Kehendak Bebas, Karma, dan Kekuasaan: Pelajaran dari Akbar dan Tansen


Kehendak bebas menciptakan karma yang menentukan takdir. Kisah Akbar dan Tansen mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam kekuasaan serta musik. Karma baik membawa pertemuan dengan orang suci, sementara kesombongan, juga keinginan pribadi dapat menimbulkan konsekuensi merugikan.

Kehendak bebas adalah anugerah, memungkinkan kita menciptakan karma, yang pada gilirannya menentukan takdir kita. Kisah Akbar dan Tansen mengajarkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan kekuasaan serta bakat. Karma baik membawa pertemuan dengan orang suci yang dapat membimbing kita, sementara kesombongan juga keinginan pribadi dapat menimbulkan konsekuensi merugikan. 

Tulisan ini mengajak kita merenungkan bagaimana kehendak bebas, begitu juga karma mampu mempengaruhi hidup kita, serta pentingnya bertindak rendah hati, juga penuh tanggung jawab. Mari kita telusuri kisah-kisah inspiratif ini, serta mempelajari pelajaran berharga terkandung di dalamnya.

Memasak Ikan Kecil

Tapi apakah benar keseluruhan kehidupan sudah ditakdirkan? Sama sekali tidak, masih ada namanya kehendak bebas di dunia ini. Seberapa banyak kehendak bebas Anda miliki dalam situasi apapun, tergantung pada seberapa banyak telah digunakan di masa lalu. Menggunakan kehendak bebas hari ini akan menciptakan karma, untuk menjadi takdir esok hari. 

Setiap kali Anda berusaha menggunakan kehendak bebas, untuk mencoba menghindari takdir, hanya seperti mencoba berenang melawan arus alam. Dimana Anda hanya menciptakan karma baru, serta efeknya tidak akan selalu terlihat jelas sampai waktunya tiba.


Semakin banyak orang dipengaruhi untuk mematuhi keinginan Anda, maka semakin besar karma tersebut, sehingga menjadi lautan karma yang harus dipertanggungjawabkan. Sehingga tidak bisa diragukan lagi, bertambah besarnya otoritas terhadap orang lain, juga harus semakin teliti Anda menggunakannya. Lao Tse pernah berkata, “Memerintah kerajaan besar itu seperti memasak ikan kecil.” Kami setuju terhadap kata-katanya, mengapa demikian? 


Ketika Anda menjadi seorang penguasa, haruslah sangat berhati-hati, karena hal-hal Anda anggap remeh, bisa segera menjadi besar ketika melihatnya dari sudut pandang orang-orang Anda pimpin. Bila ternyata cukup banyak dari mereka mati, lalu mengutuk di nafas terakhirnya, maka Anda akan segera tamat, untuk selamanya. 


Sangat jarang orang bisa seperti Kaisar Akbar, mampu menanggung kemewahan hidup seorang pangeran tanpa terjerat olehnya. Namun, bahkan dia sendiri membuat beberapa kesalahan, wajar saja dia hanyalah manusia, dan tidak ada manusia sempurna. Bahkan mungkin masih harus membayar beberapa kesalahannya di kelahiran ini.

Musisi Besar Tansen

Tansen, adalah kepala musisi Akbar, sebenarnya beliau bernama Tansen Pandey. Nama ayahnya adalah Makaranda Pandey. “Pandey” berasal dari kata panda (pendeta), ini berarti mereka adalah keturunan Brahmana. Makaranda Pandey tidak berhasil memiliki anak, sampai ia mulai melakukan pelayanan bakti kepada seorang fakir (pertapa muslim) bernama Mohammed Gous yang tinggal di dekatnya. Setelah beberapa waktu Gous akhirnya menjadi senang dengan Makaranda. 


Sehingga suatu hari Mohammed Gous sedang dalam suasana hati aneh, memanggil Brahmana itu dan meludahi telapak tangannya, lalu menaruh ludah tersebut ke dalam paan (mirip tradisi menyirih). Lalu berkata kepada Makaranda, “Makanlah ini, maka usahamu akan berakhir.” Makaranda pun melakukannya, selanjutnya Tansen kemudian dilahirkan. 


Sedangkan para Brahmana fanatik lainnya, seperti Brahmana pada umumnya, berkata kepada Makaranda, “Kamu telah menelan ludah seorang Muslim, jadi sekarang kamu telah menjadi seorang Muslim,” Makaranda menjawab, “Baiklah, kalau begitu aku seorang Muslim?” Maka Tansen selanjutnya dibesarkan sebagai seorang Muslim, meskipun ia berasal dari keluarga Brahmana. 


