan semangat, serta transformasi. Keseimbangan keduanya melalui sushumna, memungkinkan perjalanan menuju kesadaran tertinggi, membebaskan individu dari keterikatan duniawi.
Proses ini, dimulai di muladhara dan mencapai puncaknya di sahasrara, mencerminkan perjalanan jiwa dari keterbatasan fisik menuju kebebasan spiritual. Penyatuan ini bukan hanya transformasi energi, tetapi juga pencapaian harmoni antara tubuh, pikiran, juga jiwa. Melalui praktik yoga, juga meditasi, terinspirasi oleh tradisi ini, manusia mampu melampaui dualitas, bahkan menemukan pencerahan. Harmoni ini, mampu dicapai melalui penyatuan ida juga pingala di sushumna, adalah inti dari keberadaan manusia utuh serta seimbang.
0 Comments
"Terima kasih banyak telah meninggalkan komentar di blog kami! Kami sangat menghargai partisipasi Anda. Komentar Anda membantu kami untuk terus berkembang dan memberikan konten terbaik. Kami akan segera membalasnya begitu kami online. Tetaplah terhubung dan terus berbagi pemikiran Anda!"