Namun, setelah Tansen masuk di salah satu sahabat melayani kaisar Akbar, dirinya segera diakui sebagai salah satu dari Sembilan Permata Istana. Menjadi terkenal di seluruh kerajaan, bahkan Akbar sangat senang terhadapnya. Kemudian suatu hari ketika Akbar merasa senang, dia berkata kepada Tansen, “Wah, wah, betapa hebatnya musikmu!” Tapi Akbar terkejut ketika Tansen menjawabnya dengan rendah hati, “Bagi guruku, aku bukanlah apa-apa, Wahai Perlindungan Dunia. Saya mungkin seorang musisi bagus, tetapi Swami Haridas, guru saya, jauh lebih hebat daripada saya. Aku menyanyi demi uang, ketenaran, serta untuk menyenangkan hatimu, tetapi beliau menyanyi hanya untuk Tuhan.”

Nyanyian Untuk Tuhan

Apa yang telah disampaikan oleh Tansen menggelitik rasa ingin tahu Akbar yang menyukai keunggulan, jadi dia berkata pada Tansen, “Kamu harus meminta gurumu untuk datang ke istana, sehingga saya juga bisa mendengarnya bernyanyi. Tansen menjawab, “Beliau tidak akan pernah datang ke sini, Yang Mulia, juga tidak peduli kemegahan dunia. Tetapi bila Anda berkenan ikut saya dengan menyamar, mungkin kita bisa mendengarnya bernyanyi.


Akbar kemudian pergi secara diam-diam sebagai tamu Tansen untuk mendengarkan Swami Haridas memuja Tuhannya melalui nyanyian. 

Di tengah pertunjukan, dia begitu terpikat oleh nyanyian Haridas sehingga lupa diri, kemudian berseru, "Subhanallah!", merupakan cara Muslim mengatakan, “Luar biasa atau sebuah keajaiban Tuhan!”


Haridas kemudian segera mengetahui bahwa ada seorang Muslim sedang mendengarkan musiknya, lalu bertanya kepada Tansen siapa dia. Tansen berkata, “Beliau adalah Kaisar, dan sangat senang terhadap nyanyian guru.” Haridas lalu berkata, “Dia mungkin Kaisar, tetapi saya tidak bernyanyi untuk kaisar.” 


Kemudian, untuk menunjukkan kerendahan hatinya, Akbar menawarkan kepada Swami Haridas sebotol parfum tak ternilai dari Persia. Haridas menerimanya, lalu menuangkannya ke atas tanah di depannya. Akbar tersentak, melupakan kerendahan hatinya berkata, “Bila kamu tidak mau menggunakannya, seharusnya memberikannya kepada Krishna.” Haridas berkata, “Pergi dan lihatlah sendiri.”


Ketika Akbar pergi ke kuil Krishna di dekatnya, dia menyadari bahwa patung tersebut diliputi oleh esensi parfum yang sama dengan yang baru saja dia tuangkan ke tanah. Kemudian Akbar mengerti sedikit tentang siapa Swami Haridas. Akbar beruntung karena berperilaku sebagai hamba Tuhan, dimana Tuhan adalah satu-satunya ia hormati, dengan begitu ia bisa menghormati hamba-Nya. 


Itu adalah efek lain dari memiliki banyak karma baik, dalam kehidupan Anda. Karma baik memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang suci, dimana mereka akan membantu  menentukan prioritas merendahkan hati Anda. Hal ini terjadi pada Akbar bahkan lebih dari sekali.

Keajaiban Prana Dalam Musik

Sementara itu, meskipun Tansen benar-benar seorang musisi hebat, namun memiliki beberapa kelemahan karakter cukup besar. Contohnya, kecemburuan telah membuatnya membunuh semua orang, mungkin dianggap sebagai ancaman baginya. Tansen mampu menggubah dua raga atau ragam musik India, yaitu Darbari Kannada serta Miya ke Malhar hanya khusus untuk Akbar. 


Ketika Anda bertanya, apakah kehebatan dari raga Darbari. Baiklah kami jelaskan, bila mampu memainkan Darbari dengan benar, maka akan melihat visualisasi Akbar, sedang duduk di singgasananya, sambil mengangkat bunga mawar ke hidungnya. Tansen juga sangat terkenal karena kemampuannya menyanyikan Raga Deepaka (menyalakan).


Dia telah mampu menguasai Deepaka secara menyeluruh sehingga ketika menyanyikannya di senja hari, seluruh lampu minyak di istana akan menyala sendiri, secara otomatis. Ketika Swami Haridas meninggal dunia, beberapa pejabat istana menantangnya untuk menyalakan api di pembakaran jenazah Swami, dengan menyanyikan Deepaka membuat kesombongan Tansen menguasainya, akhirnya menerima tantangan itu. 


Meskipun mampu menyalakan api pembakaran, tetapi itu terlalu membebani dirinya sehingga langsung jatuh sakit karena diselimuti panas, tubuhnya merasa seolah-olah seluruh organ dalamnya terbakar. Namun, apakah kita berpikir bahwa itu juga merupakan hasil dari karma jahatnya, membunuh musisi lainnya, entah bagaimana ikut serta mempengaruhi penyakit itu.


Itu bisa saja terjadi, disini Anda mungkin perlu mengingatnya. Bahwa tidak ada tabib istana mengetahui cara mengobati penyakit semacam itu. Selama enam bulan Tansen menderita kesakitan, berkeliaran tanpa tujuan ke seluruh negeri, tubuhnya terbakar mencari kesembuhan. Karma baik akhirnya membawanya mencapai desa kecil Vadnagar di Gujarat. 

Saat dia menyeret dirinya melewati jalanan, terdengar musik indah datang dari salah satu rumah. Dia mengenali musik itu sebagai Raga Megha, atau ragam Awan, sehingga tidak ada cara lebih baik memadamkan api selain hujan! 

Dampak Memaksakan Kehendak 

Penyanyi Raga Megha adalah dua bersaudara, Tana dan Riri. Tansen lalu meminta izin agar bisa bertemu dengan mereka. Tetapi ketika penduduk desa mengetahui bahwa Tansen agung telah datang, mereka menasehati ayah kedua gadis itu, Kanchan Rai, agar tidak berhubungan dengan pemusik Muslim ini. 


Mereka memperingatkan bahwa dia beserta seluruh keluarganya akan menjadi orang buangan, bila membantunya melalui cara apapun.  Terlepas ancaman terhadap keluarganya, Kanchan Rai tetap mengundang Tansen ke rumahnya. Gadis-gadis itu menyanyikan Megha begitu sangat baik untuknya sehingga dia menjadi sembuh. Tansen menawarkan hadiah sangat besar kepada Kanchan Rai, namun ditolak secara sopan. Karena Kanchan Rai, beserta keluarganya, tidak ingin berurusan dengan istana Mughal. 


Tansen kemudian kembali ke istana Akbar. Kaisar terpesona mendengar ceritanya. Kemudian tibalah giliran Kanchan Rai, untuk merasakan hasil karma-karmanya. Para pejabat istana yang dulunya menantang Tansen menyalahgunakan Deepaka, kini memancing Akbar agar percaya, bahwa penghinaan Kanchan Rai terhadap tahtalah, membuatnya menolak hadiah dari Tansen. Sekarang itu menjadi masalah prinsip, sehingga Akbar bersikeras memanggil ayah beserta kedua anak perempuannya ke istana kekaisaran. 


Ketika penduduk desa mengetahui hal ini, mereka berkata kepada Kanchan Rai, “ Sekarang lihatlah, kami sudah pernah bilang begitu. Sekarang kamu juga akan menjadi Muslim. Bahkan mungkin Kaisar akan membawa anak-anak perempuanmu ke haremnya.” Untuk melindungi kehormatan diri mereka, kehormatan keluarga, serta desa, Tana beserta Riri menyelinap pergi dari rumah mereka lalu bunuh diri bersama-sama. Tentunya kita bisa yakin, bahwa mereka tidak memikirkan hal-hal menyenangkan mengenai Kaisar saat meninggal.


Namun, Apakah Akbar menyesali perbuatannya? Pasti dia menyesalinya setelah mengetahuinya, tetapi apa gunanya penyesalannya, karena dua musisi brilian, seperti Tansen mampu mengendalikan prana melalui lagu, telah hilang dari dunia. Semata-mata karena Akbar bersikeras memaksakan apapun keinginannya. Ingatlah ini, ketika Anda tergoda serta bersikeras melakukan apapun yang diinginkan.

Kesimpulan
Kehendak bebas adalah anugerah, memungkinkan kita menciptakan karma, yang pada gilirannya menentukan takdir kita. Kisah Akbar dan Tansen mengajarkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan kekuasaan, serta bakat. Karma baik membawa pertemuan dengan orang suci yang dapat membimbing kita, sementara kesombongan, serta keinginan pribadi dapat menimbulkan konsekuensi merugikan.


Tansen, musisi hebat di istana Akbar, adalah contoh bagaimana bakat, serta karma baik bisa membawa seseorang ke puncak kesuksesan. Namun, kesombongan, juga kecemburuan Tansen terhadap musisi lain, seperti Gopal Naik, menciptakan karma buruk yang akhirnya membuatnya menderita. Penyakit yang dideritanya setelah menyalahgunakan Raga Deepaka adalah contoh nyata bagaimana karma buruk, bisa menghampiri kita.


Akbar, meskipun seorang kaisar bijaksana, juga tidak luput dari kesalahan. Keinginannya untuk memenuhi keinginan pribadi, seperti memanggil Tana dan Riri ke istana, menimbulkan konsekuensi tragis tidak bisa ditarik kembali. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kekuasaan, serta keinginan pribadi harus diimbangi, dengan kebijaksanaan juga tanggung jawab.


Dengan memahami hukum karma, serta pentingnya kehendak bebas, kita mampu hidup lebih bijaksana, juga bertanggung jawab. Karma baik membawa pertemuan dengan orang suci, yang mampu membimbing kita, sementara kesombongan, juga keinginan pribadi, justru  bisa menimbulkan konsekuensi merugikan. Mari kita belajar dari kisah Akbar dan Tansen, untuk menciptakan kehidupan lebih harmonis, serta penuh makna.




Post a Comment

0 Comments